Liputan6.com, Jakarta - Ayah mendiang Edelenyi Laura Anna, Edelenyi Gabor yang juga akrab dipanggil Papa Gabor meninggal dunia pada Kamis, (16/3/2023).
Menghembuskan napas terakhir di Hungaria, kepergian Papa Gabor dikonfirmasi oleh Greta Iren, anak pertamanya, melalui akun Instagram.
Baca Juga
5 Film Indonesia yang Terinspirasi dari Kisah Nyata dan Peristiwa Viral, Laris Manis di Bioskop
5 Cara Mengonsumsi Alpukat untuk Menurunkan Kolesterol dan Mendapatkan 3 Manfaat untuk Jantung Anda
Tautan Siaran Langsung Pertandingan Timnas Indonesia melawan Filipina, Tayang di RCTI, GTV, dan Vision +
“Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau,” tulis Iren mengabarkan berita duka tersebut.
Advertisement
Semasa hidupnya, Papa Gabor diketahui telah mengidap kanker laring sejak lama.
Bahkan saat Laura masih hidup, perempuan tersebut beberapa kali mengunggah foto Papa Gabor di rumah sakit untuk menyemangati sang ayah pada akun Instagram-nya.
Kanker laring yang dialami Papa Gabor merupakan penyakit yang disebabkan oleh tumbuhnya tumor ganas pada lapisan-lapisan laring atau kotak suara, melansir National Cancer Institute.
Tak hanya merokok, konsumsi alkohol berlebih juga terbukti menjadi pemicu jenis kanker ini.
Ada beberapa operasi yang dapat dilakukan untuk menangani pasien kanker laring, yaitu reseksi endoskopi, laringektomi parsial, dan laringektomi total.
Reseksi endoskopi dilakukan dengan cara memotong tumor dengan alat selang, sedangkan laringektomi adalah operasi yang dilakukan dengan memotong bagian laring.
Seperti pasien kanker lainnya, kanker laring harus cepat ditangani dengan operasi. Apa saja gejala kanker laring menurut pasien?
Diawali dengan Suara Serak
Menurut seorang pasien kanker laring, Edison Siahaan, gejala awal yang dialaminya berupa suara serak.
“Tahun 1995, saya pada waktu itu merasa serak-serak. Terus, saya langsung pergi ke dokter THT (telinga hidung tenggorokan),” ungkap Ketua Perhimpunan Wicara Esofagus tersebut kepada Direktorat Promosi Kesehatan (Promkes) dan Pemberdayaan Masyarakat (PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Berdasarkan pengalaman Edison, dokter THT tersebut melihat adanya bintik pada suaranya.
“Dokter tanya ‘Bapak merokok?’, (saya jawab) ‘Iya, saya merokok’. Saya lantas berpikir, barangkali ini (karena) nikotin,” ia menambahkan.
Advertisement
Kanker Bertambah Besar
Beberapa waktu kemudian, ia merasa ada sesuatu di lehernya yang semakin bengkak. “Jadi, kanker itu bertambah besar, mendorong saluran pernapasan,” terang Edison dengan suara yang sudah tak keluar dengan sempurna.
Meskipun disarankan untuk berhenti merokok oleh dokter, ia mengaku saat itu tetap merokok.
Lebih lanjut, ia bercerita bahwa hal tersebut yang membuat kanker semakin parah dan ia harus menghabiskan banyak uang untuk perawatan.
“Setiap kali periksa darah, (pengeluaran) jutaan. Klimaksnya itu ketika kita dioperasi,” tuturnya.
Tubuh Semakin Kurus
Menurut Edison, salah satu akibat dari penyakitnya ini adalah penurunan berat badan.
“Kanker itu sudah membuat sesak pernapasan saya. Tubuh saya semakin kurus,” ia menceritakan pengalamannya.
Tak hanya itu, ia juga buka-bukaan mengungkapkan rasa penyesalannya.
“Kalau bisa saya putar waktu, saya berhenti merokok, saya tidak akan merokok. Segalanya terpuruk,” ungkap pria tersebut.
Mencegah kanker laring berarti mencegah penyesalan. Untuk itu, melansir Amerincan Cancer Society, mencegah kanker laring dapat dilakukan dengan mengatur pola makan sehat dan menghindari rokok dan alkohol.
Tak hanya itu, hindari juga terpapar bahan kimia, khususnya di tempat kerja.
Advertisement