Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah cuplikan video wawancara, Rafael Alun Trisambodo dengan percaya diri menyebut bahwa kasus kriminal yang dilakukan putranya Mario Dandy terhadap David Ozora hanyalah kenakalan remaja.
"Kalau dia bilang problematik, sebetulnya tidak karena yang dilakukan itu sebetulnya adalah kenakalan-kenakalan remaja," ujar Rafael Alun Trisambodo mengutip cuplikan video yang diunggah penasihat hukum David Ozora, Mellisa Anggraini di Twitter.
Baca Juga
"Nah, kebetulan yang dia lakukan sekarang ini memang di luar batas sehingga membuat masyarakat yang melihat ini memang di luar batas," tambahnya.
Advertisement
Rafael Alun menjelaskan, kasus penganiayaan pada David Ozora merupakan tindakan di luar batas pertama yang dilakukan Mario Dandy. Namun, Rafael Alun mengakui jikalau sebelum kasus ini, Mario Dandy sering bertengkar dengan teman-temannya.
"Iya, kali pertama yang dia lakukan. Sebelumnya hanya, ya sebatas normal lah, dia ribut-ribut bertengkar dengan teman-temannya. Itu biasa-biasa saja," kata Rafael Alun .
Kenakalan Remaja Umumnya Sebatas Eksplorasi Diri
Berkaitan dengan pernyataan Rafael Alun di atas, Health Liputan6.com menghubungi psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani. Efnie pun menjelaskan apa batasan dalam hal kenakalan remaja.
"Kenakalan remaja biasanya lebih sebatas eksplorasi yang dilakukan remaja karena rasa ingin tahu mereka dan upaya untuk menunjukkan eksistensi diri. Misalnya konvoi, mencoba obat tertentu, minuman tertentu dan beragam hal lainnya," ujar Efnie, Selasa (4/4/2023).
Kenakalan Remaja Tak Bertujuan untuk Menyakiti Orang Lain
Efnie mengungkapkan bahwa batasan antara kenakalan remaja dan tindak kriminal terlihat jelas pada tujuannya. Kenakalan remaja umumnya dilakukan dalam rangka eksplorasi diri sendiri, bukan menyakiti orang lain.
"Upaya eksplorasi (dalam hal kenakalan remaja) ini lebih ke memenuhi keinginan diri sendiri bukan dalam rangka menyakiti pihak tertentu," kata Efnie.
Apalagi jika perilaku sudah melibatkan perencanaan matang untuk merugikan pihak lain. Maka, hal itu lebih cocok disebut sebagai tindakan kriminal.
"Perilakunya sudah sampai di tahap kriminal jika melibatkan perencanaan yang matang untuk merugikan pihak lain apakah dalam bentuk penipuan, kekerasan fisik atau mental, dan berbenturan dengan norma aturan yang berlaku," ujar Efnie.
Advertisement
Kenapa Remaja seperti Mario Dandy Bisa Lakukan Tindak Kriminal?
Lebih lanjut Efnie mengungkapkan apa-apa saja faktor yang bisa membuat seorang remaja seusia Mario Dandy melakukan tindak kriminal. Terdapat dua faktor yang berkontribusi dibaliknya. Pertama, faktor fisik.
"Ada dua faktor sebenarnya. Secara fisik, usia Mario Dandy (emerging adulthood) merupakan usia produktif dimana produksi hormon testosteron sedang meningkat. Produksi hormon ini dalam kadar tinggi memang rentan menjadi pemicu dari perilaku agresi (menyerang dan menyakiti pihak lain)," kata Efnie.
Sedangkan yang kedua, Efnie menjelaskan, adalah munculnya faktor psikologis dimana ada pengalaman yang seolah memperbolehkan perilaku agresi tersebut.
"Misalnya pernah berada di lingkungan yang bernuansa agresi. Di sisi lain saat seseorang merasa berkuasa, ia juga rentan melakukan tindakan menyakiti pihak yang dianggap lemah," ujar Efnie.
Hidup yang Tak Punya Bekal Kebaikan dan Spiritualitas
Efnie mengungkapkan bahwa ketika pengasuhan seorang anak tidak memiliki bekal seperti nilai-nilai yang baik, maka memang akan rentan melakukan tindak kekerasan secara terus-menerus.
"Apabila dalam pengasuhan ia tidak dibekali dengan nilai hidup yang baik dan spiritualitas yang matang, maka akan rentan melakukan tindakan kekerasan secara terus menerus kepada pihak lain," kata Efnie.
Apa lagi Rafael Alun sempat menyebut bahwa dirinya tahu anaknya seringkali bertengkar dengan temannya. Menurut Efnie, tindakan itu tidak bisa didiamkan.
"Ini sebenarnya adalah cara yang keliru. Jika orangtua berulang kali melihat anak berperilaku demikian maka sebaiknya anak yang bersangkutan diberikan penanganan dengan segera. Diberikan terapi yang komprehensif, mulai dari penanganan kondisi biologis, psikologis, dan spiritualnya," pungkas Efnie.
Advertisement