Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat adanya konfirmasi 14 kasus COVID-19 subvarian Omicron CH.1.1 atau yang dikenal dengan sebutan varian Orthrus di Indonesia.
“Kasus pertama dilaporkan pada 11 Oktober 2022. Hingga saat ini, tercatat ada 14 kasus varian Orthrus di Indonesia,” ungkap Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 21 Februari 2023.
Baca Juga
Dari konfirmasi 14 kasus, kasus pertama mutasi 'anakan' Omicron ini ditemukan pada bulan Oktober 2022. Sepuluh kasus berasal dari Provinsi DKI Jakarta, sedangkan empat kasus lainnya berasal dari Provinsi Lampung, Riau, dan Jawa Barat.
Advertisement
Adanya varian Orthrus yang sudah masuk ke Indonesia, Syahril menekankan, Kemenkes tetap melakukan pemantauan terhadap penyebaran varian virus Corona baru tersebut.
“Saat ini, Kementerian Kesehatan juga terus melakukan pemantauan terhadap Varian Orthrus ini, baik di tingkat nasional maupun daerah, meskipun dan sampai saat ini belum menyebabkan kenaikan kasus," tegasnya.
"Kendati demikian, kami akan terus lakukan pemantauan."
Informasi sementara Kemenkes mengatakan varian Orthrus disebut-sebut memiliki karakteristik lebih cepat menular dibandingkan dengan subvarian Omicron sebelumnya. Walau begitu, masih belum cukup bukti yang menunjukkan tingkat kesakitan dan kematian akibat Orthrus lebih parah dari subvarian sebelumnya.
12 Ribu Kasus Varian Orthrus di Dunia
Pada tatanan global, Kemenkes RI mencatat, varian Orthrus dilaporkan pertama kali di India pada Juli 2022. Hingga 18 Januari 2023, sudah dilaporkan sebanyak lebih dari 12.000 kasus di 66 negara, dengan kasus terbanyak di Inggris, Denmark, Singapura, dan Selandia Baru.
Varian Orthrus saat ini masuk dalam kategori Variant under Monitoring (VuM) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu garis keturunan dari subvarian Omicron BA 2.75. Artinya, varian ini dicurigai memiliki karakteristik virus yang memicu risiko di masa mendatang.
Walaupun kasus COVID-19 varian Orthrus terlaporkan di Indonesia, sampai saat ini perkembangan COVID-19 di Indonesia masih terkendali.
Kendati demikian, masyarakat tetap diimbau untuk segera melengkapi diri dengan vaksinasi lengkap hingga booster, termasuk booster kedua untuk meningkatkan titer antibodi dan memperpanjang masa perlindungan.
"Dengan vaksinasi, maka tingkat kesakitan dan kematian akibat COVID-19 bisa ditekan," Mohammad Syahril menambahkan.
Advertisement
Mendominasi Varian COVID di Inggris
Subvarian Orthrus menjadi yang paling dominan di Inggris. Virus terus berkembang dan mutasi terbaru disebut Orthrus atau CH.1.1 pertama kali diidentifikasi di Inggris pada November 2022.
Sejak Januari 2023, Orthrus diyakini menyumbang sekitar 23 persen dari semua kasus COVID di Inggris. Pada minggu pertama tahun 2023, Inggris, Skotlandia, dan Wales mencatat lebih dari 30.000 kasus COVID baru (data tidak tersedia untuk Irlandia Utara).
Menyusul varian COVID Kraken yang sangat menular yang juga dikenal sebagai XBB.1.5, para ahli telah memperingatkan Orthrus siap untuk 'mengambil alih' dari varian dominan saat ini, yakni BQ.1.
Analisis menunjukkan bahwa kasus virus Corona di Inggris terutama terdiri dari BQ.1 dan sublineage-nya, konsisten dengan penilaian risiko UKHSA yang diterbitkan pada bulan Oktober 2022, tulis UK Health Security Agency (UKHSA) dalam keterangannya.
Bahwa varian, CH.1.1 dan XBB.1.5, tampaknya memiliki keunggulan mendominan di Inggris. Keduanya merupakan varian dalam keluarga Omicron.
Mengutip The Mirror, varian XBB.1.5 tetap berada pada prevalensi yang sangat rendah di Inggris, sehingga perkiraan penyebarannya sangat tidak pasti.
Penilaian risiko yang dilakukan oleh UKHSA bersama dengan mitra akademik menemukan bahwa CH.1.1 dan XBB.1.5 saat ini merupakan varian yang paling mungkin mengambil alih BQ.1 sebagai varian dominan berikutnya di Inggris, kecuali muncul varian baru lebih lanjut.