Sukses

Diet untuk Anak dengan Diabetes, Ini Saran Dokter

Meningkatnya kasus diabetes melitus pada anak menjadi alasan mengapa diet untuk anak pasien penyakit ini diperlukan.

Liputan6.com, Jakarta - Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) menyebut kasus diabetes melitus (DM) pada anak semakin tinggi, baik di dunia maupun Indonesia.

Di Indonesia, kasus-kasus DM pada anak disumbangkan oleh 13 kota, seperti Manado, Surabaya, Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Malang, Denpasar, dan Makassar. 

Pada bulan lalu, IDAI mencatat bahwa kasus penyakit ini pada anak meningkat sampai 70 kali lipat per Januari 2023, dibandingkan tahun 2010.

“Karena itu, sekitar 1.645 anak di Indonesia mengidap diabetes melitus,” tutur dokter spesialis anak konsultan endokrinologi Dana Nur Prihadi,

Laporan IDAI yang sama juga mengungkap bahwa diabetes melitus paling banyak menyerang anak berusia 10-14 tahun, yaitu sebanyak 46%, sedangkan untuk anak usia 5-9 tahun sebesar 32%.

Diabetes melitus atau yang sering disebut dengan penyakit kencing manis merupakan gangguan metabolisme kronis yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas batas normal yang berlangsung secara kronis.mengungkap, banyak pasien DM yang awalnya tidak menyadari karena jarang memeriksa gula darah.

"Kalau memang sudah ada gejala (DM), PR-nya banyak,” tutur dokter lulusan program spesialis anak dari Universitas Padjadjaran tersebut.

 

2 dari 3 halaman

Diet Makanan yang Cocok untuk Anak Pasien Diabetes Melitus

Untuk menjaga tubuh dengan hati-hati, diet makanan diperlukan bagi anak dengan diabetes melitus. Menurut Dana, masukan karbohidrat, protein, lemak, dan serat tetap dibutuhkan bagi mereka.

“Setiap pasien baru, anak (dan) keluarga kita ajak diskusi untuk menentukan apa makanan yang harus dikonsumsi. Kalau (pasien) tidak tahu, malah mengira terlalu banyak larangan, padahal itu boleh,” tutur Dana kepada Health Liputan6.com setelah acara.

Tak lupa, dokter yang praktik di Rumah Sakit Hermina Mekarsari tersebut juga menyebutkan bahwa yang terpenting adalah jumlah karbohidrat dan kalori seimbang dengan insulin. 

“Karena bagaimanapun, anak harus tetap tumbuh dan berkembang. Ia harus beraktivitas, bersekolah. Jadi, dengan makanan yang seimbang, (pertumbuhan) akan baik,” ia menambahkan.

Susu juga tetap dibutuhkan untuk anak-anak pasien diabetes melitus. Meski begitu, menurut Dana, orang tua harus mencari susu yang kandungan karbohidratnya rendah.

“Sebenarnya intinya, cari makanan atau minuman yang kandungan glukosanya atau glycemix index-nya tidak tinggi,” pungkas dokter tersebut.

Menurut Dana, penting bagi dokter untuk mengetahui makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh pasien.

“Ada makanan yang dimakan sekian waktu langsung tinggi (glukosanya). Tapi ada yang saat dimakan, gula darahnya naik perlahan dan tidak tinggi,” jelasnya.

Pola makan dan selera anak yang berbeda-beda menjadikan konsultasi dengan dokter sangat diperlukan, terutama terkait dengan kadar gula darah.

“Kita tanya dulu, anaknya makannya apa biasanya? Misalnya, kalau pagi makannya sekian, nah itu akan dihitung,” ungkap dokter anggota IDAI tersebut.

3 dari 3 halaman

Olahraga yang Direkomendasikan untuk Pasien Kencing Manis

Berdasarkan pemaparan Dana, pasien diperbolehkan untuk melakukan jenis olahraga apapun selama tidak ada komplikasi dan kontrol glikemik pasien baik.

Bagaimanapun, monitor gula darah sebelum dan setelah olahraga diperlukan. Caranya adalah dengan menentukan apakah perubahan insulin dan asupan makan dibutuhkan. Selain itu, mempelajari respons glikemik setelah berolahraga juga sangat dianjurkan oleh dokter tersebut.

Dana juga memberikan saran pencegahan untuk diabetes melitus untuk aktif berolahraga setidaknya 30 menit dalam sehari. Menurutnya, hal ini bisa membantu mencapai berat badan ideal dan menekan tingginya risiko DM tipe-2.

Adapun DM tipe-2 merupakan diabetes yang disebabkan oleh kelenjar pankreas yang tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin. Sementara itu, DM tipe-1 adalah keadaan diabetes saat tubuh sudah berhenti memproduksi insulin karena sel tidak sensitif, menurut pemaparan Dana.

Ia menyarankan, kontrol metabolik penting dengan cara mengecek rapot gula darah (HbA1c) dalam 3 bulan sekali.