Sukses

BPJS Kesehatan Jawab Curhatan Menkes, Ini Alasan Medical Check Up Tak Dijamin JKN

BPJS Kesehatan menjelaskan alasan Medical Check Up (MCU) sampai sekarang tak dijamin dalam Program JKN.

Liputan6.com, Jakarta - BPJS Kesehatan menjawab curahan hati Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin terkait Medical Check Up (MCU) yang sampai sekarang belum dijamin dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menjelaskan, Medical Check Up yang dimaksud Menkes Budi sebenarnya bukan masuk ke dalam kategori risiko untuk dijamin JKN. Hal ini mengacu sesuai landasan pelaksanaan JKN BPJS Kesehatan.

Bahwa jaminan penggunaan iuran JKN adalah berfokus terhadap orang-orang yang mempunyai risiko sakit dan sudah mengalami sakit.

"Medical Check Up itu tidak merupakan risiko dan BPJS bergerak berbasis pada gotong royong yang saling menolong ya," jelas Ghufron saat diwawancarai Health Liputan6.com usai 'Konferensi Pers Mudik Aman Berkesan Bersama BPJS Kesehatan' di Kantor Pusat BPJS Kesehatan, Jakarta pada Kamis, 6 April 2023.

"Jadi enggak mungkin iurannya, nominalnya sama gitu, antara orang kaya, orang miskin gitu. Enggak  mungkin ya."

Medical Check Up untuk Orang yang Sehat

Sementara itu, pemeriksaan MCU ditujukan kepada orang yang sehat. Artinya, MCU tidak bisa dikategorikan masuk untuk pemeriksaan orang yang sakit.

"Terus kalau MCU ya itu tidak masuk di dalam hitungan kami. Satu, itu tidak masuk ke dalam risiko, yang dijaminkan JKN kan yang berisiko, orang yang risiko sakit," sambung Ghufron.

""Jadi sekali lagi, Medical Check Up itu tidak masuk risiko."

2 dari 3 halaman

Kesenjangan Biaya MCU dengan Iuran JKN

Poin nomor dua, alasan Medical Check Up (MCU) tidak dijamin JKN adalah berkaitan dengan pertimbangan biaya. Terdapat kesenjangan biaya antara pemeriksaan MCU dengan iuran JKN.

Apalagi MCU itu pemeriksaan orang sehat yang dapat dilakukan semua orang. Sehingga akan terdapat ketidakseimbangan dengan iuran JKN.

"Yang kedua itu MCU yang murah saja mungkin Rp400.000 ya atau Rp500.000. Itu termasuk murah dan masuk parameternya sederhana, mungkin periksa hati, periksa jantung," terang Ali Ghufron Mukti.

"Kalau semua orang tuh MCU, sedangkan iurannya (iuran JKN) per orang Rp35.000 gimana? Bisa enggak kehitung (biayanya berapa)? Iuran Rp35.000 periksanya semua orang lho ini ya, kalau Mcu itu ya semua orang."

BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Skrining

Sesuai landasan BPJS Kesehatan, Program JKN menanggung pembiayaan skrining. Sebab, skrining masuk kategori risiko sakit.

"MCU beda dengan skrining, ini harus paham ya. BPJS Kesehatan sekarang ini tentu membantu Kementerian Kesehatan melakukan promosi prevensi termasuk skrining," imbuh Ghufron.

"Tahun 2023 ini, kami tambah Rencana Kerja Tahunan atau anggaran kami. Duitnya ada (buat skrining). Duitnya siapa? Duitnya peserta itu kami tambah sekitar hampir Rp9 triliun untuk skrining."

3 dari 3 halaman

Menkes Budi Gagal Melobi BPJS Kesehatan

Menkes Budi Gunadi sebelumnya menuturkan dirinya sudah berupaya melobi BPJS Kesehatan agar memasukkan MCU ke dalam jaminan JKN-KIS. Namun, dia belum berhasil meluluhkan hati BPJS Kesehatan.

Dalam hal ini, BPJS Kesehatan masih enggan untuk menjamin MCU. Masih ada pertimbangan terkait biaya yang dikhawatirkan membuat BPJS Kesehatan kembali defisit seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Saya lagi lobi BPJS nih, sudahlah masukin (medical) check up sebagai ini (ditanggung BPJS).  BPJS masih belum (belum mau), ini kan takut tekor," kata Budi Gunadi saat acara 'Public Hearing RUU Kesehatan Bersama dengan Organisasi Profesi' yang diikuti Health Liputan6.com di Gedung Kementerian Kesehatan RI Jakarta, Rabu (17/3/2023).

"Nanti saya bilang, kalau kita check up setahun lebih dini mungkin in the long run (dalam jangka panjang), lebih murah kita bayarnya dan lebih bagus kualitas hidup orang. Nah itu, reformasi-reformasi kami lakukan di keuangan ya."

Biaya Pengeluaran Kesehatan di Korea Selatan dan Jepang

Dari sisi medical check up, Budi Gunadi Sadikin sempat menyoroti betapa bagusnya angka rata-rata biaya pengeluaran kesehatan di beberapa negara terbilang rendah. Angka tersebut sejalan dengan kualitas hidup lansia yang bisa mencapai usia lebih dari 80 tahun.

"Jepang US$4.800 per kapita per tahun rata-rata orang outcome-nya (pengeluaran), usia hidupnya 84 tahun. Korea Selatan lebih hebat lagi US$3.683,9 per kapita per tahun. Kenapa Korea bagus dari Jepang? Dia (Korea) ada mandatory check up, dibayarin BPJS – National Health Insurance Service (NHIS)," katanya.

"Jadi pas usia 40 tahun itu periksa darah lengkap. Begitu usia 50 tahun, periksa darah tambah cancer marker (pendeteksi kanker), semua cancer gitu. Jadi, early identification (identifikasi lebih dini) ketahuan."