Sukses

Berstatus KLB, Pekan Imunisasi Polio di Jawa Barat akan Digelar Dua Putaran

Ridwan Kamil menuturkan sebenarnya Indonesia dinyatakan telah bebas dari polio sejak tahun 2014 dan diharapkan dapat mempertahankan status bebas polio dalam rangka mewujudkan dunia bebas polio tahun 2026.

Liputan6.com, Bandung - Gubernur Ridwan Kamil menyatakan pekan imunisasi nasional (PIN) Polio secara serentak di seluruh Jawa Barat akan digelar dua putaran yakni pada 2 April dan Mei 2023 akan menyasar 3,9 juta anak usia 0-59 bulan.

Gelaran ini digencarkan usai ditemukannya seorang balita asal Kabupaten Purwakarta dan ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) polio beberapa waktu lalu.

Menurut Ridwan Kamil, gelaran PIN Polio ini harus didukung oleh seluruh pemegang kebijakan di Jawa Barat agar tidak meluas paparannya.

"Masalah kesehatan adalah masalah kita bersama, maka itu diperlukan adanya kolaborasi Pentahelix bersama lintas program dan sektor," ujar Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Jumat, 31 Maret 2023.

Ridwan Kamil beranggapan dukungan dan peran serta semua pemegang kebijakan dan kelompok masyarakat sangat diperlukan, agar cakupan pelaksanaan PIN di Jawa Barat mencapai 95 persen dan dapat menyelesaikan kasus polio.

Imbauan Menangkal Polio

Ridwan mengimbau dalam menangkal penyakit polio ini, seluruh anak segera dibawa ke pos pelayanan imunisasi terdekat untuk memastikan memperoleh imunisasi polio.

Ridwan Kamil mengatakan imunisasi dapat melindungi warga negara Indonesia dari berbagai Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti polio, difteri, hepatitis, pertusis, tetanus dan campak-rubella.

"Imunisasi juga faktor dalam mencegah anak stunting . Dengan imunisasi masyarakat Indonesia akan hidup sehat, kuat, unggul, dan dapat menjadi modal awal bagi sebuah bangsa maju dan bermartabat," ucap Ridwan Kamil.

Hal itu ucap Ridwan Kamil, sejalan dengan pembangunan nasional bidang kesehatan pada RPJMN 2020-2024.

 

2 dari 4 halaman

Indonesia Sempat Dinyatakan Bebas Polio

Ridwan Kamil menuturkan sebenarnya Indonesia dinyatakan telah bebas dari polio sejak tahun 2014 dan diharapkan dapat mempertahankan status bebas polio dalam rangka mewujudkan dunia bebas polio tahun 2026.

Data dari Kementerian Kesehatan, Indonesia mengalami penurunan cakupan imunisasi dasar dari tahun 2020 – 2021 dengan gap sekitar 9 persen di mana sekitar 1,7 juta anak yang tidak mendapat imunisasi sejak 3 tahun terakhir.

"Beberapa tahun terakhir, selama kurang lebih dua tahun pandemi COVID-19, semua aspek mengalami dampak yang berarti, termasuk pada sektor kesehatan terutama layanan kesehatan dasar masyarakat, yakni imunisasi," tutur Ridwan Kamil.

Sementara, capaian imunisasi dasar lengkap Provinsi Jabar pada 2020 sebesar 87,4 persen dan tahun 2021 sebesar 89,9 persen. Sedangkan pada 2022 capaian imunisasi dasar lengkap di Jawa Barat sudah lebih baik, yakni mencapai 107 persen.

Terjadinya penurunan cakupan imunisasi akan mengakibatkan timbulnya daerah-daerah kantong yang berpotensi menjadi sumber kasus atau KLB terkait PD3I.

 

3 dari 4 halaman

Ditemukan Kasus Lumpuh Layu Akut

Pada tanggal 14 Maret 2023, ditemukan kasus lumpuh layu akut di Kabupaten Purwakarta dengan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa kasus tersebut terkait VDPV (Vaccine Derived Poliovirus) Tipe 2 dengan perubahan 30-31 nukleotida.

Dengan ditemukannya kasus polio VDPV 2 di Purwakarta perlu dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan memberikan vaksin Noval Oral Polio Vaccine Type 2 (NOPV2), yang diberikan dengan metode tetes kepada sasaran anak usia 0-59 bulan.

Dalam keterangan tertulisnya dicuplik 31 Maret 2023, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Nina Susana Dewi, memaparkan pada tanggal 14 Maret 2023 telah diterima laporkan kasus acute flaccid paralysis (AFP) dengan hasil laboratorium, terdeteksi VDPV tipe 2 di Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat yang diperiksa real time PCR pada tanggal 13 Maret 2023 di Laboratorium Rujukan Polio Nasional Biofarma.

Hasil pemeriksaan sekuensing menunjukkan virus polio tersebut telah bermutasi dengan perubahan 31 dan 30 nukleotida dan mempunyai kesamaan genetik (genetically linked) dengan kasus cVDVP2 dari Aceh (INO-ACE-1).

"Kasus Polio pada anak perempuan berinisial atas nama NO, usia 4 tahun 5 bulan. Kasus berdomisili di Kampung Cadas Bodas, Desa Tegal Datar, Kecamatan Maniis, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat," terang Nina.

Nina menerangkan pasien memiliki riwayat gangguan tumbuh kembang berupa tidak dapat berjalan dan berbicara sejak usia 2 tahun.

Nina menyebutkan pada tanggal 16 Februari 2023, pasien mulai demam dan mengalami kelemahan pada anggota gerak. Pasien tidak memiliki riwayat vaksinasi polio di masa lampau.

Upaya yang sudah dilakukan otoritasnya lanjut Nina, yaitu melakukan koordinasi lintas program, lintas sektor di Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta.

"Melaksanakan penyelidikan Epidemiologi, termasuk melakukan pengambilan sampel anak sehat (bukan kontak) minimal sebanyak 30 sampel. Melakukan house to house screening ke 200 rumah di sekitar kasus, termasuk RCA dan komunikasi risiko kepada masyarakat," ucap Nina.

 

4 dari 4 halaman

Merujuk Pasien

Langkah lainnya yaitu merujuk pasien kasus ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten Purwakarta, untuk melengkapi resume medis dan pemeriksaan lainnya.

Tak hanya itu, HRR (Hospital Record Review) kasus AFP di RSUD Bayu Asih Purwakarta, RS Abdul Razak, RS ASri untuk periode 6 bulan terakhir untuk mendeteksi kasus tambahan tengah dilakukan.

Nina menambahkan Dinas Kesehatan Jawa Barat juga tengah menyosialisasikan pelaksanaan sub PIN (Sub Pekan Imunisasi Nasional) secara daring ke semua fasilitas pelayanan kesehatan(fasyankes).

"Rencana tindak lanjutnya adalah melanjutkan HRR ke rumah sakit lainnya dan melakukan follow up dengan Petugas Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) ke rumah pasien yang diagnosis bandingnya masuk dalam kriteria AFP," terang Nina.

Sedangkan, pemeriksaan spesimen anak sehat dari lokasi terdampak dilakukan di Laboratorium Biofarma. (Arie Nugraha)