Sukses

Lewis Capaldi Ngaku Bakal Berhenti Bermusik Bila Kesehatan Mentalnya Terus Menurun

Penyanyi Lewis Capaldi mengaku kerap mengalami serangan panik, diagnosis Sindrom Tourette, Sindrom Impostor, dan shoulder twitch akibat kecemasan.

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi, Lewis Capaldi (26), mengatakan kemungkinan berhenti bermusik bila kesehatan mentalnya terus menurun.

Pria yang juga aktif menulis lagu asal Skotlandia ini mengakui bahwa Sindrom Imposter dan Tourette-nya membuatnya sulit untuk berkarier.

Capaldi membuka diri tentang tantangan dan tekanan yang dihadapinya saat memproduksi album keduanya melalui film dokumenter di Netflix, Lewis Capaldi: How I Feel Now.

Dalam sebuah wawancara, Capaldi mengungkapkan bagaimana kesehatan mentalnya memengaruhi kemampuannya untuk membuat musik, melansir Geo TV.

Capaldi mengaku bahwa hanya membuat musik yang membuatnya seperti ini. Di luar itu, dia bisa baik-baik saja selama berbulan-bulan.

“Saat ini, saya merasa layak untuk melakukannya (bermusik). Namun, jika saya merasa ada hal yang tak pas dan tidak bisa diperbaiki pada diri saya, saya akan berhenti,” kata Capaldi.

“Saya benci hiperbola, tetapi itu adalah kemungkinan yang sangat nyata bahwa saya harus berhenti dari musik," tambahnya.

Album pertama Capaldi, Divinely Uninspired to a Hellish Extent, laris terjual di Inggris pada tahun 2019 dan 2020. 

Melalui film dokumenter Lewis Capaldi: How I Feel Now, Capaldi mengaku kesuksesannya membuat dia merasa tertekan. Bahkan, sampai memengaruhi kesehatan fisik serta mentalnya.

Dia mengaku kerap mengalami serangan panik, diagnosis Sindrom Tourette, Sindrom Impostor, dan shoulder twitch akibat kecemasan.

2 dari 4 halaman

Alami Anxiety dan Shoulder Twitch

Selama film dokumenter, terlihat bahu Capaldi terus bergerak tidak terkendali. Kondisinya semakin parah saat ia mencoba menulis lagu-lagu untuk album keduanya.

Kurangnya kepercayaan diri dalam menulis lagu membuat penyanyi berusia 26 tahun ini harus bekerja dengan penulis lagu lainnya.

"Saya tidak percaya diri dalam kemampuan saya sebagai penulis lagu. Itu semakin buruk seiring dengan kesuksesan yang saya alami," ujarnya.

Kecemasan Capaldi menimbulkan shoulder twitch atau gerakan otot bahu yang tidak terkendali. 

"Gerakan tidak terkendali yang saya alami semakin buruk saat saya duduk untuk bermain piano. Ini sangat menyakitkan secara fisik,” ungkapnya.

Ia mengaku sering merasa sesak napas dan punggungnya terasa sakit saat sedang berada di depan piano.

3 dari 4 halaman

Kena Serangan Panik, Seperti Terputus Dari Kenyataan

Lebih lanjut, Capaldi juga membagikan kisah serangan panik yang ia alami. Ia merasa kondisi ini membuatnya merasa seperti gila. 

Saat serangan panik terjadi, Capaldi mengaku seperti terputus dari kenyataan. Dia tidak bisa bernapas, tidak merasakan udara masuk, dan merasa pusing, melansir BBC.

“Seluruh tubuh saya mulai melakukan apa yang dilakukan oleh bahu saya (bergerak tidak terkendali) dan saya mengalami konvulsi. Saya merasa seperti akan terjebak seperti itu selamanya atau saya akan mati,” kata Capaldi.

Dia bisa menghabiskan waktu hingga tujuh jam berbicara di telepon dengan ibunya, Carol, untuk menenangkan diri.

4 dari 4 halaman

Sindrom Impostor dan Tourette

Kondisi lain yang Capaldi alami adalah sindrom impostor dan sindrom tourette.

Sindrom impostor merupakan pengalaman psikologis internal yang membuat seseorang merasa seperti penipu dalam beberapa area kehidupannya, meski telah mencapai sukses dalam bidang tersebut, melansir Verywell Mind.

Capaldi merasa sindrom ini mungkin tidak akan pernah hilang. Bahkan, email pujian dari Elton John pun tidak berpengaruh.

“Itu (mendapat pujian) memang menyenangkan, tetapi saya masih merasa seperti seorang penipu. Saya pikir itu tidak akan pernah hilang,” kata Capaldi.

Sindrom Tourette

Tak lama setelah berhenti membuat album keduanya, Capaldi didiagnosis dengan Sindrom Tourette.

Sindrom Tourette merupakan kondisi yang membuat orang melakukan suara atau gerakan yang tidak disengaja atau disebut tics.

Capaldi diberitahu bahwa kondisinya akan membaik jika dia dapat mengurangi kecemasannya.

Bagi Capaldi, gejala ini adalah reaksi yang cukup wajar atas dunianya yang berubah akibat kesuksesannya yang melejit dengan pesat.

Capaldi mengaku ini merupakan kondisi paling tertekan selama hidupnya. Namun, ia tetap harus menghadapinya.