Sukses

Singgung Ortu Perokok, Menkes: Merokok Hilangkan Kesempatan Beli Telur dan Ikan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orangtua termasuk bapak-bapak bahwa merokok bisa menghilangkan kesempatan membeli protein hewani.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orangtua termasuk bapak-bapak bahwa merokok bisa menghilangkan kesempatan membeli protein hewani seperti telur dan ikan. Padahal, protein hewani merupakan salah satu komponen penting dalam mencegah stunting. 

"Kalau bapak-bapak merokok, ini akan menghilangkan kesempatan untuk membeli telur yang merupakan salah satu sumber protein hewani," kata Budi dalam sebuah talk show secara daring beberapa waktu lalu.

Budi mengatakan bila melihat data, paling banyak kasus terjadinya stunting itu saat hamil dan dan ketika anak berusia lebih dari enam bulan ketika selesai MPASI. Pada kondisi tersebut, amat penting asupan protein hewani yang bisa saja tidak bisa terbeli gegara lebih berat membeli rokok.

"Protein hewani untuk mencegah stunting ini terdapat dalam telur, susu, ikan, dan daging," kata Budi mengutip Antara.

Rokok dapat menghilangkan kesempatan untuk membeli telur. Hal tersebut selaras dengan adanya penelitian yang menunjukkan uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok bisa mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur.

“Uang yang dihabiskan keluarga untuk membeli rokok mencapai tiga bungkus dalam sehari, yang seharusnya dapat untuk membeli telur," katanya.

 

2 dari 3 halaman

Daripada Beli Rokok, Mending Beli Telur

Budi pun mengingatkan agar uang yang dipakai untuk membeli rokok sebaiknya dialihkan untuk membeli telur. 

"Oleh karena itu, saya mengingatkan kepada keluarga agar berhenti merokok dan membeli telur sebagai asupan nutrisi penting bagi anak,” kata Budi.

Budi mengingatkan keluarga di Indonesia agar mengalihkan uang rokok itu untuk memenuhi gizi anak dan ibu hamil. Budi meminta setiap anggota keluarga memastikan jangan sampai bayi di dalam kandungan kurang gizi. Selain itu, jangan sampai ibu kekurangan gizi dan mengalami anemia.

3 dari 3 halaman

Stunting di RI

Berdasarkan hasil Survei Status GIzi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Tanah Air turun yang semula 24,4 persen pada 2021, turun menjadi 21,6 persen pada 2022. Hal ini disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dalam Rapat Kerja Nasional BKKBN, 25 Januari 2023.

Hasil SSGI ini untuk mengukur target stunting di Indonesia. Sebelumnya SSGI diukur 3 tahun sekali sampai 5 tahun sekali. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan mulai 2021, SSGI dilakukan setiap tahun.

Indonesia sendiri punya target turunkan stunting di angka 14 persen di 2024. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, stunting bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis.

“Oleh sebab itu target yang saya sampaikan 14 persen di tahun 2024. Ini harus bisa kita capai, saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama,” ucap Jokowi.