Liputan6.com, Jakarta - Seorang perempuan 28 tahun bernama Ayu Yoneda, baru-baru ini terpilih menjadi astronot termuda dan satu-satunya astronot perempuan di Badan Penjelajah Antariksa Jepang (JAXA).
Perempuan yang juga lulusan kedokteran di The University of Tokyo Hospital tersebut terpilih dari 4.127 pendaftar dengan berbagai usia. JAXA merekrutnya bersama dengan Makoto Suwa (46). Mereka adalah dua orang pertama yang masuk menjadi bagian astronot JAXA setelah 13 tahun.
Baca Juga
Seleksi tersebut mengharuskan para pendaftar mengikuti rangkaian ujian yang telah berlangsung sejak April 2022. Menurut laman The Japan Times, kedua kandidat terpilih, Ayu dan Makoto, menerima pengumuman lewat telepon pada Senin lalu.
Advertisement
Merasa kaget dan senang, Ayu mengaku merasakan bahwa ini adalah sebuah panggilan dengan tanggung jawab yang besar.
“Aku merasakan rasa tanggung jawab besar, dan ini sebuah panggilan, aku berterima kasih kepada orang-orang yang telah mendukungku sampai sejauh ini,” ungkapnya sebagaimana dilansir oleh The Japan Times, Jumat (3/3/2023).
Bergabung bersama kru yang semuanya beranggotakan laki-laki, dokter di RS Toranomon Tokyo tersebut beranggapan perempuan dan laki-laki masih dipandang berbeda.
“Tetapi, aku sendiri ingin melakukan yang terbaik dengan dipandang sebagai kandidat astronot daripada sebagai wanita muda,” ungkapnya.
Menjadi Seorang Astronot Perempuan
Pada konferensi pers yang ia ikuti di Jepang, ia menerima pertanyaan yang menanyakan apakah
Ayu menegaskan privasi dalam menjawab pertanyaan tersebut. “Mohon maaf sekali, ini adalah masalah privasi saya. Saya tidak bisa menjawab,” tuturnya.
Banyak orang menganggap pertanyaan ini bersifat diskriminatif, termasuk warganet Indonesia di Twitter yang turut berpendapat dalam sebuah utas di Twitter tentang Ayu.
“Perempuan di masyarakat patriarki, apalagi seusia Mbak Yoneda, diharapkan utk menikah, bukan jadi astronot,” tulis akun @***iaMD dalam utasnya.
Akun @be****yah juga berkomentar. “Di negara maju pun perempuan gak boleh berkembang,” ungkapnya.
Berdasarkan konferensi pers tersebut, ia dengan tegas meyakini bahwa ia harus melakukan yang terbaik untuk perkembangan astronot, terlepas dari gendernya.
“Aku berharap dapat menggunakan pengetahuanku sebagai dokter untuk memberikan kontribusi kembali kepada Bumi,” pungkasnya.
Inspirasi Ayu untuk menjadi astronot dimulai sejak ia kecil, saat ayahnya memberinya manga biografi astronot Mukai.
“Aku belajar tentang tugas seorang astronot dari buku itu dan aku terharu karena bukunya memiliki pemandangan Bumi dari luar angkasa,” ucapnya.
Advertisement
Makoto Suwa sebagai Kandidat Lainnya
Bersama dengan Ayu, Makoto Suwa terpilih sebagai satu kandidat lainnya.
Dilansir dari The Japan Times, saat ini, ia bekerja untuk Bank Dunia sebagai spesialis pencegahan bencana di Washington, Amerika Serikat (AS). Ia berkontribusi melalui program sukarelawan luar negeri Badan Kerjasama Internasional Jepang dan Organisasi Meteorologi Dunia PBB.
Setelah gagal melamar di babak sebelumnya, Makoto mengaku sangat ingin melamar untuk kedua kalinya tahun lalu. Tak disangka, perjuangannya membuahkan hasil pada tahun ini.
“Pekerjaan ini bersinar bagiku,” tutur lulusan pascasarjana Princeton University tersebut.
Keduanya akan menjalani masa pelatihan selama dua tahun untuk mendapatkan sertifikasi resmi sebagai astronot. Mereka diharapkan untuk berpartisipasi dalam kunjungan jangka panjang di Stasiun Luar Angkasa Internasional, serta mengunjungi sebuah pusat yang baru dibangun di bulan melalui program eksplorasi Artemis yang dipimpin oleh AS.