Liputan6.com, Jakarta - - Para pecinta kucing alias cat person tentu akan berbinar-binar ketika melihat kucing, apalagi kucing gemuk yang menggemaskan. Orang tersebut akan dengan segera mendekati kucing untuk menggendong, mengelus, atau bermain dengannya.
Sebaliknya, boro-boro mengelus, seseorang yang tidak menyukai kucing akan memilih untuk menjauh dan membiarkannya. Anehnya, bukannya balas membenci, kucing malah menyukai seseorang yang membencinya.
Baca Juga
Menurut penelitian, kucing menyukai orang yang membencinya karena keengganan untuk mengelusnya memberi kucing kontrol serta kemandirian yang dibutuhkannya.
Advertisement
Sementara pecinta kucing yang mengaku berpengetahuan luas tentang kucing dan tinggal bersamanya selama beberapa tahun lebih cenderung mengelus kucing di area yang sebenarnya tidak disukai anabul.
Berbeda dengan anjing, kucing bisa menjadi karakter galak yang suka menyendiri, memasang jarak, bahkan terkadang bersikap benar-benar kasar.
Kendati demikian, sebuah penelitian baru oleh para ilmuwan perilaku hewan di Nottingham Trent University dan University of Nottingham menemukan bahwa sebetulnya ketika kucing berperilaku demikian, yang salah adalah si pemilik dan bukan kucingnya.
Sementara kebanyakan anjing akan menghujani siapa pun dengan kasih sayang, kucing lebih sulit dibuat senang. Kucing juga memiliki beberapa aturan dan ketentuan yang perlu diikuti sebelum memutuskan untuk bersikap hangat terhadap seseorang, termasuk pemiliknya.
Dilansir dari The Telegraph, salah satu hal yang membuat perilaku kucing tiba-tiba waspada dan mengeluarkan cakarnya ialah karena Anda mengelusnya di bagian tubuh yang salah.
Area yang Tidak Boleh Dielus
Kucing memiliki beberapa bagian tubuh yang disebut "area merah" yang tidak ingin disentuh, seperti pangkal ekor dan perut. Jika Anda berusaha mengelus area-area tersebut, maka jangan heran jika kucing tiba-tiba menghindar bahkan marah dan mencakar Anda.
Namun, bukan berarti kucing tidak ingin dielus. Kucing juga memiliki "area hijau", yaitu bagian yang boleh disentuh, yang meliputi pangkal telinga dan bawah dagu.
Sebuah studi baru yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports menemukan bahwa seseorang yang mengaku bahwa dirinya pecinta kucing lebih cenderung menyentuh "area merah", membuat kucing merasa tidak nyaman.
Orang-orang yang telah hidup lama dengan kucing juga terkadang tidak memberi kucing kebebasan yang cukup sebab hobi menyentuhnya sesuka hati mereka.
Sebuah penelitian yang berlangsung di Cattery Battersea Cats and Dogs Home meneliti hubungan 120 orang dengan kucing. Setiap orang ditinggalkan di sebuah bersama tiga ekor kucing secara bergantian selama masing-masing lima menit untuk bermain bersama.
Advertisement
Penelitian
Orang tersebut diminta menunggu kucing datang kepadanya sebelum kemudian dibiarkan memeluk, membelai dan bermain bersama kucing. Para peneliti mencatat setiap interaksi dan menilai seberapa nyaman kucing tersebut, bagaimana orang itu berperilaku, dan perilaku mana yang paling disukai kucing.
Para peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada peserta yang memelihara kucing di rumah untuk mengetahui berapa banyak pengalaman dengan kucing yang dimiliki, dan seberapa tinggi mereka menilai pengetahuannya tentang kucing.
Hasilnya, 80 persen dari semua interaksi manusia-kucing terbagi dalam tujuh kategori berdasarkan bagaimana manusia dan hewan bertindak dan merespons. Kategori teratas, atau "praktik terbaik", adalah "pasif tetapi merespons kontak, sentuhan minimum".
Kategori lain termasuk seseorang yang membelai "area hijau" yang disukai kucing; kecenderungan untuk memegang atau menahan kucing; serta terus-terusan menyentuh "area merah".
Para pemilik kucing yang paling berpengalaman dilaporkan lebih cenderung mengelus kucing di "area kuning", seperti ekor, kaki, dan sepanjang punggung, yang merupakan area yang kurang disukai daripada wajah.
Usia dan Sikap Ekstrovert
Peneliti juga menemukan bahwa orang yang lebih tua lebih sering meraih dan menahan kucing ketimbang orang yang lebih muda.
Selain itu, orang ekstrovert lebih cenderung menginisiasi kontak dengan kucing, yang sebenarnya tidak disukai kucing sebab mereka ingin mengendalikan kapan dan bagaimana interaksi dimulai.
"Temuan kami menunjukkan bahwa karakteristik tertentu yang mungkin kami asumsikan akan membuat seseorang pandai berinteraksi dengan kucing—seberapa tinggi mereka menilai pengetahuannya, pengalaman memelihara kucing serta usia—tidak selalu dianggap sebagai indikator pasti terhadap kesesuaian seseorang untuk mengadopsi kucing tertentu, terutama yang perlu penanganan khusus," ujar ahli perilaku kucing di Nottingham Trent University yang juga merupakan peneliti utama studi Dr Lauren Finka kepada The Telegraph.
Finka juga mengatakan bahwa tempat penampungan hewan tidak sepantasnya mendiskriminasi calon pengadopsi yang belum memiliki pengalaman memelihara kucing sebelumnya sebab mungkin saja mereka ternyata handal merawat kucing.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement