Sukses

Dokter Ungkap Dampak Psikologis pada Pasien Kanker Usus Besar Usai Operasi Lubang Buatan di Tubuh

Simak dampak psikologis pada pasien ostomate usai operasi stoma atau lubang buatan di tubuh.

Liputan6.com, Jakarta - Operasi lubang buatan di tubuh atau stoma kerap diperlukan pasien kanker usus besar (kanker kolorektal) dengan stadium lanjut. 

Tujuan pembuatan stoma adalah untuk mengeluarkan feses dari dalam tubuh, seperti melansir WebMD. Sebab, pasien tidak bisa mengeluarkannya melalui sistem pencernaan. 

Pasien yang telah memiliki stoma dapat disebut dengan pasien ostomate. Seorang dokter spesialis rehabilitasi medis, Siti Annisa Nuhoni mengatakan, stoma pada pasien ostomate umumnya dibuat di bagian kiri atau tengah.

“Kalau kita bicara stoma, itu bisa berada di kiri, artinya dekat ke arah rektum. Atau bisa juga di tengah, tergantung dari bagian usus besar mana yang dipotong,” tuturnya dalam diskusi 'How Do We Live with Cancer' dari Yayasan Kanker Indonesia dan MSD secara daring pada Rabu, (12/4/2023).

Tak hanya dampak perubahan pada fisik, Siti mengungkap, pasien ostomate sering kali juga terdampak psikologis usai operasi.

Dampak Psikologis pada Pasien Ostomate

Menurutnya, hal pertama yang kerap dialami pasien adalah syok. “Pasien kita bisa syok. Ia bisa bertanya, seperti ‘Saya (menjadi) begini sekarang, kenapa saya?’” tuturnya.

Selanjutnya, Siti mengatakan, pasien dapat merasa marah dan tak jarang mengekspresikannya kepada orang sekitar. 

“Juga rasa marah kepada dokter, kepada perawat, kepada diri sendiri. Bahkan, marah kepada keluarga, (bertanya) ‘Mengapa saya dibawa ke dokter ini?” dan marah kepada Tuhan,” ujarnya.

2 dari 4 halaman

Dampak Psikologis pada Pasien Ostomate, Menyalahkan Diri Sendiri

Tak sampai di situ, pasien ostomate juga bisa berlarut-larut menyalahkan diri sendiri. “Mereka bisa bertanya, ‘Apa yang telah kulakukan sehingga aku menderita seperti ini?’” tutur Siti.

“(Dampak) ini merupakan bagian yang bisa terjadi. Karena kita tahu ini bisa terjadi, maka harusnya bisa kita cegah,” ia melanjutkan.

Kemudian, proses menyalahkan diri sendiri dapat berujung kepada kesedihan dan depresi. “Atau (pasien bisa merasa) sangat sedih. Berpikir, rasanya tidak sanggup hidup lagi,” jelasnya.

Dampak Psikologis pada Pasien Ostomate, Takut dan Bimbang

Lebih lanjut, pasien ostomate juga dapat merasakan takut dan bimbang. Ketakutan ini seringnya berkaitan dengan orang di sekitar mereka, mengutip Siti.

“Misalnya, (pasien bertanya) ‘Apakah suami saya akan tetap mencintai saya?’ atau “Apakah anak-anak saya akan menjaga saya?’” ia memberi contoh.

3 dari 4 halaman

Kurangnya Informasi Bisa Memperparah Keadaan Psikologis Pasien

Siti menerangkan, masalah psikologis pasien bisa bertambah parah lantaran ada faktor-faktor lainnya. Misalnya, kurangnya informasi dari tenaga kesehatan.

“Terkadang memang informasi kurang cukup dari profesi kesehatan. Mungkin karena memang belum terlampau tahu secara mendalam,” jelasnya.

Selain itu, ia mengungkap, sikap dari tenaga kesehatan juga dapat memengaruhi psikologis pasien.

“Kalau memang (tenaga kesehatan) jarang terpapar dengan pasien (kanker) kolorektal, mungkin menjadi kurang berkenan (untuk merawat),” ujar Siti.

Lebih lanjut, faktor lain yang dapat berdampak adalah pengetahuan dan kepribadian pasien, kurangnya dukungan moral dari keluarga, serta kesulitan ekonomi, mengutip Siti.

Yayasan Kanker Indonesia Sediakan Kantong dengan Harga Murah

Berkaitan dengan hambatan ekonomi pasien, Siti menginformasikan bahwa Yayasan Kanker Indonesia (YKI) menyediakan kantong dengan harga terjangkau untuk pasien.

“YKI menyediakan kantong stoma dengan harga murah. Secara rutin sekitar 80 sampai 90-an orang pasien rutin untuk mengambil paket kantong stoma, sebanyak 8 kantong setiap bulan,” ungkapnya.

4 dari 4 halaman

10 Hak Pasien Ostomate

Di kesempatan yang sama, Siti juga memaparkan sepuluh hak pasien ostomate, bersumber dari Dewan Perwakilan IOA. Para pasien ostomate berhak:

  1. Mendapatkan konseling sebelum dilakukan pembedahan stoma.
  2. Mendapatkan konseling tentang letak stoma yang tepat.
  3. Memiliki stoma dengan bentuk yang baik.
  4. Mendapatkan perawatan setelah pembedahan atau rehabilitasi pasca pembedahan.
  5. Mendapatkan dukungan emosional.
  6. Mendapatkan bimbingan baik secara individu dan atau bersama keluarga.
  7. Mendapatkan informasi tentang penggunaan peralatan kantong stoma yang diperlukan sesuai dengan indikasi.
  8. Adanya informasi di masyarakat tentang perkumpulan bagi para Ostomate dan mendapatkan informasi mengenai hal tersebut.
  9. Mendapatkan tindak lanjut dan pengawasan dari perawat ET (Enterostomal Therapy) atau perawat stoma tentang perawatan terhadap stomanya.
  10. Mendapatkan manfaat dari upaya tim kesehatan yang profesional.