Sukses

Kakak Beradik Pecahkan Rekor Dunia Sebagai Bayi Kembar Tiga Paling Prematur, Lahir 3 Minggu Setelah Sang Ibu Sadar Hamil

Tiga kakak beradik asal Bristol pecahkan rekor dunia sebagai bayi kembar tiga paling prematur.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga kakak beradik asal Bristol tercatat sebagai tiga bayi kembar tiga paling prematur dan paling ringan yang berhasil bertahan hidup di Guinness World Records.

Rubi-Rose, Payton-Jane, dan Porscha-Mae Hopkins memiliki berat berat hanya 2 pound dan 13 ons atau sekitar 1.284 gram ketika mereka lahir pada usia 22 minggu di Hari Valentine pada 2021.

Bayi kembar tiga berjenis kelamin perempuan ini tinggal di unit perawatan intensif neonatal (NICU) di Rumah Sakit Southmead, Bristol selama 216 hari.

Orang tua bayi kembar tiga, Michaela White dan Jason Hopkins mengatakan bahwa anak perempuan mereka sudah semakin sehat dan tumbuh pesat sejak keluar dari rumah sakit.

"Sejak keluar dari rumah sakit, kondisi mereka semakin membaik," kata White kepada BBC.

Bayi Kembar Tiga Lahir Lewat Operasi Caesar

Mereka lahir melalui operasi caesar hanya tiga minggu setelah White mengetahui bahwa dia hamil dengan tiga bayi kembar.

Hopkins mengatakan bahwa kehamilan ini sangat cepat dan tidak terduga.

White (32) mengalami kelahiran yang menyakitkan dan traumatis. Dia mengaku tidak dapat melihat anak-anaknya saat mereka baru lahir secara prematur.

Tiga bayi kembar itu langsung dimasukkan ke dalam inkubator dan dibungkus dengan kain plastik khusus menyerupai rahim. Ini membantu menjaga suhu tubuh mereka agar tetap stabil.

2 dari 4 halaman

Bayi Kembar Tiga yang Lahir dengan Cerebral Palsy

72 jam pertama kehidupan bayi kembar tiga itu sangat kritis. Mereka harus mampu bernapas sendiri selama 10 detik sebelum dokter bisa memberikan oksigen.

"Perjalanan di NICU (unit perawatan intensif neonatal), yang telah dialami oleh banyak orang tua itu merupakan perjalanan yang sangat sulit. Baik itu hanya satu sampai dua hari, atau selama 216 hari seperti kami," kata Hopkins.

Ketiga bayi kembar perempuan ini lahir dengan cerebral palsy,  penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat mempengaruhi gerakan dan koordinasi mereka seumur hidup.

Mereka memiliki cerebral palsy dengan tingkat yang berbeda-beda. Rubi-Rose bisa makan, merangkak, dan berjalan secara mandiri. Sementara, Porscha-Mae dan Payton-Jane kesulitan bergerak dan harus diberi makan dengan tabung.

Menurut White, mengasuh anak dengan kondisi khusus merupakan hal yang sangat sulit, tetapi mereka terus berjuang.

"Saya dan pasangan saya terus berjuang dan melakukan apa yang diperlukan untuk mereka," kata White kepada Daily Mail.

3 dari 4 halaman

Tekanan dan Stres Saat Mengandung Tiga Bayi Kembar Perempuan Paling Prematur

Rubi-Rose lahir pertama pada jam 10:21 GMT dengan berat 467g (1 pon), dia memiliki kondisi yang ringan.

Sedangkan kedua saudarinya, Payton-Jane dan Porscha-Mae, lahir hampir dua jam kemudian dengan berat badan 402g (0,89 pon) dan 415g (0,91 pon). 

Ketika White hamil pada usia 19 minggu, mereka sedang mengalami penggusuran dari rumah sementara mereka dan telah kehilangan pekerjaan mereka akibat pandemi COVID-19, melansir BBC.

White menjelaskan bahwa tekanan yang dia dapat bisa jadi merupakan alasan ketubannya pecah terlalu cepat. 

"Menurut saya, dengan tekanan dan stres penggusuran serta hal-hal lainnya, bisa jadi penyebab ketuban pecah," kata White.

"Tidak ada yang tahu mengapa saya melahirkan begitu cepat. Ini tahun yang sulit bagi kami karena kehilangan rumah dan harus tinggal di akomodasi sementara," dia menambahkan.

4 dari 4 halaman

Ayah Alami Depresi Pasca Bayi Kembar Tiga Paling Prematur Lahir

White dan Hopkins membagikan kisah mereka dengan lebih dari 10.000 pengikut di TikTok dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) dan depresi pasca melahirkan pada ayah.

"Banyak orang tidak tahu bahwa ayah juga bisa mengalami depresi setelah kelahiran anak, dan pengalaman itu bisa membuat ayah merasa sangat sendirian," kata Hopkins kepada Daily Mail.

Selain itu, mereka ingin bantu mendukung orang tua lain yang juga memiliki bayi prematur.

Hopkins yang mengalami kesulitan dengan Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) dan depresi pasca melahirkan, mengatakan bahwa pengalamannya melihat putrinya di NICU merupakan pengalaman yang sangat berat.

Pasangan tersebut juga memiliki dua anak yang lebih tua. Mereka mengaku sulit untuk menemukan waktu untuk diri mereka sendiri karena kehidupan yang sangat sibuk. 

Namun, mereka mengatakan bahwa mereka telah belajar untuk saling bergantung agar bertahan.

"Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa bangganya saya terhadap wanita itu (White). Dia luar biasa," ujar Hopkins.