Sukses

Dinkes Sebut Bayi Obesitas 27 Kg Asal Bekasi Harus Periksa Hormon

Pemeriksaan hormon mesti dilakukan terhadap bayi obesitas berbobot 27 kg di Bekasi.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi, Alamsyah menuturkan, bayi obesitas bernama Muhammad Kenzi Alfaro berbobot 27 kilogram harus menjalani pemeriksaan hormon. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab berat badan berlebih.

Sebab, bobot Kenzi yang berusia 16 bulan sebesar 27 kilogram tersebut bukanlah berat badan normal selayaknya bayi lainnya.

"Saya belum bisa memastikan apa (penyebab Kenzi obesitas), karena kan multifaktor. Harus pasti hormonnya, harus diperiksa dan sebagainya," tutur Alamsyah di sela-sela acara 'Lokapala 2023, Peluncuran Dokumen Health Outlook 2023: Saatnya Berubah' di Hotel JS Luwansa, Jakarta baru-baru ini.

Secara normal, berat badan anak ideal pada rentang usia 16 bulan berkisar antara 8 hingga 12,5 kilogram, sedangkan tingginya berkisar antara 75 hingga 85 sentimeter.

Sementara berat badan 27 kilogram yang dimiliki Kenzi, lanjut Alamsyah, semestinya untuk anak usia 10 sampai 11 tahun.

"Di usia satu tahun (16 bulan) paling 10 kilogram. Posisi sekarang sudah 27 kilogram, itu (seharusnya) umur 10 sampai 11 tahun," imbuhnya.

Beberapa waktu lalu, orangtua Kenzi yang berdomisili di Kabupaten Bekasi mengungkapkan kronologis puteranya kini berbobot hingga 27 kilogram. Ibu Kenzi, Pitriah (40) menjelaskan, awalnya anaknya lahir dengan bobot 4 kilogram. Dikarenakan terlalu besar, Kenzi dilahirkan dengan proses persalinan operasi caesar.

"Karena pas USG beratnya sudah besar, saya operasi caesar. Beratnya sudah 4 kilogram pas lahir," kata Pitriah di kediamannya, Jalan Manunggal 5, Kampung Tambun Permata, Desa Pusaka Rakyat, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Selasa (21/2/2023).

2 dari 3 halaman

Berat Badan Tak Normal Sejak Usia 6 Bulan

Kenaikan berat badan yang tidak normal mulai disadari Pitriah sejak Kenzi berusia 6 bulan. Saat itu, dalam sepekan bobot anaknya naik 1 sampai 2 kilogram.

Padahal, Pitriah mengaku waktu itu, tidak ada yang berbeda dari cara pemberian susu formula kepada Kenzi.

"Karena tidak ASI, pakai susu formula. Sehari bisa empat kali minum susu. Sejak 6 bulan, (berat badan) mulai naik sekilo, sekilo. Nambah terus," katanya, dikutip dari Antara.

Kemudian Kenzi diajarkan mengunyah bubur bayi instan dan camilan pada usia 7 bulan. Porsi makanan yang diberikan dinilai Pitriah juga masih normal.

"Dia memang pertumbuhan badannya begitu, makannya normal sehari dua kali, bubur pagi sama sore," ucapnya.

Pitriah mengaku cemas terhadap pertumbuhan anaknya meski kini Kenzi masih dalam kondisi sehat, tanpa ada keluhan sesak napas atau penyakit lain.

"Namanya badannya segini, saya sudah konsultasi ke dokter juga memang dia pertumbuhannya. Tapi Alhamdulillah anak saya juga normal, napasnya normal, tidak terlalu ngos-ngosan, dia tidurnya saja juga terlentang," lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Tanda-tanda Obesitas pada Bayi

Terkait obesitas pada bayi, dokter Reza Fahlevi dari KlikDokter mewanti-wanti para orangtua terhadap kenaikan berat badan anak. Hal ini lantaran bayi gemuk, tidak selalu menandakan obesitas.

Tanda-tanda obesitas pada bayi, menurut dokter Reza, di antaranya:

1. Kenaikan Berat Badan yang Pesat

Kenaikan berat badan bayi paling pesat terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan. Setelah itu, kenaikan berat badan perlahan-lahan menurun.

Jika bayi terus mengalami kenaikan berat badan yang pesat, maka itu bisa jadi tanda bahwa bayi akan mengalami obesitas. Kenaikan berat badan ini tentunya harus ditakar secara akurat berdasarkan kurva pertumbuhan, tidak bisa hanya dikira-kira.

2. Pipi Bayi Tampak Gembil

Tanda bayi mengalami obesitas adalah pipinya yang tampak gembil atau dalam istilah sehari-hari sering disebut sebagai chubby.

Selain pipi yang chubby, hidung pada bayi yang mengalami obesitas juga dapat terlihat lebih pesek karena ‘tertarik’ oleh pipinya yang chubby.

3. Memiliki Lipatan Leher

Mengutip KlikDokter, tanda bayi Anda obesitas dapat diamati dari adanya lipatan leher. Lipatan leher ini merupakan bagian dari penumpukan lemak yang terjadi pada bayi.

Bayi cenderung memiliki leher yang lebih pendek dari orang dewasa sehingga lipatan leher akibat obesitas dapat membuat area bagian lipatan lembap dan mudah iritasi atau tumbuh jamur.

4. Massa Lemak pada Kaki dan Tangan

Bayi yang mengalami obesitas memiliki massa lemak yang banyak pada kaki dan tangannya. Massa lemak ini membuat bayi terlihat lebih buntal.

Lemak yang terlalu banyak pada kaki dan lengan terkadang membuat bayi kesulitan dalam menggerakkan kaki dan tangannya. Misalnya, saat hendak melipat kaki ataupun tangannya.