Sukses

Stunting di NTB Merosot hingga 16,9 Persen, Apa Resepnya?

Angka stunting di NTB yang semula 32,7 persen telah menurun hingga 16,9 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki 12 provinsi yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB). Kabar baiknya, stunting di NTB kini telah mengalami penurunan yang cukup pesat.

Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, provinsi NTB masih memiliki angka stunting sebesar 32,7 persen. Kini, angka itu telah menurun hingga 16,9 persen.

Wakil Gubernur NTB, Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah mengungkapkan bahwa pada tahun ini, dia berharap stunting di NTB bisa terus menurun hingga menyentuh 14 persen.

"Secara umum target itu serendah-rendahnya. Akan tetapi kita ingin di 2023 ini bisa menyentuh angka 14 persen. Saat ini angka stunting di NTB 16,9 persen," ujar Sitti dalam acara Aksi Gizi Generasi Maju untuk memperingati Hari Gizi Nasional 2023 bersama Danone Indonesia di Lombok Barat, Kamis (9/2/2023).

Rahasia Angka Stunting di NTB Turun

Sitti menjelaskan bahwa angka stunting tersebut bisa menurun karena adanya kerja sama antar berbagai pihak.

Terutama dari pihak posyandu di NTB yang sangat aktif. Sehingga proses penurunan stunting di sana bisa lebih efektif.

"16,9 persen dari anak balita di NTB, 75.503 yang masih stunting. Kita merangkak itu dari angka di atas 30 persen. Tapi hebatnya di NTB ini karena posyandu keluarganya 7.600 lebih aktif," kata Sitti.

"Kita punya data stunting by name, by address yang kita tidak temui di provinsi lain. Itu untungnya karena posyandu kita aktif semua. Sehingga intervensinya lebih gampang, lebih efektif. Tetap sasaran," dia menambahkan.

2 dari 2 halaman

Pemberian PMT Jadi Tepat Sasaran

Lebih lanjut Sitti mengungkapkan bahwa pemberian makanan tambahan (PMT) pun menjadi lebih terfokus. Hal tersebut lantaran data yang mereka miliki sudah spesifik.

"Jadi kalo kita turun ke rusun, turun ke lingkungan, turun ke posyandu, tanyakan posyandu mana saja di NTB, berapa angka stunting, berapa banyak anak stunting di posyandu ini ada datanya. Siapa namanya, dimana rumahnya, berapa kurang tingginya beratnya, ada datanya," kata Sitti.

"Itu untungnya karena posyandu kita aktif semua. Sehingga intervensinya lebih gampang, lebih efektif. Tepat sasaran. Kita beri PMT protein hewani fokus pada anak stunting dan risiko stunting. Jadi gak general. Anggaran yang ada bisa lebih efektif digunakan," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sitti mengungkapkan bahwa masih ada pula beberapa hal yang jadi tantangan dalam penurunan stunting di NTB. Hal itu berkaitan dengan pemahaman masyarakat soal pola hidup sehat.

"Kami menyadari masih terdapat tantangan yang dihadapi di NTB dalam upaya untuk menurunkan prevalensi kasus stunting. Salah satunya dengan terus meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pola hidup sehat, khususnya mereka yang berada di daerah pedesaan," kata Sitti.

Sehingga, Sitti mengungkapkan bahwa salah satu yang dilakukan berkaitan dengan sanitasi. Hasilnya sudah terlihat lewat Kabupaten Lombok Barat yang telah melakukan Deklarasi Tuntas 5 Pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

Kelimanya adalah stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun di air mengalir, pengelolaan air minum, dan makanan rumah tangga, dan pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga.

Sitti pun menekankan bahwa penanganan stunting di NTB tak terlepas dari kerja sama banyak pihak termasuk swasta dan masyarakat. Mengingat menurunkan angka stunting jadi pekerjaan berat yang tidak bisa jika hanya mengandalkan pemerintah tingkat desa, kabupaten kota, hingga provinsi.

"Untuk itu, kami sangat mengapresiasi berbagai inisiatif dan kontribusi yang telah dilakukan Danone Indonesia untuk pembangunan kesehatan dan lingkungan di NTB. Sehingga bisa berdampak positif bagi kesehatan masyarakat," kata Sitti.

Sejauh ini, Danone Indonesia telah membantu provinsi NTB dalam memberikan edukasi pada masyarakat lewat berbagai acara yang dilakukan. Edukasi tersebut mengangkat topik-topik terkait kebersihan lingkungan maupun gizi.