Sukses

Kenali Penyebab Ruam Popok pada Bayi, Salah Satunya Terlalu Lama Dipakai

Ruam popok adalah kelainan kulit yang dapat dicegah dengan pemilihan popok yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta - Ruam popok merupakan kelainan kulit yang timbul karena radang di daerah-daerah sensitif pada kulit bayi, seperti lipatan. Kelainan kulit ini ditandai oleh bintik-bintik merah pada kulit bayi. Dalam beberapa kasus bisa sampai menimbulkan lecet. 

Hal yang harus diperhatikan orangtua tentang kulit bayi adalah penggunaan popok yang sesuai dengan berat badan bayi. Selain itu, membersihkan area popok dengan air bersih juga harus diperhatikan. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Public Health Kementerian Kesehatan, drg Widyawati, MKM.

“Secara rutin mengganti popok untuk kesehatan bayi, orangtua khususnya ibu perlu menjadi memberikan perhatian. Selain itu, yang juga harus dilakukan oleh ibu adalah pemberian ASI Eksklusif," kata Widyawati. 

"Menurut penelitian, bayi yang diberi air susu ibu lebih terlindungi dari ruam popok,” kata Widyawati pada press conference MAKUKU MURI Record pada Selasa (28/03).

Bila bayi mengalami ruam popok yang tidak segera diatasi, bisa menyebabkan infeksi bakteri di sekitar kulit, kadang-kadang luka berdarah, dan memicu infeksi saluran kemih. 

75 Persen Ruam Popok Terjadi Gegara Salah Pilih Popok

Product Manager Makuku Novita Utomo mengungkapkan bahwa ruam popok dapat terjadi karena kesalahan makanan ataupun dari kesalahan pemilihan popok. Namun, 75 persen ruam bayi disebabkan oleh kesalahan dari pemilihan popok. 

“Indonesia sendiri termasuk negara yang tropis. Ruam popok lebih mudah terjadi jika kondisi kulit pengap atau merasa gerah. Itu sebenarnya yang terjadi pada anak-anak kita,” ungkap Novita.

Apalagi, penggunaan popok terjadi secara non-stop selama 24 jam. Kulit yang pengap atau lembab bisa menyebabkan ruam popok.

Ketipisan juga merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan. Apabila terlalu tebal, bisa membuat bayi merasa gerah. 

2 dari 4 halaman

Permukaan Popok Kasar

 

 

Permukaan popok yang kasar juga dapat menimbulkan risiko yang cukup tinggi untuk bayi terkena iritasi atau ruam popok. 

“Pilihlah pokok yang lembut saat bersentuhan dengan kulit si kecil. Ini bisa mengurangi terjadinya ruam popok juga,” jelas Novita. 

Permukaan popok yang lembap

Pokok yang lembap juga bisa memicu terjadinya penumbuhan infeksi atau bakteri. Maka dari itu penting untuk secara rutin memeriksa popok anak. 

“Urine atau feses pasti banyak mengandung bakteri atau kuman, apalagi kalau popoknya tidak sering diganti. Itu jadi lebih mudah untuk muncul ruam popok,” kata Novita.

Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa memilih popok yang menggunakan inti struktur SAP. Popok yang menggunakan inti struktur SAP cenderung lebih tipis dan tidak menggumpal. Sedangkan, popok yang menggunakan inti pulp atau tradisional jauh lebih mudah menggumpal.

3 dari 4 halaman

Popok Menggumpal

 

Popok yang menggumpal bisa membuat bayi tidak nyaman saat bergerak.

“Jadi, kayak ada semacam bantalan di bagian tengah. Itu yang membuat bayinya merasa gerah dan tidak nyaman di bagian tersebut,” kata Novita.

Popok dengan inti struktur SAP juga dapat bantu mengatasi masalah ini. SAP adalah sebuah butiran kristal yang membuat popok menjadi lebih mudah untuk mengunci cairan. Setelah cairan dikunci, maka cairan tidak akan kembali ke permukaan dan menyebabkan kelembaban dan tetap kering.

4 dari 4 halaman

Terjadi Pada 65 Persen Anak Secara Global

Data epidemiologi menunjukkan bahwa ruam popok terjadi pada 65 persen populasi anak-anak. Kejadian ruam popok dapat dimulai sejak bayi mulai menggunakan popok. Prevalensi ruam popok secara global diperkirakan sekitar 16 hingga 65 persen.

“Angka ini memang sangat bervariasi, karena durasi ruam popok yang singkat hanya sekitar 2-4 hari dan biasanya pasien tidak memeriksakan diri ke tenaga kesehatan,” papar Widyawati.

Data menunjukkan ruam popok paling tinggi ditunjukkan pada saat bayi usia 9-12 bulan. Lalu, ruam popok akan terjadi sekitar usia 2 tahun, yaitu setelah dilakukan toilet training.