Liputan6.com, Jakarta Remaja SMK di Turi, Sleman mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar pada 14 Februari 2023.
Sebelum bunuh diri, remaja itu sempat menulis pesan pamit di Whatsapp (WA) story. “See you man teman,” tulisnya. Tak hanya tulisan, unggahan itu juga menampilkan foto tambang yang menggantung di langit-langit.
Baca Juga
Meninggalkan pesan sebelum bunuh diri tak hanya terjadi pada kasus ini. Pada beberapa kasus sebelumnya di berbagai negara ada pula yang menulis surat sebelum melancarkan aksinya.
Advertisement
Lantas, mengapa orang yang memutuskan untuk bunuh diri menyempatkan menulis pesan bagi orang yang ditinggalkan?
Terkait hal ini, kriminolog Haniva Hasna mengatakan bahwa pesan yang ditulis tidak bertujuan untuk mencari perhatian semata.
“Terkadang, seseorang ingin mencoba mengakhiri hidupnya bukan karena benar-benar ingin mati. Akan tetapi, ia tidak mengetahui bagaimana caranya untuk mendapatkan bantuan,” kata perempuan yang juga pemerhati anak dan remaja itu.
“Percobaan bunuh diri sebenarnya bukanlah untuk mencari perhatian, tetapi bisa menjadi tanda permintaan pertolongan,” tambahnya.
Kriminolog yang karib disapa Iva menambahkan, seseorang yang pernah gagal saat mencoba bunuh diri memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk mencoba mengakhiri hidupnya kembali.
“Bahkan, percobaan kedua mungkin akan jauh lebih mematikan,” katanya.
Sinyal Bunuh Diri
Bila dilihat dari kronologinya, lanjut Iva, teman korban langsung mendatangi tempat kejaian. Namun, sudah terlambat.
Hal ini bisa saja bukan keterlambatan yang pertama. Pasalnya, keterlambatan yang utama adalah ketika lingkungan terdekat tidak mampu menangkap sinyal abnormal yang terjadi atas mental pelaku bunuh diri.
“Lingkungan sangat berperan terhadap kondisi ini baik keluarga maupun peergroup. Seseorang yang akan melakukan bunuh diri biasanya sudah menunjukkan sinyal khusus dengan perilaku murung, menarik diri, cepat marah, cemas, kebingungan.”
Bahkan ada perubahan fisik yang nampak seperti tidak memerhatikan kebersihan diri. Secara sosial sering mengeluarkan kata-kata terkait dengan mengakhiri hidup. Bahkan berperilaku ceroboh atu ugal-ugalan ketika berkendara.
Advertisement
Upaya Pencegahan
Upaya preventif yang perlu diberikan kepada seseorang yang sedang mengalami gangguan mental seperti ini adalah didengar dengan tulus tanpa harus menyalahkan dan memojokkan.
“Temani di saat butuh, jauhkan dari benda-benda yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai alat untuk melakukan bunuh diri.”
Bunuh diri biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mengalami krisis moral. Dengan kata lain, orang yang memiliki pendidikan tinggi pun bisa bunuh diri jika sedikit sekali sentuhan rohani yang didapat, kosongnya kebutuhan, jiwa serta lemahnya iman, kata Iva.
Bunuh diri dengan cara gantung diri juga banyak dipilih karena cara ini merupakan coping strategi yang paling mudah.
“Karena tidak memerlukan banyak modal dan tingkat keberhasilannya dianggap lebih tinggi daripada upaya lain seperti menabrakkan diri ke kereta, meminum zat berbahaya, melompat dari gedung tinggi dan pilihan lain yang bisa diambil oleh masyarakat kota.”
Cegah Depresi
Pencegahan bunuh diri dapat dimulai dengan mencegah terjadinya depresi. Pencegahan depresi dapat dilakukan dengan pengelolaan stres. Dan pengelolaan stres masing-masing individu berbeda.
Ada yang mengelola stres dengan melakukan kegiatan yang disukai seperti hobi, melakukan kegiatan refreshing, mendekatkan diri dalam konteks spiritual keagamaan.
Bisa pula bercerita kepada orang lain untuk mengurangi beban stres. Baik kepada orangtua, teman, maupun profesional.
“Pentingnya kesadaran diri para remaja agar dapat mengelola pikiran, perasaan, dan perilakunya saat menghadapi tantangan dan permasalahan sangat diperlukan dalam perkembangan usia tersebut sehingga bisa menyelesaikan masalahnya dengan cara yang tepat,” tutup Iva.
KONTAK BANTUAN
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.
Advertisement