Sukses

Mimpi Bisa Pengaruhi Kualitas Tidur, Bisa Tingkatkan Kesehatan Emosional

Mimpi adalah bagian normal dari tidur yang sehatn dan berkualitas. Hal ini dapat meningkatkan fungsi kognitif dan kesehatan emosional.

Liputan6.com, Jakarta Selama tidur malam, biasanya orang menghabiskan sekitar 2 jam untuk bermimpi, menurut Sleep Foundation yang mengutip National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS).

Mimpi paling intens terjadi saat tahap tidur Rapid Eye Movement (REM). Namun, berbagai jenis mimpi yang berbeda dapat terjadi saat bagian apapun dari siklus tidur.

Mimpi dapat memiliki gambaran yang positif, negatif, atau bahkan membingungkan. Ini menunjukkan kita punya imajinasi yang besar saat tidur. 

Namun, dalam mimpi baik ataupun buruk, kita seringkali bermimpi tentang pengalaman yang terjadi saat kita bangun.

Bermimpi Meningkatkan Kesehatan Emosional

Para ahli belum bisa memastikan mengapa kita bermimpi. Akan tetapi, banyak bukti menunjukkan bahwa mimpi berperan dalam memfasilitasi fungsi otak seperti memori dan emosi.

Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana mimpi memengaruhi kualitas tidur, apakah mimpi buruk berdampak buruk untuk tidur, dan bagaimana cara menghindari mimpi buruk.

Penelitian juga mengaitkan mimpi dengan pemikiran, memori, dan pemrosesan emosional yang efektif. Oleh karena itu, banyak ahli percaya bahwa mimpi baik bagi kualitas tidur.

Namun, beberapa mimpi mungkin berdampak negatif bagi tidur kita, yakni mimpi buruk yang menakutkan, mengancam, atau traumatis. 

2 dari 4 halaman

Apakah Mimpi Buruk Memang Buruk untuk Tidur?

Mimpi buruk dapat memengaruhi kualitas tidur, tetapi biasanya hanya terjadi jika sering terjadi atau sangat mengganggu.

Kebanyakan orang mengalami mimpi buruk atau mimpi buruk sesekali. Ini tidak berdampak penting pada kualitas tidur mereka. Namun, ketika mimpi buruk sering terjadi, itu bisa menjadi penghalang untuk tidur.

Gangguan mimpi merupakan kejadian mimpi buruk yang sering mengganggu tidur dan/atau suasana hati seseorang di siang hari, menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM).

Orang dengan gangguan mimpi buruk mungkin tidur dengan gelisah. Mereka cenderung banyak terbangun dan kesulitan kembali tidur.

Selain itu, mereka mungkin menghindari tidur karena takut akan mimpi yang mengganggu. Hal ini dapat meningkatkan risiko insomnia dan kurang tidur.

3 dari 4 halaman

Apakah Posisi Tidur Memengaruhi Mimpi dan Mimpi Buruk?

Banyak faktor yang memengaruhi mimpi, tetapi belum jelas apakah posisi tidur menjadi salah satu faktor tersebut.

Beberapa peneliti berteori bahwa isi mimpi mungkin tergantung pada posisi tidur seseorang. Sensasi fisik dan tekanan yang diterapkan pada tubuh berbeda antara tidur telentang, tengkurap, dan menyamping.

Satu studi mengungkap bahwa orang yang tidur miring ke kiri cenderung lebih sering bermimpi buruk, menurut American Psychological Association (APA).

Sementara, studi lain menemukan mimpi erotis atau buruk lebih sering terjadi pada orang yang tidur tengkurap.

Namun, penelitian ini terbatas karena mengandalkan data yang dilaporkan oleh subjek sendiri, yang bisa jadi tidak akurat.

Secara keseluruhan, masih diperlukan penelitian yang lebih kuat untuk menelaah hubungan antara posisi tidur dan mimpi buruk.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Menghentikan Mimpi Buruk?

Jika Anda sering mengalami mimpi buruk, mulailah dengan berbicara dengan dokter. Minta bantuan untuk menentukan apakah Anda mengalami gangguan mimpi buruk. 

Perawatan untuk gangguan mimpi buruk bisa dilakukan melalui terapi perilaku dan obat-obatan.

Sebagai langkah awal, Anda bisa coba memperbaiki kebiasaan dan kebersihan tidur dapat membantu mengurangi mimpi buruk.

Hindari screen time selama satu jam atau lebih sebelum tidur. Alih-alih bermain ponsel, lakukan teknik relaksasi untuk meminimalkan stres dan kecemasan. Keduanya berpotensi memicu mimpi buruk.

Pertahankan jadwal tidur yang konsisten, bahkan di akhir pekan. Hal ini dapat membantu menghindari kurang tidur.