Sukses

Peneliti: Beri Makanan Padat di Umur 6 Bulan, Bantu Bayi Terbebas dari Alergi Kacang

Memberikan bayi makanan padat sedini mungkin disebut sebagai cara terhindar dari alergi kacang

Liputan6.com, Jakarta - Memberi bayi umur 4 hingga 6 bulan sedikit selai kacang yang halus dapat secara signifikan mengurangi alergi kacang.

Menurut penelitian, ada peluang untuk mengurangi kasus alergi hingga 77 persen selama proses penyapihan.

Para peneliti menyarankan untuk tidak memberikan makanan padat sampai usia sekitar 6 bulan.

Kacang utuh, cincang, atau kacang tanah berisiko membuat bayi tersedak. Oleh sebab itu, tidak boleh diberikan kepada bayi atau balita.

Namun, pedoman terbaru Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris menyebut bahwa kacang tanah yang dihancurkan, ditumbuk, atau dijadikan seperti selai boleh diberikan sejak umur bulan, seperti dikutip dari BBC pada Kamis, 23 Maret 2023.

Kapan Bayi Dapat Menerima Makanan Padat Mereka?

Menurut Journal of Allergy and Clinical Immunology, seorang bayi siap untuk makanan padat pertama mereka jika: 

  1. Mereka bisa tetap dalam posisi duduk
  2. Memegangi kepala mereka dengan stabil
  3. Mengoordinasikan mata, tangan, dan mulut mereka sehingga mereka dapat melihat makanan
  4. Memasukkannya ke dalam mulut mereka
  5. Cenderung menelan makanan daripada memuntahkannya kembali. 

Mengapa Alergi Dapat Terjadi pada Bayi?

Alergi makanan merupakan hasil dari sistem kekebalan tubuh yang mengira sesuatu sebagai ancaman berbahaya, padahal sebenarnya tidak.

Bagi beberapa orang, seporsi kecil kacang dapat menyebabkan reaksi kekebalan yang luar biasa, bahkan mengancam jiwa.

Alergi kacang merupakan hal yang umum. Sejak lama, sudah ada anjuran untuk menghindari makanan yang bisa memicu alergi pada anak usia dini.

 

 

2 dari 4 halaman

Mengenalkan Anak dengan Kacang Justru Mengurangi Reaksi Alergi

Semua ibu pasti pernah diberitahu untuk menghindari kacang sampai anak mereka berumur 3 tahun karena dianggap berbahaya. Namun, bukti selama 15 tahun terakhir telah berhasil memutarbalikkan anjuran itu.

Para ahli mengungkapkan bahwa makan kacang saat sistem kekebalan tubuh masih berkembang ternyata dapat mengurangi reaksi alergi.

Ini berarti kacang di perut akan lebih mungkin dikenali sebagai makanan daripada kulit.

Studi lain pun menyatakan bahwa memperkenalkan makanan lain yang terkait dengan alergi seperti telur, susu dan gandum juga mengurangi alergi sejak dini.

3 dari 4 halaman

Kacang Tak Membuat Alergi, Kapan Bisa Memberikannya ke Bayi?

Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menghitung kapan waktu terbaik untuk mulai memperkenalkan makanan yang mengandung kacang.

Analisis dilakukan oleh University of Southampton, King's College London, dan badan penelitian Institut Nasional untuk Penelitian Kesehatan dan Perawatan NHS.

Mereka menemukan periode kritis untuk memulai adalah usia 4 hingga 6 bulan, di saat alergi dapat dikurangi hingga 77 persen.

Hal ini setara dengan mencegah 10.000 dari sekitar 13.000 kasus alergi kacang setiap tahun di seluruh dunia.

Menunda pengenalan makanan berbahan dasar kacang sampai anak berusia 1 tahun hanya akan mengurangi kasus alergi sebesar 33 persen, menurut penelitian yang ditulis Journal of Allergy and Clinical Immunology pada 12 Desember 2022.

Untuk bayi dengan eksim, yang merupakan faktor risiko alergi, para peneliti merekomendasikan mulai dari 4 bulan.

 

 

4 dari 4 halaman

Hasil dan Kesimpulan Penelitian Mengenai Kacang Sebabkan Alergi pada Bayi

Alergi makanan merupakan hasil dari sistem kekebalan tubuh yang mengira sesuatu sebagai ancaman berbahaya, padahal sebenarnya tidak.

Secara spesifik, laman Journal of Allergy and Clinical Immunology menuliskan bahwa penurunan alergi kacang sebesar 77 persen diperkirakan jika kacang diberikan pada bayi usia 4 bulan dengan eksim, dan pada 6 bulan tanpa eksim.

Perkiraan pengurangan alergi kacang berkurang dengan setiap bulan pengenalan mengalami penundaan. Jika pengenalan ditunda hingga usia bayi 12 bulan, alergi kacang hanya berkurang 33 persen.

Anda bisa mencoba hasil penelitian terbaru ini, tentunya dengan tetap mengonsultasikannya dengan dokter keluarga Anda.