Liputan6.com, Jakarta Bayi umur setahun asal Bekasi yang mengalami obesitas bernama Kenzi tengah ditangani di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Kenzi mengalami obesitas karena kelainan genetik.
“Jadi obesitas itu sudah kita tangani dengan baik, sebabnya adalah karena kelainan genetik. Kita akan melakukan evaluasi apakah diperlukan tindakan bedah,” kata Dante saat ditemui di RSCM usai peresmian Gedung Kanigara, Jumat (3/3/2023).
Baca Juga
Mengingat bayi tersebut memiliki kelainan genetik maka bakal dilakukan intervensi agar berat badan Kenzi tidak terus melonjak naik.
Advertisement
“Kelainan genetik ini sudah pasti karena ini kelainannya super overweight dan kita akan melakukan tindakan operatif, mungkin kita akan melakukan tindakan operatif misalnya memendekkan panjang ususnya supaya serapan makanan menjadi lebih rendah, ini salah satu yang akan kita lakukan,” tambahnya.
Kenzi juga akan diberikan terapi dengan diet dan terapi bedah bila diperlukan.
“Terapi pendekatannya untuk terapi diet dan terapi bedah bila diperlukan. Kita sedang evaluasi apakah cukup umurnya untuk dilakukan tindakan bedah dan evaluasi edukasi untuk keluarganya nanti setelah ada perkembangan.”
Terkait dokter yang menangani Kenzi, Dante mengatakan bahwa balita tersebut ditangani oleh satu tim dokter.
“Ditangani satu tim, banyak dokternya, lebih dari sepuluh.”
Kasus Langka
Dalam kesempatan yang sama, Direktur RSCM Lies Dina Liastuti mengatakan bahwa Kenzi masih diperiksa dan kasusnya merupakan kasus langka.
“Kenzi masih diperiksa, kan kasusnya langka, jadi enggak mudah untuk mencari penyebabnya,” kata Lies.
Ia menggarisbawahi, obesitas yang dialami Kenzi bukan semata-mata karena pola makan.
“Bukan hanya karena pola makan tapi karena masalah faktor genetika, dan itu enggak banyak kan kasusnya, jadi itu sedang diambil beberapa pemeriksaan yang belum keluar,” tambah Lies.
Advertisement
Dokter yang Menangani
Lebih lanjut, Lies merinci bahwa dokter yang menangani Kenzi berasal dari beberapa divisi.
“Ada beberapa divisi, karena kan ada dokter spesialis dan dokter subppesialis. Misalnya gini, ada dokter anak, ginjal, ada dokter gizi, dari divisi penyakit langka masih berkolaborasi untuk mengetahui penyebabnya.”
Obesitas pada anak dari pasangan Pitriah dan Sopiyan ini juga sedang diperiksa. Pasalnya, kondisi ini tidak biasa dan bukan hanya akibat kebanyakan makan. Pengecekan pun tengah dilakukan, bahkan ada sampel yang dikirim ke lab di luar negeri.
“Obesitas itu lagi dicek kan, itu kan kondisi tidak biasa, bisa jadi bukan hanya karena kebanyakan makan, jadi harus kita cek lagi, hasil labnya 28 hari,” jelas Lies.
Tentang Kenzi
Sebelumnya, bayi asal Tarumajaya, Kabupaten Bekasi ini viral di media sosial. Di usianya yang baru menginjak 16 bulan, bayi ini memiliki berat badan 27 kg.
Saking besarnya, terkadang bayi laki-laki itu memakai baju ayahnya, Sopiyan.
"Bapaknya kan badannya juga kecil. Baju bapaknya saja muat sama dia, kadang dipakaikan juga ke anak saya," kata sang ibu, Pitriah.
Menurut Dante, obesitas pada dewasa berbeda sekali dengan obesitas pada anak-anak.
“Obesitas pada anak bisa memicu terjadinya diabetes pada saat dia dewasa,” kata Dante usai Rapat Koordinasi Kesehatan Nasional, di Jakarta, Kamis 24 Februari 2023.
Terkait obesitas sendiri, pihaknya telah melakukan pencegahan dengan melaksanakan edukasi yang mengingatkan bahwa obesitas di masa kecil dapat berdampak buruk bagi kesehatan anak di masa depan.
“Kita sudah melakukan edukasi supaya anak-anak tidak menjadi obesitas sehingga tidak berisiko bagi mereka ketika sudah dewasa untuk menjadi diabetes, penyakit jantung, dan sebagainya,” ujarnya.
Advertisement