Sukses

Tren COVID Indonesia Naik, Satgas: Masih Ada Masyarakat dengan Imunitas Rendah

Masih ada masyarakat dengan imunitas rendah berdampak membuat terjadinya kasus COVID Indonesia meningkat.

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito merespons terkait kenaikan kasus COVID Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya, masih ada masyarakat rentan yang imunitasnya rendah.

"Terjadinya peningkatan infeksi karena sebagian masyarakat masih ada yang rentan COVID karena imunitasnya rendah," jelas Wiku saat dihubungi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Jumat, 14 April 2023.

Berdasarkan Analisis Data COVID-19 Indonesia yang diterbitkan Satgas Penanganan COVID-19 per 9 April 2023, perkembangan indikator pandemik, yakni kasus positif dan kasus aktif nasional mengalami kenaikan pada satu bulan terakhir.

Kasus positif naik 84 persen menjadi 565 kasus dari 307 kasus pada 9 Maret 2023. Selain itu, kasus aktif naik lebih dari dua kali lipat menjadi 6.686 kasus dari 3.107 kasus pada 9 Maret 2023.

Jumlah kumulatif kematian 161.052 (2,39 persen) masih di atas rata-rata dunia (1,00 persen), angka kesembuhan mencapai 6.583.430 (97,52 persen) berada di atas rata-rata kesembuhan dunia (96,03 persen), dan jumlah kasus aktif 6.686 (0,10 persen) berada di bawah rata-rata dunia (2,97 persen).

Cakupan Vaksinasi Masih Ada di Bawah 50 Persen

Cakupan vaksinasi di Indonesia berada pada angka 86,86 persen (dosis pertama), 74,51 persen (dosis kedua), 37,82 persen (dosis ketiga), dan 1,71 persen (dosis keempat).

Masih terdapat provinsi dengan cakupan vaksinasi COVID di bawah 50 persen, yaitu 1 provinsi pada dosis 1 dan 4 provinsi pada dosis 2. Dosis 3, ada 15 provinsi dengan cakupan di bawah 30 persen. Adapun dosis 4 seluruh provinsi masih berada kurang dari 10 persen.

2 dari 3 halaman

Virus COVID-19 Masih Ada

Selanjutnya, terjadinya penularan COVID-19, menurut Wiku Adisasmito, karena virus COVID masih ada di tengah masyarakat. Hal ini pun mengakibatkan masyarakat yang imunitasnya rendah dapat terinfeksi COVID-19.

Dari sisi penularan virus yang meningkat turut dipengaruhi interaksi masyarakat. Terlebih, protokol kesehatan sudah hampir bebas mendekati normal seperti jauh sebelum pandemi.

"Penularan meningkat karena interaksi di antara masyarakat yang tinggi dengan perlindungan protokol kesehatan yang kurang maksimal," terang Wiku.

Jangan Kaget Kalau Kasus COVID Naik

Sementara Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Mohammad Syahril menjelaskan, kenaikan kasus termasuk hal yang bisa terjadi karena kondisi masih pandemi COVID-19.

"Yang pertama statement-nya (pernyataan) adalah kenaikan kasus yang terjadi itu adalah hal yang bisa terjadi setiap saat, karena kita masih pandemi gitu ya," jelasnya saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Jumat, 14 April 2023.

Ditegaskan kembali oleh Syahril, masyarakat diharapkan tidak kaget dengan penambahan kasus baru harian COVID yang naik.

"Jadi yang pertama, jangan kaget kalau (kasus) naik karena memang kondisi kita pandemi," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Kenaikan Kasus COVID tapi Masih di Bawah Standar WHO

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui dalam beberapa hari belakangan, kasus COVID di Indonesia naik. Namun, tingkat kenaikan dianggap masih dalam skala yang wajar berdasarkan parameter Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Memang ada kenaikan, tetapi kita masih jauh di bawah standarnya WHO. Standar WHO kurleb 8 ribu dan kita berada di angka 600-900 saya kira kita masih terkelola, terkendali dengan baik," kata Jokowi di Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (13/4/2023).

Segera Lakukan Vaksinasi Booster

Jokowi berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk segera melakukan vaksinasi booster. Menurut kepala negara, hal itu menjadi salah satu yang terpenting dilakukan guna mengantisipasi lonjakan kasus seperti sebelumnya.

"Yang paling penting satu. Vaksinasi itu penting. Booster itu penting. Jadi yang belum itu segera booster," pesannya.