Liputan6.com, Jakarta Kasus ibu hamil meninggal di Subang bernama Kurnaesih (39) menjadi sorotan publik hingga pemerintahan. Perkembangan terkini, sudah diklarifikasi bahwa bukan 'ditolak' tak ada rujukan dari Puskesmas setempat, melainkan karena ruang ICU di RSUD Ciereng Subang, Jawa Barat yang dituju pasien penuh.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang, Maxi menceritakan kronologi kejadian ibu hamil Kurnaesih dengan usia kehamilan 9 bulan dan sudah waktunya persalinan tersebut meninggal dunia. Kejadian memilukan itu terjadi pada 16 Februari 2023, Kurnaesih meninggal dalam perjalanan ke Bandung untuk mencari rumah sakit lain.
Baca Juga
Awal cerita, pada hari itu Kurnaesih yang merupakan warga Desa Buniara, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang menampakkan tanda-tanda melahirkan. Pihak keluarga memanggil bidan desa setempat.
Advertisement
Bidan desa melihat kondisi Kurnaesih sepertinya bukan persalinan yang biasa. Ia lantas menelepon Puskesmas Tanjungsiang, yang termasuk dekat dari rumah pasien.
"Hanya berselang satu jam, ibu ini muntah, ketubannya pecah, dan pingsan. Melihat keadaan itu, bidan desa ini menilai bukan persalinan yang normal atau bukan biasa-biasa saja," tutur Maxi dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (8/3/2023).
"Kemudian berinisiatif menelepon Puskesmas dan mengirim ambulans. Tak lama ambulans datang dan membawa ibu ini untuk menuju PONEK, ruangan khusus untuk ibu bersalin gitu. Dalam perjalanan, ibu ini muntah lagi. Sampai di Puskesmas kan jalannya enggak sampai 5 menit."
Rujukan ke RSUD Ciereng Subang
Setibanya di Puskesmas Tanjungsiang, Kurnaesih mendapat penanganan diantaranya diberikan infus, pemasangan kateter dan lainnya.
Kondisinya yang tak dapat ditangani pihak Puskesmas membuat keputusan bahwa Kurnaesih harus dirujuk ke RSUD Ciereng Subang.
Pihak Puskesmas Tanjungsiang sudah menghubungi RSUD Ciereng Subang terkait dengan Kurnaesih yang harus dirujuk. Keluarga pasien diminta menunggu informasi lanjutan dari RSUD Ciereng Subang soal rujukan.
Cukup lama menunggu informasi dari RSUD Ciereng Subang, keluarga pasien memutuskan langsung ke RSUD, dengan asumsi jika dalam perjalanan diinformasikan rujukan, maka jarak ke RSUD tentu akan lebih dekat dan cepat sampai.
"Di Puskesmas mendapat pertolongan dengan menggunakan infus, pemasangan kateter dan usaha-usaha untuk pertolongan awal. Ternyata kondisi ibu ini tak bisa ditangani Puskesmas, kemudian diputuskanlah dirujuk ke RS Rujukan Ciereng Subang," Maxi melanjutkan.
"Melihat belum segera dijawab (oleh RSUD Subang), ini pasiennya on the way (melakukan perjalanan) dengan ambulans menuju rumah sakit. Dengan harapan, kalau dijawab berarti kan sudah dekat dengan tujuan."
Advertisement
Informasi ICU Penuh Diberikan Setengah Jam Kemudian
Dalam perjalanan ke RSUD Ciereng Subang, keluarga Kurnaesih baru mendapat jawaban pihak rumah sakit setengah jam kemudian.
Disampaikan bahwa Kurnaesih harus segera mendapatkan operasi dan membutuhkan ruang ICU. Namun, ruang ICU sedang penuh.
Pihak keluarga disarankan untuk mencari fasilitas kesehatan lain. Padahal, posisi ambulans sudah dekat dengan RSUD Ciereng Subang, yang mana posisinya kira-kira tiba 5 menit lagi ke rumah sakit.
"Jawabannya dari rumah sakit, pasien ini kondisinya harus dilakukan pertolongan dengan sarana ICU. itu yang kemudian dilakukan operasi, pasca operasi akan membutuhkan ICU karena kondisinya tidak baik-baik saja," terang Maxi.
"Bidannya (bidan desa yang mendampingi Kurnaesih) bingung, padahal sudah dekat denan RSUD Subang tapi kok di sana penuh, tidak bisa dilayani. Berinsiatiflah bidannya menelepon rumah sakit terdekat lain, siapa tahu ada ruangan kosong."
Maxi mengatakan, ternyata dua rumah sakit terdekat lain yang dihubungi bidan desa tersebut ruang ICU juga penuh. Bidan desa pun menghubungi Koordinator Dinkes Kabupaten Subang untuk meminta solusi.
"Atas saran Koordinator Dinkes, terus aja ke RSUD Ciereng Subang karena dalam keadaan darurat supaya mendapat pertolongan pertama. Diterima damai sebenarnya di RSUD, tidak ditolak. Kalau ditolak kan enggak diterima," katanya.
"Diperiksa masih bagus kondisinya, masih bisa ngomong, karena situasinya ibu bersalin, didoronglah ke ruang PONEK namanya."
Keluarga Pasien Merasa Tersinggung
Singkat cerita masuk ruang PONEK, tambah Maxi, ada bidan yang berjaga bertanya, "Ini pasien yang mana?" Dijawab, "Yang dari Tanjungsiang, Bu."
Bidan RSUD Ciereng Subang membalas, "Kok cepet (sampai) Bu, tadi baru 5 menit ditelepon kok langsung nyampenya."
Kembali dijawab keluarga Kurnaesih, "Kami kan menunggu data informasi dari rumah sakit, tapi kami sambil jalan."
"Nah. jawaban bidan yang jaga, kan sudah disampaikan tadi bahwa di sini kan ICU full (penuh), kenapa dibawa ke sini? Karena ini butuh ICU. Mulailah permasalahannya di sini, mungkin gestur tubuh, mimik dan bahasa yang kurang pas dalam penyampaiannya itu sehingga bidan keluarga dan perujuk merasa tersinggung,"Â ucap Maxi.
"Gimana ini emergency kok enggak bisa dirujuk gitu. Ini petugas yang menginformasikan sebenarnya akan menjelaskan bahwa sudah kami konsultasikan ke dokter kandungan dan harus operasi dan pasca operasi membutuhkan ruang ICU. Jawaban belum keluar, pasien langsung dibawa ke ambulans."
Menurut informasi yang diperoleh Maxi, keluarga pasien kesal karena tidak dilayani masuk padahal kondisi Kurnaesih dalam keadaan darurat.
"Mereka ngambek, sedikit marah-marah gitu. Saya rasa ada miskomunikasi. Mungkin penyampaiannya (petugas RSUD Ciereng Subang) belum utuh tapi disalahtafsirkan oleh pihak keluarga," imbuhnya.
Advertisement