Liputan6.com, Jakarta - Transplantasi rambut bisa menjadi opsi kala rambut menipis dan botak. Tentunya, pasien perlu berkonsultasi ke dokter yang pakar dalam hal cangkok rambut terlebih dahulu.
Terapi tanam rambut atau transplantasi rambut adalah rangkaian operasi di kulit kepala yang dilakukan dengan memindahkan sel rambut yang sehat ke area yang mengalami kebotakan. Dengan transplantasi rambut, pasien dapat memiliki rambut kembali secara permanen.
Baca Juga
"Transplantasi rambut merupakan sebuah metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area yang mengalami kebotakan," jelas Chief Medical Officer Bamed, dr. Adhimukti T. Sampurna, Sp.KK, FINSDV, pada press conference Bamed Hair Care di kawasan Senopati, Jakarta Selatan (13/03/2023).
Advertisement
Sebelum melakukan terapi ini, pasien wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis kulit dan kelamin yang tepat untuk menentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Bamed menyediakan layanan kesehatan untuk kulit kepala dan rambut, terutama yang ingin melakukan hair transplant. Dengan begitu, masyarakat Indonesia tidak perlu pergi keluar negeri untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk kulit kepala dan rambut.
Apa saja syarat transplantasi rambut?
Syarat Transplantasi Rambut
- Berusia minimal 20 tahun
Syarat transplantasi rambut yang pertama adalah pasien harus berusia minimal 20 tahun. Lebih baik lagi, lebih dari usia 25 tahun.
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin dari Bamed, Firman Parrol, seseorang yang masih berusia muda cenderung memiliki kerontokan rambut yang masih progresif.
“Kalau usianya masih muda, kerontokannya masih progresif. Kita belum tahu (tingkat) kebotakannya sampai mana. Lebih baik menunggu dulu (hingga usia yang cukup), daripada sudah transplantasi, kemudian mengalami kerontokan lagi. Nanti harus transplantasi lagi, adi sayang,” jelas Firman.
- Tidak memiliki penyakit autoimun
Firman mengungkapkan bahwa pasien dengan penyakit autoimun tidak disarankan untuk melakukan hair transplant.
“Ini merupakan penyakit progresif dan berjalan terus. Bisa jadi setelah ditanam (rambutnya), autoimunnya tiba-tiba muncul lagi, lalu rambutnya rontok lagi,” tuturnya.
Advertisement
Ekspektasi yang Realistis
- Tidak memiliki ekspektasi berlebihan
Tidak memiliki ekspektasi berlebihan menjadi salah satu syarat treatment ini.
Sebagai contoh, apabila rambut pasien sudah sangat tipis, sedangkan area botaknya sudah jauh lebih besar daripada jumlah rambut sehat yang bisa diambil, maka perbandingannya tidak bisa menutupi sepenuhnya. Dengan begitu, hasil transplantasi tidak bisa maksimal.
“Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan sehingga tidak kecewa di kemudian hari,”
Syarat-syarat lainnya adalah memiliki rambut donor yang tebal, responsif terhadap terapi medikamentosa, memiliki densitas FU >65 FU/cm2 dan rambut tebal (>50-60 mikron), dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan transplantasi rambut.
Menurut Firman, sebelum mengambil langkah transplantasi pasien harus berkonsultasi dengan dokter agar bisa mendiskusikan solusi yang tepat.
Bisa Dilakukan Untuk Berbagai Kondisi Masalah Kerontokan
Transplantasi rambut dapat dilakukan untuk berbagai kondisi, di antaranya:
- Alopesia Andogenetika pada pria (AAG)
- Female pattern hair loss
- Alopesia skar sekunder (pascatrauma, luka bakar, radioterapi, bedah)
- Alopesia triangular temporal (mundurnya garis rambut frontalis)
- Alopesia akibat traksi atau alis rontok (trauma, paskabedah, dicabuti) dan kerontokan bulu mata, janggut, bulu pubis.
Firman menjelaskan, kondisi lain yang belum disebutkan di atas mungkin dapat dilakukan tindakan transplantasi rambut, tetapi penting dikonsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi dan venereologi terlebih dahulu.
Bukan hanya bisa dilakukan untuk rambut kepala, transplantasi rambut juga bisa dilakukan untuk area ketiak, alis, kelamin, dan lainnya. Namun, sel rambut yang diambil harus tetap berasal dari rambut kepala.
Advertisement