Liputan6.com, Jakarta Umat Muslim akan kembali berjumpa dengan bulan Ramadhan. Biasanya, sepanjang bulan puasa, rencana untuk temu kangen keluarga dan teman sudah tersusun lewat buka bersama.
Meski kondisi sudah jauh lebih aman, bulan puasa kali inipun masyarakat belum sepenuhnya lepas dari pandemi COVID-19. Lantas, bagaimana tipsnya agar tidak tertular COVID-19 saat bersilaturahmi?
Baca Juga
Sekretaris Kelompok Kerja Infeksi PP PDPI, DR dr Irawaty Djaharuddin SpP(K) mengungkapkan bahwa silaturahmi tentunya tetap bisa dilakukan dengan cara-cara yang aman. Misalnya, dengan menghindari berjabat tangan.
Advertisement
"Mungkin kita menghindari untuk berjabat tangan. Tapi boleh dengan salaman tanpa bersentuhan," ujar Irawaty dalam webinar bersama Pfizer Indonesia dan PDPI bertema Pasien COVID-19 yang Berpotensi Mengalami Gejala Berat Kini Dapat Mengurangi Rawat Inap dan Risiko Kematian, Selasa (21/3/2023).
Pastikan Diri Sendiri Sehat Sebelum Bertemu Orang Lain
Selain itu, Irawaty menambahkan, pastikan diri sendiri dalam keadaan sehat sebelum bertemu orang lain pun penting. Sehingga Anda tidak berperan sebagai pembawa virus pada orang yang ditemui.
"Pastikan bahwa kita dalam keadaan sehat. Jadi jangan sampai kita yang membawa virus atau menularkan ke orang lain. Self-reminder untuk kita," kata Irawaty.
"Nanti misalkan lagi flu, ya usahakan jangan berkontak erat dengan orang lain. Lagi meler-meler cipika cipiki, wah, itu kan sama saja membahayakan orang lain. Jadi menurut saya, waspada. Kita silaturahmi tapi tetap jaga protokol yang normalnya seperti itu," tambahnya.
Aktivitas Apapun Boleh, Jangan Lupakan Masker
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Kelompok Kerja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR dr Fathiyah Isbaniah, SpP(K), MPd, Ked mengungkapkan bahwa masyarakat sudah diperbolehkan untuk melakukan aktivitas apapun.
"Tapi ingat sekali lagi, status pandemi belum dicabut. Kenapa belum dicabut? Karena memang dari Organisasi Kesehatan Dunia masih meragukan bahwa kalau COVID-19 sudah benar-benar selesai," ujar Fathiyah.
"Aslinya kita masih harus tetap waspada (bisa dengan tetap menggunakan masker). Jangan sampai nanti dengan banyaknya keramaian, banyak orang yang lengah, malah timbul virus lain," tambahnya.
Irawaty menjelaskan bahwa umumnya masyarakat bisa menggunakan masker medis biasa, terutama jika hendak aktivitas di luar. Masker medis dianggap sudah cukup untuk melindungi diri.
"Aktivitas sehari-hari, kita boleh memakai masker bedah. Itu cukup untuk aktivitas di luar. Masker KN95 itu dia dengan proteksi yang cukup kuat biasanya untuk perawatan pasien-pasien di rumah sakit. Kalau untuk aktivitas harian kita, monggo gunakan masker bedah. Itu cukup," kata Irawaty.
Advertisement
Pandemi COVID-19 Sudah Banyak Relaksasi
Lebih lanjut Fathiyah mengungkapkan bahwa jika dibandingkan dengan tahun lalu, kondisi saat ini memang sudah jauh membaik.
"Pandemi terasa sudah sangat-sangat tidak seperti dulu lagi, sudah banyak terjadi relaksasi. Saya lihat juga sebagian besar negara sudah tidak menggunakan masker. Untuk Indonesia masih banyak yang menggunakan syukurnya," ujar Fathiyah.
"Banyak rumah sakit yang sudah menutup layanan COVID-19. Saya saat ini kerja di RSUP Persahabatan. Rumah sakit kami masih menerima kasus COVID-19 sampai saat ini. Per tadi pagi, masih ada beberapa pasien yang dirawat," tambahnya.
Fathiyah menjelaskan, COVID-19 yang beredar saat ini pun merupakan turunan dari Omicron. Sedangkan pasiennya sendiri banyak yang memiliki komorbid dan belum melakukan vaksinasi.
"Untuk jenis COVID-19 yang diketahui saat ini itu merupakan turunan Omicron. Ada varian terbaru, Orthrus per Februari kemarin, ada varian C.H.1.1. Ada XBB. Lalu, kemarin itu sudah mulai banyak juga yang XBB.1.5. Jadi lumayan banyak nih variasinya jenis virus," kata Fathiyah.
Gejala COVID-19 yang Mungkin Dialami
Fathiyah mengungkapkan bahwa gejala COVID-19 masih tetap sama jikalau terkena pada orang dengan faktor risiko tinggi seperti komorbid dan belum mendapatkan vaksinasi.
"Gejala COVID-19 berbeda-beda dengan varian Delta terutama. Tapi tetap saja kalau misalnya dia mengenai orang yang dengan komorbid, faktor risiko tinggi, atau belum divaksinasi, gejalanya berat juga," ujar Fathiyah.
"Misalnya batuk, sesak napas, pilek. Tapi kalau misalnya dia kena ke orang yang sudah divaksinasi atau memiliki imunitas alamiah dari kena COVID-19 sebelumnya, gejalanya bisa lebih ringan. Misal batuk, tapi tidak sesak napas," tambahnya.
Fathiyah menambahkan, COVID-19 bisa menjadi lebih berat pada pasien yang punya gangguan imunitas. Seperti pasien dengan penyakit kronik diabetes melitus, hipertensi, jantung, gangguan ginjal, dan lain-lain.
"Anak-anak (bisa berat). Tapi sekarang sudah bisa divaksinasi dan kita lihat memang gejala pada anak sudah mulai menurun, tidak parah lagi," kata Fathiyah.
Advertisement