Sukses

6 Tipe Penyakit Asma, Pencegahan dan Penanganan Berbeda-beda

Sebelum menangani penyakit asma, pengidap perlu mengetahui tipe asma yang dialaminya. Sebab, setiap tipenya memiliki cara pencegahan dan penanganan yang berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga tahun 2020, jumlah penderita asma di Indonesia mencapai 4,5 persen dari total jumlah penduduk lebih dari 12 juta jiwa, dilansir dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).

Asma merupakan penyakit paru-paru jangka panjang yang dapat menyebabkan saluran pernapasan meradang dan menyempit, seperti melansir WebMD.

Bagi orang pada umumnya, ketika bernapas seperti biasa, otot di sekitar saluran udara menjadi rileks dan udara bergerak bebas. Namun bagi pengidap asma, otot-ototnya menegang oleh karenanya udara sulit untuk lewat. 

Tak hanya itu, asma juga ditandai dengan peradangan paru-paru dan iritasi saluran napas pada pengidapnya. Mereka memiliki saluran napas yang sensitif, sehingga cenderung bereaksi berlebihan saat bersentuhan dengan pemicu apa pun.

Ada banyak hal yang dapat menjadi pemicu asma, seperti:

  1. Infeksi seperti sinusitis, pilek, dan flu.
  2. Alergen seperti serbuk sari, jamur, bulu hewan peliharaan, dan tungau debu.
  3. Bau menyengat dari parfum atau sabun pembersih.
  4. Polusi udara.
  5. Asap rokok.
  6. Olahraga kardio yang berlebihan.
  7. Udara dingin atau perubahan cuaca.
  8. Penyakit GERD.
  9. Emosi yang kuat seperti kecemasan, kesedihan, atau stres.
  10. Obat-obatan seperti aspirin.
  11. Pengawet makanan yang disebut sulfit, kerap ditemukan dalam udang, acar, buah-buahan kering, jus lemon, serta jeruk nipis.

Sebelum menangani, pengidap asma perlu mengetahui tipe asma yang dialaminya. Sebab, setiap tipenya memiliki cara pencegahan dan penanganan yang berbeda, seperti melansir Medical News Today.

2 dari 4 halaman

Asma Alergi

Asma alergi merupakan jenis yang paling umum, dilaporkan dialami oleh sekitar 60% penderita asma.

Sekitar 8 dari 10 orang dengan asma tipe ini juga mengalami kondisi alergi lain, seperti eksim, rinitis alergi, atau alergi makanan.

Untuk menangani asma alergi, penting bagi pengidap asma alergi untuk mencari pengobatan dari spesialis. Sebab, asma alergi bisa kambuh kapan saja.

Untuk mencegah, kiat-kiat berikut dapat membantu pengidap asma alergi menghindari pemicu:

  • Vakum rumah secara teratur untuk menghilangkan bulu hewan peliharaan, tungau debu, dan alergen kecoa.
  • Jauhkan hewan peliharaan dari kamar tidur.
  • Hindari aktivitas di luar saat polusi udara tinggi.
  • Hindari makanan yang memicu reaksi alergi, seperti susu, telur, kerang, atau kacang-kacangan.

Asma Non-alergi

Asma non-alergi, atau disebut juga asma intrinsik, bisa kambuh kapan pun tanpa perlu pemicu.

Tipe ini lebih jarang dialami daripada asma alergi, yaitu hanya sekitar 10–33% dari semua kasus asma. Asma non-alergi lebih mungkin muncul di masa dewasa, serta mempengaruhi lebih banyak wanita daripada pria.

Para ahli medis meyakini, asma non-alergi berkembang karena faktor genetik dan lingkungan. Misalnya, gejala dapat terjadi ketika seseorang terpapar udara dingin dan lembab.

Untuk menangani asma non-alergi yang menunjukkan gejala seperti sesak napas atau batuk tak berhenti, konsultasi dengan dokter paru sangat dianjurkan. Kendati demikian, perlu waktu lebih lama untuk mengetahui apa yang menyebabkan asma non-alergi.

Untuk mengatasi gejalanya, para pengidapnya juga harus minum obat yang diresepkan oleh dokter.

