Sukses

Terlalu Cemas dan Bergantung ke Pasangan, Apakah Ini Hubungan yang Sehat?

Perasaan cemas dan terus merasa membutuhkan pasangan merupakan salah satu tanda Anda memiliki relationship anxiety.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang, sering merasa khawatir dalam hubungan romantis atau bersahabat bisa menjadi sebuah masalah yang tidak mudah. Relationship anxiety atau kecemasan dalam hubungan, merupakan bentuk kecemasan yang sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. 

Akan tetapi, dilansir dari laman Medical News Today, jenis kecemasan ini belum termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental. Ini buku asosiasi psikiater Amerika Serikat yang berisi jenis-jenis gangguan kepribadian sebagai panduan diagnosis untuk psikiater.

Hal ini membuat diagnosis dan pengobatan relationship anxiety menjadi lebih sulit daripada bentuk kecemasan lainnya. Namun, kecemasan ini memiliki fitur yang serupa dengan gangguan kecemasan sosial yang dapat menyebabkan seseorang merasa sangat khawatir dan takut ditolak oleh individu lain di sekitarnya.

Merasa cemas tentang penerimaan dan perasaan timbal balik oleh pasangan merupakan hal yang manusiawi, tetapi kecemasan seringkali berkembang menjadi ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Jadi, penting untuk mengatasi kecemasan hubungan yang mengganggu agar dapat memiliki hubungan yang lebih sehat.

2 dari 4 halaman

Gejala Kecemasan Hubungan dalam Hubungan

Peneliti menggambarkan tiga gejala umum dari relationship anxiety yang dilansir dari sebuah penelitian di Wiley Online Library, di antaranya:

Selalu mengharapkan kepastian atau hiburan dari pasangan

Pencarian kepastian yang berlebihan ini juga umum terjadi pada orang-orang yang memiliki gangguan kecemasan sosial dan depresi.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa pencarian kepastian yang berlebihan berhubungan dengan ketergantungan dalam hubungan interpersonal. Ketergantungan interpersonal mengacu pada ketergantungan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan evaluasi positif dan rasa penerimaan terus menerus.

Membungkam diri sendiri

Gejala lain yang dialami oleh banyak kondisi gangguan kepribadian adalah kecenderungan untuk membungkam diri sendiri. Satu studi yang dipublikasikan di Jurnal Psikologi Eksperimental dan Sosial menunjukkan, wanita yang peka terhadap penolakan cenderung membungkam dirinya dan keinginannya, demi menyenangkan pasangannya.

Orang yang membungkam dirinya kemungkinan besar tidak ingin mengungkapkan selera, pendapat, atau perasaannya kepada pasangannya, terutama jika pemikiran dan keinginannya berbeda dengan sang pasangan.

Menurut studi tersebut, perilaku membungkam diri sendiri dan berkorban untuk mempertahankan hubungan justru berpotensi menurunkan kepuasan dalam hubungan.

3 dari 4 halaman

Selalu Membutuhkan Akomodasi dari Pasangan

Akomodasi pasangan dapat terjadi ketika salah satu dari pasangan mencoba untuk membantu pasangannya yang mengalami kecemasan hubungan. Efek ini sering terjadi kepada pasangan yang salah satu atau keduanya memiliki gangguan kepribadian obsesif-kompulsif.

Terkadang, pasangan yang harus memenuhi akomodasi ini sebenarnya tidak ingin melakukannya, tetapi tetap mereka lakukan karena mereka merasa perlu untuk “mengobati” kecemasan pasangannya. Sayangnya, akomodasi terus menerus justru dapat memperburuk kecemasan pasangan, juga memperkuat perilaku obsesif-kompulsif.

Dilansir dari laman Klikdokter, perilaku obsesif-kompulsif atau yang lebih sering dikenal dengan OCD adalah sebuah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan kecenderungan untuk memiliki pikiran obsesif yang terus-menerus dan perilaku kompulsif yang berulang. Kondisi ini dapat mempengaruhi seseorang secara signifikan, mengganggu aktivitas sehari-hari, membatasi kebebasan individu, tak terkecuali membatasi hubungan.

4 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Relationship Anxiety

Untuk membantu mengatasi kecemasan dalam hubungan, terdapat berbagai jenis terapi pasangan yang disarankan oleh Medical News Today, seperti psikoedukasi berbasis pasangan yang bertujuan untuk mengatasi pola perilaku kecemasan.

Selain itu, terdapat juga terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy/CBT), terapi mengenai komitmen, dan mempraktikkan mindfulness. Meskipun hasil dari CBT individu dapat bervariasi tergantung pada interaksi pasangan sebelum pengobatan, dokter tetap dapat meminta pasangan untuk memantau pasangan yang memiliki kecemasan hubungan dalam rencana perawatan.

Sayangnya, dokter belum memiliki pedoman yang spesifik untuk mengobati kecemasan hubungan. Dengan demikian, perlu dilakukan konsultasi lebih lanjut untuk mendiagnosis dan mengobatinya dengan lebih baik.