Sukses

Rafael Alun Trisambodo Tahu Mario Dandy Sering Bertengkar dengan Teman, Psikolog: Bila Hanya Didiamkan Itu Keliru

Rafael Alun Trisambodo mengakui bahwa putranya sudah sering bertengkar dengan teman-temannya. Menurut psikolog tidak tepat bila hanya mendiamkan kala orangtua tahu anak kerap bertengkar.

Liputan6.com, Jakarta Ayah Mario Dandy, Rafael Alun Trisambodo mengakui bahwa putranya sudah sering bertengkar dengan teman-temannya. Pernyataan itu keluar dari mulut Rafael Alun langsung, dan terekam dalam sebuah cuplikan video yang kemudian viral.

Video yang diunggah oleh penasihat hukum David Ozora, Mellisa Anggraini di media sosial Twitter tersebut menampilkan komentar Rafael Alun soal kasus anaknya yang dianggap kenakalan remaja.

Bersamaan dengan itu, Rafael Alun mengungkapkan bahwa kasus penganiayaan pada David Ozora sendiri merupakan tindakan di luar batas pertama yang dilakukan Mario Dandy. Sebelumnya, Mario Dandy hanya sering ribut-ribut biasa.

"Iya, kali pertama yang dia lakukan. Sebelumnya hanya, ya sebatas normal lah, dia ribut-ribut bertengkar dengan teman-temannya. Itu biasa-biasa saja," kata Rafael Alun.

Bahkan, Rafael Alun menyebut bahwa kasus penganiayaan pada David Ozora sebetulnya masalah biasa dalam hal perkelahian anak muda.

"Ini sebetulnya kan juga masalah biasa saja, hanya perkelahian anak muda. Cuma kemudian dia menganiayanya. Mungkin karena emosi, terlalu berlebihan, power yang dia keluarkan juga di luar kendali dia. Sehingga mengakibatkan ananda David menjadi seperti itu," ujar Rafael Alun. 

Harusnya Mario Dandy Ditangani Segera

Berkaitan dengan pernyataan di atas, psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa sekadar tahu anak sering bertengkar tanpa melakukan sesuatu merupakan hal keliru.

"Ini sebenarnya adalah cara yang keliru, karena jika orangtua berulang kali melihat anak berperilaku demikian maka sebaiknya anak yang bersangkutan diberikan penanganan dengan segera," ujar Efnie melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Selasa (4/4/2023).

"Diberikan terapi yang komprehensif, mulai dari penanganan kondisi biologis, psikologis, dan spiritualnya," sambung Efnie.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Anggap Keributan Anak Wajar Berisiko Ciptakan Tindakan Fatal

Lebih lanjut, Efnie mengungkapkan bahwa terapi komprehensif yang seharusnya diberikan pada anak yang kerap bertengkar dengan temannya pun harus melibatkan kerja sama orangtua dan profesional.

Pasalnya, memiliki agresi pada orang lain sehingga sering bertengkar berisiko menimbulkan tindakan yang fatal. Bahkan, bisa berujung pada sanksi hukum seperti apa yang kini terjadi pada Mario Dandy.

"Hal ini (terapi) melibatkan kerja sama keluarga dan profesional. Jika dibiarkan dan dianggap wajar maka memang rentan melakukan tindakan yang fatal dan berujung pada sanksi hukum," kata Efnie.

Batasan Kenakalan Remaja 

Dalam kesempatan yang sama, Efnie turut menjelaskan soal batasan kenakalan remaja. Pasalnya, Rafael Alun Trisambodo sempat menyebut bahwa apa yang dilakukan Mario Dandy sebenarnya hanya kenakalan remaja saja.

"Kenakalan remaja biasanya lebih sebatas eksplorasi yang dilakukan remaja karena rasa ingin tahu mereka dan upaya untuk menunjukkan eksistensi diri. Misalnya konvoi, mencoba obat tertentu, minuman tertentu dan beragam hal lainnya," ujar Efnie.

3 dari 4 halaman

Kenakalan Remaja dan Tindakan Kriminal

Efnie mengungkapkan bahwa batasan antara kenakalan remaja dan tindak kriminal terlihat jelas pada tujuannya. Kenakalan remaja umumnya dilakukan dalam rangka eksplorasi diri sendiri, bukan menyakiti orang lain.

"Upaya eksplorasi (dalam hal kenakalan remaja) ini lebih ke memenuhi keinginan diri sendiri bukan dalam rangka menyakiti pihak tertentu," kata Efnie.

Apabila jika perilaku sudah melibatkan perencanaan matang untuk merugikan pihak lain. Maka, hal itu lebih cocok disebut sebagai tindakan kriminal.

"Perilakunya sudah sampai di tahap kriminal jika melibatkan perencanaan yang matang untuk merugikan pihak lain apakah dalam bentuk penipuan, kekerasan fisik atau mental, dan berbenturan dengan norma aturan yang berlaku," ujar Efnie.

4 dari 4 halaman

Faktor Pemicu Tindak Kekerasan pada Remaja

Efnie mengungkapkan bahwa munculnya faktor psikologis dimana ada pengalaman yang seolah memperbolehkan perilaku agresi tersebut dapat memicu tindak kekerasan pada orang lain.

"Misalnya pernah berada di lingkungan yang bernuansa agresi. Di sisi lain saat seseorang merasa berkuasa, ia juga rentan melakukan tindakan menyakiti pihak yang dianggap lemah," ujar Efnie.

Selain itu, ketika pengasuhan seorang anak tidak memiliki bekal seperti nilai-nilai yang baik, maka seseorang memang berisiko rentan melakukan tindak kekerasan secara terus-menerus.

"Apabila dalam pengasuhan ia tidak dibekali dengan nilai hidup yang baik dan spiritualitas yang matang, maka akan rentan melakukan tindakan kekerasan secara terus menerus kepada pihak lain," kata Efnie.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.