Sukses

Bayi Kenzi dari Bekasi Alami Obesitas Genetik, Kemenkes: Ini Kasus Langka

Kenzi, balita yang menderita obesitas, ternyata mengalami obesitas yang langka alias obesitas genetik.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan bayi obesitas asal Bekasi bernama Kenzi memiliki masalah genetik. Kondisi yang dialami Kenzi pun termasuk langka.

"Faktor genetik menjadi pemicu kondisi obesitas pada Kenzie, dan ini merupakan kasus yang sangat langka, jadi kepastian hasil pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk menentukan diagnosis pasien," jelas Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril dalam keterangan yang diterima Health-Liputan6.com.

Saat ini, tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta masih melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan spesifik melalui pemeriksaan laboratorium. 

Tim masih dilakukan pemeriksaan penyebab pasti kasus obesitas yang dialami Kenzie. Hasil laboratorium kurang lebih akan diterima dalam kurun waktu 21 hari kerja.

Kenzi Ditangani Banyak Dokter

Selama menunggu hasil laboratorium, Kenzi mendapatkan penanganan dari tim dokter RSCM Jakarta, mulai dari dokter spesialis anak, Spesialis Gizi, Divisi Penyakit Langka, hingga Spesialis Fisioterapi.

Yang menjadi tantangan saat ini adalah kepatuhan dari orangtua Balita Kenzie untuk menjalankan saran dari tim dokter. Perkembangan Kenzie juga terus dimonitor oleh Puskesmas setempat.

“Kami akan berupaya semaksimal mungkin dalam menangani kondisi pasien Kenzie, terutama saat ini fisioterapi terus dilakukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan pasien,” ujar Syahril.

Seperti diketahui, Kenzi saat 16 bulan memiliki berat badan 27 kg. Kondisi Kenzi memicu permasalahan yang lain, seperti bentuk kaki yang tidak sempurna yang membentuk huruf 'O', hingga keterlambatan perkembangan. Saat ini, Kenzie belum mampu berjalan.

 

2 dari 3 halaman

Awal Kasus Kenzie

Pada mulanya, sang ibu, Pitriah tidak mengetahui penyebab sang buah hati tiba-tiba mengalami kenaikan berat badan yang signifikan.

Pitriah merasa berat badan mulai tidak normal saat Kenzi sudah enam bulan. Berat badan putranya itu terus naik.

"Sejak enam bulan mulai naik sekilo, sekilo. Nambah terus," kata Pitriah mengutip Antara.

Selepas enam bulan, seperti bayi kebanyakan Kenzi juga mulai masuk ke fase mengonsumsi makanan padat lewat Makanan Pendamping ASI (MPASI). Tepatnya, pada usia tujuh bulan Kenzi mulai mengonsumsi bubur instan dan camilan.

Menurut pengakuan Pitriah, frekuensi makan dan porsi yang diberikan dirasa normal.

"Makannya normal sehari dua kali, bubur pagi sama sore," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Beri Camilan Warung

Pitriah juga mengaku memberikan camilan warung untuk Kenzi.

"Saya kasih ciki kentang yang seribuan juga di warung, buat iseng-iseng ngemil saja kalau siang. Tapi itu juga dia tidak habis kok sebungkus," katanya.

Dengan pola makan seperti itu, berat badan Kenzi melonjak hingga 26,9 kilogram dengan panjang badan 75 cm saat didata petugas kesehatan pada Bulan Desember 2022.

Melihat pertumbuhan yang tidak seperti anak-anak lainnya, para tenaga kesehatan rutin melakukan kontrol ke rumah Kenzi.

Pada 16 Desember 2022, bidan dari desa mulai rutin melakukan kontrol ke rumah orang tua Kenzi, didampingi oleh petugas Tenaga Pelaksana Gizi (TPG).

Kemudian pada tanggal 20 Desember 2022, petugas TPG bersama kader posyandu menjemput Kenzi dan ibunya untuk dibawa ke UPTD Puskesmas Setiamulya.

"Sesampainya di sana, dilakukan pemeriksaan oleh dokter kemudian dirujuk ke RS Ananda Babelan untuk ditangani lebih lanjut," katanya.

Kemudian Kenzi menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Hermina Bekasi. Lalu, dikirim ke RSCM untuk menjalani pemeriksaan yang lebih lengkap.