3 dari 4 halaman

Asma Musiman

Asma musiman merupakan tipe asma yang muncul dalam kondisi tertentu atau pada waktu tertentu saja dalam setahun.

Misalnya, gejala pengidap asma musiman hanya dirasakan selama:

  • Musim demam, ketika tingkat serbuk sari sedang tinggi.
  • Cuaca dingin atau panas, hujan badai, dan perubahan suhu yang tiba-tiba.
  • Hari-hari ketika polusi udara lebih buruk, terutama di kota besar.
  • Cuaca dingin yang menyebabkan lebih mudah terkena flu.

Pengidap asma musiman harus mencari perawatan medis untuk mengetahui pada musim apa asmanya bisa kambuh. Sebab, obat yang diberikan untuk musim yang berbeda juga bisa beragam.

Untuk mencegah gejala asma musiman, hal yang dapat dilakukan:

  • Perhatikan laporan cuaca lokal tentang kualitas udara.
  • Tutup jendela dan pintu, baik di rumah maupun saat bepergian dengan mobil.
  • Buat buku harian untuk mencatat kondisi cuaca mana yang tampaknya menimbulkan gejala.

Asma Akibat Kerja

Biasanya, pengidap asma akibat kerja mungkin menemukan bahwa asmanya kambuh atau lebih buruk saat bekerja, dan membaik ketika cuti.

Faktanya, hingga 15% kasus asma di Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh paparan bahan kimia cat, aerosol, insektisida, atau zat berbahaya lainnya yang kerap ditemui di lingkungan pekerjaan.

Lamanya asma ini kambuh dapat tergantung pada tingkat paparan zat-zat tersebut. Beberapa orang mungkin mengalami serangan asma dalam waktu 24 jam setelah terpapar. Pada orang lain, mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan.

Dengan konsultasi bersama dokter, pengidap asma akibat kerja dapat mengetahui penyebab spesifik, menghindari paparan lebih lanjut, dan meringankan gejala.

4 dari 4 halaman

Asma Akibat Olahraga

Asma akibat olahraga dapat terjadi ketika gejala muncul selama atau setelah berolahraga. Ini dapat terjadi sekitar 5-20 menit setelah selesai olahraga.

Selain sesak napas, asma akibat olahraga juga dapat menyebabkan batuk dan nyeri dada, mulai dari yang ringan hingga parah.

Sekitar 90% penderita asma mengalami asma akibat olahraga, dengan sebagian besar kasus ringan dan dapat ditangani dengan baik.

Beberapa faktor yang dapat memperburuk gejala asma akibat olahraga:

  • Paparan udara yang tercemar saat berlari atau bersepeda di luar.
  • Udara panas ketika melakukan kardio dan yoga yang intens.

Obat-obat asma biasanya dapat menyembuhkan gejala dengan mudah. Kendati demikian, penting bagi pengidap untuk konsultasi dengan dokter jika obat-obatan biasa tidak mempan.

Untuk membantu mengurangi risiko serangan asma akibat olahraga, hal yang dapat dilakukan:

  • Gunakan inhaler sebelum berolahraga, dekatkan dengan tangan saat berolahraga.
  • Hindari berolahraga ketika sedang sakit.
  • Lakukan pemanasan sebelum berolahraga, untuk membantu melonggarkan saluran udara.
  • Lakukan pendinginan setelah berolahraga, untuk membantu pernapasan melambat secara bertahap.

Asma Sulit Dikendalikan

Asma yang sulit dikendalikan merupakan tipe yang gejalanya jauh lebih sulit untuk ditangani.

Ada berbagai alasan tipe asma ini sulit dikendalikan, misalnya:

  • Memiliki masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung atau diabetes.
  • Perokok berat atau sering berada di lingkungan berasap.
  • Pengidap asma tidak minum obat dengan benar, pada waktu yang tepat, atau dengan dosis yang sesuai.

Untuk menangani tipe asma ini, tak ada pilihan lain selain pergi ke profesional. Sebab, jika tak segera ditangani saat kambuh, tipe asma ini tak jarang berpotensi merenggut nyawa.