Sukses

Studi Ungkap Manfaat Sentuhan bagi Kesehatan Mental

Sentuhan fisik bermanfaat bagi kesehatan mental, terutama jika berasal dari orang yang dicintai.

Liputan6.com, Jakarta - Jabat tangan, bergandengan tangan, pelukan hingga belaian lembut, semuanya merupakan contoh sentuhan yang sering dilakukan. Dalam situasi apa pun, umum untuk menerima atau memberi sentuhan.

Tak hanya menjadi salah satu bentuk komunikasi non verbal, studi menunjukkan bahwa sentuhan sangat penting untuk kesehatan mental. Ini dapat mengurangi stres dan rasa sakit serta membantu manusia terikat satu sama lain.

Dilansir dari situs Washington Post, isolasi yang dialami selama pandemi COVID-19 menyebabkan banyak orang "lapar" akan sentuhan yang mengakibatkan peningkatan masalah kesehatan mental.

Sebuah studi tahun 2021 yang mensurvei hampir 1.500 peserta melaporkan bahwa kekurangan sentuhan oleh keluarga dekat dan pasangan dikaitkan dengan perasaan cemas dan kesepian yang lebih buruk.

Sementara itu, kekurangan sentuhan fisik dari teman, kenalan, atau kolega kerja tidak memiliki dampak yang sama pada kesehatan mental.

Sebab manfaat yang dikandungnya, manusia diciptakan dengan sel-sel spesifik di kulit untuk mendeteksi sentuhan.

Kulit peka terhadap sentuhan, yang memungkinkan seseorang dapat merasakan tekanan, tekstur, dan getaran benda yang menyentuh kulitnya. Selain itu, kulit juga memiliki sensor yang dikenal sebagai C-tactile fiber atau afferent yang secara khusus sensitif terhadap sentuhan dari orang-orang yang dicintai.

C-tactile fiber mampu mendeteksi belaian lembut 1 hingga 10 sentimeter (setengah hingga empat inci) per detik yang menurut banyak orang menyenangkan. Sementara jika gerakannya terlalu cepat atau lambat, tidak hanya C-tactile fiber yang kurang responsif tetapi orang-orang juga merasa sensasinya kurang menyenangkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tidak Semua Menginginkan Sentuhan

Kendati demikian, mungkin saja terdapat perbedaan preferensi masing-masing individu mengenai kebutuhan dan keinginan akan sentuhan.

"Saya pikir sentuhan sangat penting," ujar seorang peneliti yang berspesialisasi dalam kognisi sosial di Royal Holloway University of London Mariana von Mohr.

"Akan tetapi, di saat yang bersamaan, kita harus sedikit berhati-hati tentang perbedaan (preferensi) individu karena ada orang yang mungkin lebih suka terhubung dengan cara lain."

Namun, secara umum sentuhan intim dari orang yang dicintai disebut penting untuk mengontrol emosi dan menangani stres. Sentuhan juga melepaskan hormon oksitosin di otak, yang dianggap mengurangi kecemasan dan rasa sakit.

Penelitian Von Mohr menemukan bahwa pasangan romantis merasakan lebih sedikit rasa sakit ketika menerima belaian lembut ketimbang gerakan yang lebih cepat. Lebih lanjut, penelitian lain menemukan bahwa sentuhan meningkatkan keintiman di antara pasangan.

Ini mirip dengan yang biasa dilakukan ibu untuk menghibur anaknya, ujar Von Mohr. "Kami terkadang melakukannya tanpa menyadari betapa bagusnya itu," katanya.

3 dari 4 halaman

Menjalar dari Kulit ke Otak

Penelitian menunjukkan bahwa neuron yang sensitif terhadap sentuhan mungkin menjadi kunci yang membuat sentuhan orang yang dicintai terasa nyaman, yang juga membantu mengikat kedua orang tersebut.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell menemukan bahwa merangsang neuron pada tikus betina dapat melepaskan dopamin, neurokimia yang berhubungan dengan hadiah di otak.

Dengan menggunakan optogenetik, teknik ilmu saraf yang sekarang menjadi andalan yang memungkinkan para peneliti untuk memanipulasi aktivitas neuron tertentu dengan menyinarinya, peneliti mengaktifkan sel sensorik Mrgprb4 di bagian belakang, area penting untuk sentuhan pada tikus.

Para peneliti melihat bahwa tikus betina akan menurunkan punggungnya sebagai respons terhadap cahaya. Ini merupakan perilaku seksual tikus betina yang menunjukkan penerimaan terhadap tikus jantan.

Temuan ini menunjukkan bahwa mengaktifkan sel-sel di kulit dapat memicu perilaku yang sama seperti saat menerima sentuhan bahkan tanpa isyarat sensorik lainnya seperti kehadiran tikus lain cukup mengejutkan, ungkap penulis studi Abdus-Saboor.

4 dari 4 halaman

Hasil Penelitian

Melalui penelitian ini, diketahui bahwa rangsangan neuron sensorik Mrgprb4 serta perilaku seksual melepaskan dopamin di nucleus accumbens, area otak utama yang berhubungan dengan hadiah.

Namun, ketika para peneliti secara genetik mengablasi neuron sensorik Mrgprb4 ini, pengalaman seksual tidak lagi melepaskan dopamin dan tikus betina mulai menolak sentuhan tikus jantan.

Sentuhan tikus jantan tidak lagi menyenangkan, dan kehadirannya tidak lagi diterima. Tikus betina bahkan akan menjadi agresif yang membuat tikus jantan tidak dapat mendekat.

Meskipun penelitian ini menunjukkan pentingnya sentuhan yang menyenangkan terhadap perilaku seksual pada tikus, para peneliti mengatakan sel-sel Mrgprb4 juga berperan dalam bentuk sentuhan lainnya seperti saat bermain.

Penelitian di atas membuka kemungkinan teknologi terapi masa depan dengan menggunakan kulit untuk mengakses sirkuit hadiah guna membantu mengobati trauma atau depresi.

"Hanya dengan mengaktifkan neuron-neuron ini di kulit, Anda memiliki semacam jalan tol ke otak," ucap Elias. "Ini semacam tambang emas."

Jadi, hanya dengan pelukan, belaian atau remasan tangan yang lembut, Anda sudah bisa merasakan manfaat sentuhan.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini