Sukses

BPOM RI: Indonesia Punya Potensi Besar Ekspor Pangan Hewani ke Arab Saudi

Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengekspor pangan hewani ke Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia mempunyai potensi besar untuk mengekspor pangan hewani ke Arab Saudi. Hal ini seiring dengan terbukanya ekspor produk pangan hewani berupa ikan dan unggas untuk jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Penny K. Lukito menyampaikan, potensi besar ekspor pangan hewani tersebut sudah dilihat oleh Arab Saudi -- dalam hal ini Saudi Arabia Food and Drug Authority (SFDA/BPOM Arab Saudi).

BPOM RI dan SFDA sudah menjalin penandatanganan kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) pada sejak tahun 2018. Kerja sama itu turut membangun kepercayaan (trust) antara kedua belah pihak, terutama soal jaminan keamanan dan kualitas pangan.

"Kami sudah ada kesepakatan. Itulah kenapa BPOM Indonesia, Indonesia FDA dan Saudi FDA, kita punya MoU kesepakatan kerja sama. Itu dimulainya dari 2018," ujar Penny saat ditemui Health Liputan6.com saat konferensi pers Diplomasi dengan SFDA, Perjuangan Produk Pangan Indonesia Tembus Arab Saudi di Kantor BPOM RI Jakarta pada Selasa, 18 April 2023.

"Kami mengadakan pertemuan institusi regulator obat dan vaksin di Indonesia untuk semua negara Muslim melalui Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Nah, di situlah pentingnya satu forum yang diadakan di suatu negara, itu membangun kepercayaan, trust dalam tingkat dalam menegakkan standar regulasi."

Indonesia Punya Potensi Besar Kerja Sama Bilateral

Melalui pertemuan OKI di Indonesia, SFDA melihat bahwa Indonesia punya potensi besar untuk kerja sama bilateral.

"Itulah kenapa kepercayaan mereka terhadap Indonesia FDA karena kami sesama badan regulator obat dan makanan. Untuk itu, perlu kita jaga dan tingkatkan kepercayaan terhadap produk-produk kita," tutur Penny.

"Dengan kepercayaan itulah, komunikasi kita buka, trust terbangun, mereka memberikan solusi bagaimana hal yang mandek (ekspor pangan hewani) terbuka, karena kan kita juga lagi pandemi COVID."

2 dari 3 halaman

Bantu Pelaku Usaha Masuk Pangsa Pasar Arab Saudi

Dengan terbukanya ekspor pangan hewani ke Arab Saudi, khususnya untuk konsumsi jemaah haji Indonesia, ada langkah berikutnya yang sedang dipersiapkan. Yakni mempertemukan pelaku usaha dan pihak katering dengan Arab Saudi.

"Kemudian dengan langkah bersama kita lakukan, dalam waktu dekat kami mengajak para pelaku usaha dan pendampingan dari kami tentunya melakukan inspeksi juga perbaikan harus ditingkatkan," Penny K. Lukito melanjutkan.

"Itu akan membangun juga trust dari dunia usaha, dan kami bantu untuk masuk ke pasar Saudi, baik itu untuk haji dan umrah serta dalam arti lebih luas negara Arab Saudi semakin berkembang ekonominya."

Keamanan Pangan Jadi Syarat Tinggi di Tiap Negara

Penny mengakui ada hambatan dirasakan perdagangan bilateral antar negara Indonesia dan Arab Saudi dikaitkan dengan produk unggas. Hal ini menyasar soal Avian Influenza (AI) atau yang dikenal Flu Burung.

"Yang biasanya terhambat karena satu aspek, yakni penyakit-penyakit hewani yaitu Avian Influenza. Itu harus kita clear-kan. Kita sudah clear segmen kompartemen -- kompartemen bebas AI," imbuhnya.

"Kemudian mereka mengarahkan zona atau city, ya oke dengan komunikasi dan negosiasi kita smooth-kan  dengan jalan keluar."

Adanya hambatan seperti di atas soal bebas AI untuk produk unggas, tugas BPOM RI menjadi penting.

"Tugasnya BPOM adalah membantu regulasi yang menghambat sehingga clear, terbuka dan memudahkan dunia usaha termasuk ekspor impor. Kami (dengan SFDA) sama-sama regulator,"

"Dan kami memang harus memenuhi aspek keamanan pangan. Itu menjadi syarat yang tinggi dari tiap negara."

3 dari 3 halaman

BPOM RI Diundang Jadi Anggota dalam Forum Food Safety Agency

Terkait bahasan keamanan produk pangan, SFDA secara khusus mengundang Indonesia untuk ikut serta menjadi anggota dalam forum Food Safety Agency yang akan dilaksanakan di Riyadh-Arab Saudi bersama 15 negara lainnya.

SFDA mengharapkan adanya aspek diversity (keberagaman) dalam forum tersebut dan menginginkan dukungan dari sesama negara Muslim.

Dalam pertemuan bilateral ini, BPOM RI juga menyatakan dukungannya terhadap proses keanggotaan SFDA untuk bergabung dalam Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S).

PIC/S merupakan organisasi internasional yang dibentuk sebagai wadah kerja sama otoritas regulator di masing-masing negara, yang mana BPOM RI sudah menjadi anggota semenjak tahun 2011.

Keanggotaan PIC/S menunjukkan kapasitas regulator dalam memeriksa kepatuhan terhadap pelaksanaan Good Manufacturing Practice (GMP) atau di Indonesia dikenal dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di industri farmasi.

Sharing Informasi Kontaminasi Produk Pangan

Kedua negara sepakat untuk melanjutkan kerja sama dan memperpanjang MoU kerja sama antara BPOM dan SFDA. Bentuk kerja sama yang akan laksanakan adalah melakukan sharing informasi untuk membahas terkait kontaminasi pada produk pangan.

Termasuk melanjutkan kolaborasi dalam bidang pelatihan laboratorium obat dan vaksin yang akan diberikan oleh BPOM pada jajaran SFDA, serta usulan dalam rangka Kesepakatan Saling Pengakuan (Mutual Recognition Arrangement) di bidang keamanan pangan antara kedua lembaga.