Sukses

Tips agar Tak FOMO di Era Gencarnya Penggunaan Media Sosial

Merasakan FOMO menjadi lumrah di era gencarnya penggunaan media sosial. Namun ternyata, istilah satu ini sudah populer sejak belasan tahun yang lalu.

Liputan6.com, Jakarta Merasakan Fear of Missing Out atau yang lebih dikenal dengan sebutan FOMO menjadi lumrah di era gencarnya penggunaan media sosial. Namun ternyata, istilah FOMO sudah populer sejak belasan tahun lalu.

World Journal of Clinical Cases menyebutkan bahwa FOMO berarti takut ketinggalan. Istilah ini mulai populer sejak tahun 2004, sedangkan psikolog banyak mulai membahas FOMO tepatnya sejak awal tahun 2000-an.

"Psikolog banyak mulai menggunakan istilah FOMO pada awal tahun 2000-an untuk menggambarkan fenomena terkait penggunaan situs jejaring sosial. Ini mendapatkan perhatian yang lebih besar selama bertahun-tahun karena kehadiran media sosial telah meningkat," ujar instruktur psikologi di Harvard sekaligus pendiri Priority Wellness Group, Natalie Christine Dattilo mengutip Forbes, Rabu (15/3/2023).

"FOMO mencakup persepsi ketertinggalan yang memicu kecemasan dan perilaku kompulsif. Seperti terus melihat situs jejaring sosial, untuk menjaga hubungan sosial," tambahnya.

FOMO, Ada Rasa Takut pada Ketertinggalan

Mengutip laman VerywellMind, penelitian menunjukkan bahwa rasa takut ketinggalan dapat berasal dari ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan dengan kehidupan. Perasaan tersebut dapat mendorong seseorang ke penggunaan media sosial yang lebih besar.

Pada gilirannya, keterlibatan yang lebih besar dengan media sosial dapat membuat kita merasa lebih buruk tentang diri kita dan hidup kita, bukan lebih baik. Sehingga, berikut beberapa diantaranya tips menghindari FOMO.

Lantas, bagaimanakah tips menghindari FOMO, terutama di era gencarnya penggunaan media sosial? Berikut beberapa diantaranya.

2 dari 4 halaman

Detoksifikasi Digital Ampuh Cegah FOMO

Menghabiskan terlalu banyak waktu di ponsel atau aplikasi media sosial dapat meningkatkan FOMO. Sehingga cara pertama yang dapat dilakukan untuk menghindari FOMO adalah detoksifikasi digital.

Detoksifikasi digital dianggap dapat membantu lebih fokus pada hidup Anda tanpa membuat perbandingan terus-menerus. Namun, jika memang melakukan detoksifikasi digital secara menyeluruh tidak memungkinkan, masih ada cara lain yang dianjurkan.

Cara lain tersebut yakni dengan membatasi penggunaan aplikasi media sosial tertentu yang kerap membuat Anda merasa kehilangan atau tertinggal.

Hapus sementara aplikasi tersebut, tetapkan batas harian tentang seberapa banyak Anda akan menggunakannya, atau singkirkan perasaan Anda untuk berhenti mengikuti (unfollow) orang yang membuat Anda merasa buruk tentang diri Anda sendiri.

3 dari 4 halaman

Ubah Fokus Lewat Apa yang Anda Ikuti di Media Sosial

Selanjutnya, cara kedua dapat dilakukan dengan mengubah fokus. Daripada berfokus pada kekurangan, cobalah perhatikan apa yang Anda miliki.

Cara satu ini memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan di media sosial, di mana kita mungkin dibombardir dengan gambar-gambar tentang hal-hal yang tidak kita miliki, tetapi tentu, masih tetap bisa dilakukan.

Samanya kurang lebih sama seperti apa yang ada pada poin pertama, Anda dapat mengikuti orang-orang yang lebih positif di media sosial. Hindari mengikuti orang yang cenderung menyombongkan diri atau tidak mendukung Anda.

Bangun Koneksi Nyata

Ketiga, mencari koneksi nyata. Anda mungkin menemukan diri Anda mencari koneksi yang lebih besar ketika Anda merasa tertekan atau cemas, dan ini sehat.

Jadi, daripada mencoba untuk lebih terhubung dengan orang-orang di media sosial, akan lebih baik jika Anda berupaya untuk membangun relasi yang lebih nyata dengan orang secara langsung.

4 dari 4 halaman

Menahan Rasa FOMO, Berhenti Membandingkan

Lebih lanjut psikolog sosial dan profesor di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma, Erin Vogel mengungkapkan bahwa cara lain untuk menahan rasa FOMO adalah dengan mengingat apa yang tidak Anda lihat di media sosial.

"Terutama di era media sosial, penting untuk mengingatkan diri kita sendiri bahwa kehidupan orang lain tidak semenarik atau sesempurna kelihatannya," kata Erin.

"Fokuskan energi Anda pada hubungan dan aktivitas yang memuaskan Anda. Saat Anda puas dengan cara Anda menghabiskan waktu, Anda tidak akan terlalu peduli dengan cara orang lain menghabiskan waktu mereka," tambahnya.