Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dari RS EMC Pulomas, Pujiwati mengatakan bahwa kista ginjal dapatan sering terjadi pada perokok.
"Data dari penelitian menunjukkan bahwa kista ginjal dapatan sering terjadi pada pasien hipertensi dan perokok. Kista ginjal dapatan baru muncul ketika usia 20 hingga 30 tahun," kata Puji dalam Healthy Monday Liputan6.com edisi Menyemarakkan World Kidney Day: Kista Mengintai Ginjal, Waspadai Gejalanya dan Ketahui Penanganannya pada Senin, 20 Maret 2023.
Baca Juga
18 Pasutri Artis yang Dikaruniai Anak Pertama di Tahun 2024, Jadi Orang Tua Baru
Top 3 Islami: 1 Dosa yang Membuat Ibadah Sia-Sia di Hari Kiamat, Cara Dapat Rezeki Tak Diduga Berdasar Al-Qur'an
Suasana Buruk Terasa di Ruang Ganti, Bek Manchester United Salahkan Rekannya Usai Dipermalukan Bournemouth
Polycystic kidney disease atau kista ginjal adalah suatu kantong atau rongga yang berada pada ginjal. Baik di korteks (bagian terluar ginjal) atau pada medula (bagian tengah ginjal).
Advertisement
Sedangkan, kista ginjal dapatan adalah jenis kista ginjal yang didapatkan dari suatu penyakit seperti infeksi dan penyakit multi sistem. Kista dapatan ini risikonya meningkat seiring bertambahnya usia.
"Semakin tua, semakin mudah terjadi kista itu (dapatan)," kata Pujiwati.
Kista di ginjal yang muncul saat usia dewasa bersifat dominan. Jika salah satu orangtua memiliki kista ini, maka anak mereka memiliki kemungkinan lebih dari 75 persen mewarisi kondisi tersebut.
Kista Ginjal Kongenital
Selain kista ginjal dapatan, ada pula kista ginjal bawaan. Ini sering disebut pula kista ginjal kongenital. Kista ini bisa terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Dan ketika bayi lahir, kista tersebut sudah muncul.
“Sedangkan kista kongenital biasanya resesif, jadi kemungkinan diwariskannya lebih sedikit,” ujar Puji.
Penanganan Kista Ginjal
Puji pun menerangkan soal penanganan dan terapi kista ginjal yang tergantung pada jenis kistanya.
"Terapinya tergantung dari jenis kista. Pada kista ginjal kongenital (bawaan) maka penanganannya dengan kendalikan tekanan darah. Ada juga obat namanya tolvaptan, itu juga gunanya untuk mencegah pertumbuhan kista lebih banyak lagi," kata Puji menjelaskan.
Jika dua hal tersebut telah dilakukan tapi kista tetap bertumbuh hingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal, perlu dilakukan terapi pengganti ginjal. Yakni dengan dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal.
Advertisement
Penanganan Kista Ginjal Dapatan
Sedangkan, pada jenis kista ginjal dapatan atau bukan kongenital, perlu dilihat terlebih dahulu kondisi kistanya.
Kondisi kista dapat dilihat dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) atau menggunakan CT-scan untuk hasil yang lebih detail.
"Nanti ada klasifikasinya, namanya klasifikasi bosniak. Jadi, yang perlu dilakukan tindakan itu apabila klasifikasi bosniaknya 3-4 karena itu menuju keganasan, sebaiknya dilakukan pengangkatan ginjal sebagian atau total," ujar Puji.
Pada klasifikasi bosniak 1-2 atau kista simpel, biasanya tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Namun, untuk evaluasinya maka pemeriksaan perkembangan kista simpel bisa dilakukan setiap enam bulan atau bahkan satu tahun.
Setiap Orang Berpotensi Alami Penyakit Kista
Puji kembali menggarisbawahi bahwa pengangkatan kista hanya dilakukan jika kistanya besar, menyebabkan keluhan, berpotensi pecah, dan mendesak jaringan sekitar.
Namun, dalam beberapa kasus, kista bisa datang kembali meski sudah diangkat.
"Bisa (muncul lagi), makanya ada skleroterapi namanya, jadi dinding kistanya kalau bahasa awamnya dilem supaya dia enggak terisi cairan lagi dan tidak muncul kista lagi," katanya.
Puji juga mengatakan bahwa setiap manusia punya potensi untuk memiliki kista.
"Ya (semua berpotensi punya kista) tapi sebagian besar kista simpel, tidak bergejala dan tidak berpotensi untuk menjadi ganas sehingga tidak perlu tindakan," ujar Puji.
Advertisement