Liputan6.com, Jakarta - Saat mudik jalur darat, tak sedikit yang membawa kopi sebagai teman menempuh perjalanan jauh. Ahli gizi masyarakat, Dr dr Tan Shot Yen pun mengingatkan agar konsumsinya jangan sampai berlebihan.
Apalagi jika mudiknya dilakukan saat Anda masih menjalani puasa. Pasalnya, kopi yang dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering sebenarnya berisiko membuat Anda semakin haus.
Baca Juga
"Bagi para pemudik yang masih berada di dalam bulan puasa, kerap kali kalian itu puasa di tengah jalan. Nah, bagi kalian yang nyetir, bawa kendaraan, hati-hati dengan ngopi. Saya cuma wanti-wanti banget," ujar Tan dalam acara media briefing bersama IDI ditulis Minggu, (2/4/2023).
Advertisement
"Justru kopi yang terlalu frequent, terlalu sering, itu bukan cuma sekadar bikin Anda jadi makin haus. Kopi sifatnya diuretik, jadi pipisnya keluar lebih cepat. Alih-alih Anda menjadi alert, menjadi waspada, dan nyaman, akibat minum kopi berlebihan itu (justru) bisa membuat Anda menjadi tidak fokus," tambahnya.
Dikonsumsi Berlebihan, Kopi Justru Bisa Bikin Tidak Awas
Tan mengungkapkan bahwa kopi merupakan stimulan. Sehingga jika dikonsumsi berlebihan atau lebih dari dua cangkir per hari, maka kopi berisiko membuat Anda menjadi tidak awas.
"Tandai ini, bagi orang-orang yang biasanya ngopi, ngopinya berlebihan lebih dari dua cangkir, itu dia malah bikin jadi restless. Jadi Anda malah enggak awas, karena sekali lagi, kopi itu sifatnya stimulan," kata Tan.
Menepi untuk Tidur Jika Memang Lelah dan Mengantuk
Lebih lanjut Tan menyarankan para pemudik agar menepi jika memang lelah dan mengantuk. Waktu tersebut bisa Anda gunakan untuk tidur sebentar sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
"Kalau memang ngantuk atau lelah, yang paling gampang adalah minggir bro, minggir. Lebih baik 'Sebentar ya, kita tidur dulu ya. Ini supirnya rada ngantuk'. Tidur barangkali 15 menit sampai setengah jam," ujar Tan.
"Anda tidur, kemudian Anda cuci muka, jadi bawa spesial dirigen air. Wah, itu segar banget ketimbang Anda malah maksain nyetir tapi minum kopi. Itu penting," tambahnya.
Tan menambahkan, penting pula untuk gantian menyetir dengan anggota keluarga lainnya. Cara satu ini dianggap sangat membantu untuk mengatasi ngantuk dan kelelahan akibat menyetir saat mudik.
"Gantian nyetir, sayang. Pastikan di dalam mobil bukan cuma Anda, tapi ada co-pilot. Jadi kapan Anda perlu istirahat, co-pilot-nya yang ambil alih," kata Tan.
Advertisement
Siapkan MPASI sebagai Bekal untuk Mudik Jalur Darat
Dalam kesempatan yang sama, Tan turut memberikan tips dalam menyiapkan bekal MPASI untuk mudik jalur darat. Menurutnya, kebersihan saat mudik menjadi hal yang utama. Apalagi jika bekal tersebut disiapkan untuk anak berusia dibawah dua tahun.
"Bagi anak yang masih berusia dua tahun ke bawah, baduta, mereka masih dalam fase mengonsumsi makanan pendamping ASI. Nah, MPASI untuk anak di bawah dua tahun memang risk-an sekali untuk terkena kontaminasi bakteri terutama kalau sudah dua jam di suhu ruangan," ujar Tan.
"Jadi jangan pernah nekat membawa bubur bayi dimasukkan ke dalam cooler bag. Cooler bag Anda berpikir kalau dingin kan lebih tahan, ntar dulu, sebab lima sampai 60 derajat celcius adalah suhu dimana kuman hobi banget berkembang biak," tegasnya.
Sehingga, Tan mengungkapkan bahwa jika Anda hendak membawa bekal MPASI untuk anak saat mudik, maka pastikan suhu di tempat penyimpanannya tepat.
"Jadi kalau Anda ingin membawa makanan untuk MPASI terutama ya, suhunya harus bisa Anda pertahankan dibawah lima derajat celcius atau sekaligus di atas 60 derajat celcius. Sebab, dua jam saja di luar ruangan, MPASI anak Anda rentan dengan kontaminasi," kata Tan.
Hindari Makanan dengan Santan dalam Bekal Mudik
Tan mengungkapkan bahwa penting pula untuk menghindari makanan berbahan santan untuk bekal mudik. Pasalnya, santan lebih mudah untuk basi.
"Kalau Anda ingin membawa bekal, usahakan bekal itu tidak mengandung santan karena santan itu rentan untuk basi," ujar Tan.
Tan menambahkan, Anda bisa memilih telur pindang sebagai salah satu ide bekal untuk mudik nanti. Mengingat telur pindang bisa tahan dalam waktu yang lama.
"Bisa saja Anda bawa lauk yang tidak punya risiko terkontaminasi. Misalnya, telur pindang. Telur pindang itu masih ada dengan cangkangnya. Jadi telur pindang yang warnanya cokelat itu, kalau diketuk putih telurnya bisa kayak marmer," kata Tan.
"Nah biasakan bawa telur pindang, itu jauh lebih awet. Enam jam saja tahan, barangkali ada yang bisa sampai 12 jam kalau Anda bikinnya resik," tambahnya.
Advertisement