Sukses

Dinkes DKI Catat 30 Kasus Varian Orthrus, Kebanyakan Tanpa Gejala

Temuan Dinkes DKI Jakarta terdapat 30 kasus varian Orthrus, yang kebanyakan Orang Tanpa Gejala (OTG).

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menemukan 30 kasus COVID-19 subvarian Omicron CH.1.1 atau yang dikenal dengan sebutan varian Orthrus. Dinkes DKI pertama kali mendeteksi varian baru ini pada 4 November 2022.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama mengungkapkan, varian Orthrus yang merupakan 'anakan' Omicron di Jakarta sudah terbilang cukup banyak. 

Omicron barian orthrus atau CH.1.1 sudah terdeteksi 30 kasus di fasilitas kesehatan di Jakarta. Secara rinci, 19 domisili Jakarta dan 11 orang domisili luar Jakarta.

Pertama kali ditemukan di Jakarta 4 November 2022 dengan orang yang bersangkutan PCR-nya positif. Namun, Ngabila tak merinci lebih jauh, bagaimana kronologi temuan kasus pertama varian Orthrus.

"Pertama kali terdiagnosis 4 November 2022. Di Jakarta udah lumayan banyak. Ada 30 kasus, 19 domisili DKI, 11 Luar DKI," ungkap Ngabila dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Selasa, 21 Februari 2023.

Rata-rata kebanyakan kasus varian Omicron Orthrus, lanjut Ngabila, merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG). Kemudian sisanya berupa gejala ringan.

"60 persen OTG, 40 persen gejala ringan. Ini Omicron CH.1.1 ya," katanya.

2 dari 3 halaman

Dominan di DKI Varian BF.7

Walaupun sudah ada varian Orthrus, Dinkes DKI Jakarta mencatat, varian virus Corona yang masih mendominasi adalah subvarian Omicron BF.7. Kemudian varian BQ.1 dan jenis lainnya adalah 'anakan' subvarian Omicron.

"Saat ini, yang dominan masih BF.7 itu 50 persen, 40 persen BQ.1, lalu 10 persen Omicron lainnya, di mana termasuk di dalamnya CH.1.1 atau Orthrus," Ngabila Salama melanjutkan.

Seperti diketahui, varian BF.7 yang memiliki tingkat penularan tinggi dilaporkan karena banyak orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Selain itu, ada juga yang bergejala, namun seperti subvarian Omicron lainnya.

Gejala BF.7 juga terbilang cukup ringan. Beberapa di antaranya demam, batuk, sakit, tenggorokan dan kelelahan. Ada beberapa orang yang mengalami gejala lain saat terinfeksi BF.7 yakni gejala gastrointestinal misalnya, muntah dan diare.

Varian BF.7 telah ditemukan di beberapa negara, termasuk China yang disebut sebagai penyebab kenaikan kasus COVID-19 di negara itu beberapa waktu terakhir.

3 dari 3 halaman

Pantau Varian Orthrus

Berbeda dengan data Dinkes DKI Jakarta, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat adanya konfirmasi 14 kasus COVID-19 subvarian Omicron CH.1.1 atau yang dikenal dengan sebutan varian Orthrus di Indonesia.

“Kasus pertama dilaporkan pada 11 Oktober 2022. Hingga saat ini, tercatat ada 14 kasus varian Orthrus di Indonesia,” ungkap Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 21 Februari 2023.

Dari konfirmasi 14 kasus, kasus pertama mutasi 'anakan' Omicron ini ditemukan pada bulan Oktober 2022. Sepuluh kasus berasal dari Provinsi DKI Jakarta, sedangkan empat kasus lainnya berasal dari Provinsi Lampung, Riau, dan Jawa Barat.

Adanya varian Orthrus yang sudah masuk ke Indonesia, Syahril menekankan, Kemenkes tetap melakukan pemantauan terhadap penyebaran varian virus Corona baru tersebut.

“Saat ini, Kementerian Kesehatan juga terus melakukan pemantauan terhadap varian Orthrus ini, baik di tingkat nasional maupun daerah, meskipun dan sampai saat ini belum menyebabkan kenaikan kasus," tegasnya.

"Kendati demikian, kami akan terus lakukan pemantauan."