Liputan6.com, Jakarta Perjalanan untuk menjadi seorang transgender tak selalu mudah ditempuh. Namun dengan keberaniannya, Jin Xing justru berani berterus terang terkait hal itu sambil memberi penegasan bahwa dirinya bukanlah standar untuk masyarakat.
Menurut Jin Xing, kehormatan hanya bisa diperoleh dari diri sendiri, bukan orang lain.
Baca Juga
"Hormat diperoleh dengan sendirinya, bukan sesuatu yang Anda minta dari masyarakat untuk diberikan kepada Anda," ujar Jin Xing saat menolak disebut sebagai standar dan mengkritik aktivis transgender yang meminta perlakuan khusus mengutip New York Times, Sabtu (18/3/2023).
Advertisement
Jin Xing disebut-sebut orang pertama yang secara terbuka menjalani operasi transisi menjadi seorang transgender China. Dirinya berprofesi sebagai pembaca acara televisi yang kini berusia 55 tahun.
Atas sepak terjangnya di dunia pertelevisian, Jin Xing sempat dijuluki sebagai Oprah Winfrey China. Sebagai selebritas transgender besar pertama di Tiongkok, dan mungkin satu-satunya hingga kini, Jin Xing sering dianggap sebagai ikon progresif.
Pasalnya, Jin Xing sudah menjalani operasi pada 1995, yang membuatnya menjadi orang pertama di negara itu yang melakukannya secara terbuka.
Jin Xing Sempat Diremehkan Teman-Temannya
Jin Xing menjadi pembawa acara salah satu acara bincang-bincang paling populer di China, bahkan ketika stigma terhadap LGBTQ masih tetap tersebar luas di sana.
"Semua teman dekat saya menggoda, 'Tiongkok tidak akan pernah membiarkan Anda menjadi pembawa acara talk show. Bagaimana mungkin mereka membiarkan Anda, dengan identitas transgender tampil di televisi?'," kata Jin Xing saat mengenang pertama kali dirinya bercerita soal perjalanan menjadi transgender.
Jin Xing Pernah Dikritik karena Ucapannya
Pada 2013 lalu, Jin Xing pernah dikritik keras terkait pandangannya tentang kewanitaan. Ia menulis bahwa wanita pintar harus bisa membuat pasangannya merasa bahwa ia adalah gadis kecil yang membutuhkannya.
Kemudian dalam salah satu acaranya, ia memberi tahu pada aktris MIchelle Ye bahwa setelah melahirkanlah, wanita baru bisa merasa lengkap.
"Kamu mengatakan itu seolah-olah kamu telah melahirkan," ujar Michelle Ye merespons pernyataan Jin Xing.
"Saya telah melahirkan kembali diri saya sendiri," kata Jin Xing merespons.
Jin Xing sendiri marah bila disebut konservatif. Namun, ia mengecam keras diskriminasi pekerjaan berbasis gender.
Pada bulan Mei 2021 lalu, Jin Xing pernah tampil dalam sebuah kampanye yang merayakan pemberdayaan perempuan, di mana dia mengatakan hal terpenting yang bisa dilakukan oleh setiap wanita adalah mandiri.
Advertisement
Jin Xing Terkenal Ekstrem dengan Gagasannya
Tak berhenti di sana, Jin Xing mengakui bahwa ia tidak ingin mengubah aturan yang ditetapkan oleh pria hanya untuk membantu wanita menavigasi diri mereka dengan lebih baik.
"Berapa persentase pemimpin dunia yang merupakan ratu atau presiden perempuan? Mereka kebanyakan masih laki-laki," ujar Jin Xing.
"Jika pria menaklukkan dunia untuk membuktikan diri, wanita dapat menaklukkan pria untuk membuktikan diri," tegasnya.
Jin Xing lahir pada tahun 1967 di Shenyang, di timur laut Tiongkok, dari ayah seorang perwira militer dan ibu penerjemah.
Dahulu, dia menggambarkan perasaan senang ketika teman-teman dan keluarga membandingkannya dengan gadis kecil yang lincah karena kecintaannya pada lagu dan tarian.
Jin Xing Pernah Ingin Direkrut oleh Grup Tari Militer
Saat usianya masih sembilan tahun, Jin Xing pernah direkrut oleh grup tari militer. Ibunya menentang pilihan tersebut, tetapi tidak atas dasar gender. Namun, ibunya menginginkan Jin Xing untuk melanjutkan sekolah biasa.
Saat remaja, Jin Xing memenangkan beasiswa menari ke New York, di mana pada tahun 1991, New York Times menyebut salah satu penampilannya sangat meyakinkan.
Setelah empat tahun di Amerika Serikat, dia melakukan tur Eropa mempelajari bahasa Prancis dan Italia, selain bahasa Inggris, China, Korea, dan Jepang yang sudah dia ketahui.
Baru pada tahun 1993, pada usia 26 tahun, dia kembali ke China untuk bersiap tampil sebagai transgender. Meski begitu, keinginannya untuk menjadi perempuan ternyata sudah muncul sejak dirinya berusia enam tahun.
Advertisement