Sukses

Ini Bahayanya bagi Kesehatan Jika Vladimir Putin Kekeuh Mau Tarik Perjanjian Kawasan Bebas Nuklir

Vladimir Putin mengumumkan pihaknya menangguhkan sebuah perjanjian membatasi jumlah ledak nuklir dengan AS.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat dan Rusia sejak 2010 punya kesepakatan untuk membatasi jumlah ledak nuklir jarak jauh. Perjanjian itu tertuang dalam Strategic Arms Reduction Treaty atau New START.

Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin baru saja mengumumkan bahwa pihaknya menangguhkan perjanjian New START tersebut.

Sebab, Rusia menganggap bahwa pihak Barat sudah melanggar perjanjian lewat keterlibatan penyerangan pangkal udara strategis milik Rusia.

"Saya harus mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian New START," ujar Putin dalam pidatonya di Moskowpada Rabu (22/2/2023).

Yang Terjadi Ketika Vladimir Putin Menarik Diri dari Perjanjian

Putin menuturkan bahwa pihaknya belum sepenuhnya menarik diri dari perjanjian New START. Namun, apa jadinya jika Putin kekeuh mau mengundurkan diri dalam keterlibatannya di perjanjian tersebut?

Jika ledakannya tidak terkontrol, salah satu yang dikhawatirkan tentunya berkaitan dengan bahaya radiasi nuklir untuk kesehatan manusia.

Bagaimana tidak? Sejak dahulu kala, kejadian nuklir telah menunjukkan betapa berbahayanya itu.

Bahaya Radiasi Nuklir bagi Kesehatan

Radiasi nuklir merupakan energi yang dilepaskan dari elemen radioaktif ketika terurai menjadi atom yang lebih stabil.

Berdasarkan keterangan pada laman Klikdokter pada Rabu, 22 Februari 2023, sel-sel tubuh manusia memang punya kemampuan membersihkan kerusakan dengan tingkat radiasi rendah.

Namun, berbeda halnya jika manusia terpapar dengan dosis radiasi nuklir yang besar.

Profesor dan ahli radiasi di Department of Radiation Oncology, University of Rochester, Amerika Serikat, Jacqueline Williams mengungkapkan bahwa radiasi tingkat tinggi bisa menyebabkan kematian.  

2 dari 4 halaman

Ganggu Sel-Sel dalam Tubuh

Jacqueline mengungkapkan bahwa radiasi nuklir bisa mengganggu sel-sel yang ada pada tubuh manusia. Itulah mengapa dampak terburuknya bisa sampai menyebabkan kematian.

"Kombinasi dari jumlah paparan, jenis, dan seberapa sering terpapar radiasi nuklir akan menentukan seberapa jauh efeknya pada sel dan jaringan tubuh," tulis keterangan tersebut.

Sejauh ini, ada beberapa dampak dari radiasi nuklir. Mulai dari yang terbilang ringan hingga berat. Pertama, dampaknya yang terbilang ringan adalah membuat kulit menjadi kemerahan.

Kulit manusia rentan pada paparan radioaktif. Sehingga respons awal dari radiasi nuklir biasanya akan menghasilkan kulit kemerahan karena terjadi penyumbatan dan pembengkakan pembuluh darah.

Kemerahan pada kulit itu bisa berlangsung cukup lama yakni hingga 10 hari.

3 dari 4 halaman

Sebabkan Radang Paru dan Gangguan Organ Reproduksi

Selain itu, radiasi nuklir turut berisiko menyebabkan terjadinya peradangan pada paru-paru atau pneumonitis. Hal tersebut lantaran paru-paru merupakan organ paling sensitif pada radiasi.

Pneumonitis dapat menyebabkan sesak, batuk, dan dada terasa penuh. Organ Reproduksi yang RusakBahkan, paparan radiasi dari nuklir dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sementara hingga permanen pada organ reproduksi pria maupun wanita.

Bagi pria, sperma bisa mengalami gangguan produksi. Sedangkan pada wanita, dampaknya bisa mengganggu siklus menstruasi hingga menghentikannya.

4 dari 4 halaman

Mengganggu Sistem Pencernaan hingga Kanker

Tak berhenti pada pemaparan di atas, pasalnya, radiasi nuklir mampu menyebabkan terjadinya gangguan sistem pencernaan. Dalam hal ini bisa menyebabkan rasa mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan sakit perut.

Terlebih lagi, ketika terkena radiasi, sumsum tulang yang terdiri dari berbagai macam sel yang berfungsi menghasilkan darah bisa ikut terganggu. Misalnya, jumlah sel pembentuk darah bisa berkurang.

Alhasil, gangguan itu bisa berujung menyebabkan anemia hingga kanker darah.

Selain itu, berbagai paparan radiasi bisa menimbulkan kanker lainnya seperti kanker kulit dan kanker paru-paru. Risiko kanker akan semakin tinggi dengan adanya peningkatan dosis paparan radiasi nuklir.