Liputan6.com, Jakarta Dehidrasi atau kekurangan cairan menjadi salah satu masalah yang menghantui saat mudik Lebaran. Bagi sebagian orang termasuk ibu hamil, kekurangan cairan bisa menimbulkan berbagai dampak.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Eka Hospital Cibubur Rendy Indraprana menjelaskan bahwa menjaga tubuh agar tidak dehidrasi sangat penting karena ibu hamil akan melakukan perjalanan jauh dengan si kecil dalam kandungan.
Baca Juga
Rendy pun menyebutkan lima dampak buruk bila ibu hamil kekurangan cairan pada saat mudik. Kelima dampak itu adalah:
Advertisement
- Konstipasi
- Mual
- Sakit Kepala
- Mudah lelah
- Infeksi saluran kemih (ISK).
Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi sulit buang air besar. Seperti diketahui, feses membutuhkan cairan agar bisa dikeluarkan dari tubuh.
Bila asupan cairan berkurang selama hamil, maka feses menjadi keras dan bumil akan mengalami konstipasi. Hal tersebut bisa membuat perjalanan mudik menjadi tidak nyaman.
Mual
Asupan cairan yang cukup ternyata dapat mencegah mual selama kehamilan. Saat mengalami dehidrasi, lambung akan kekurangan cairan untuk memproses makanan. Akibatnya, produksi asam lambung meningkat.
Sakit Kepala
Kekurangan cairan juga dapat menyebabkan peredaran darah menjadi terganggu. Akibatnya, ibu hamil bisa mengalami sakit kepala ketika berdiri atau setelah duduk.
Selain itu, asupan oksigen ke organ-organ tubuh juga akan ikut terganggu. Kondisi tersebut menjadi penyebab pusing pada ibu hamil.
Mudah Lelah dan Infeksi Saluran Kemih
Rendy menambahkan, tubuh yang kekurangan asupan cairan akan mengalami gangguan metabolisme, sehingga menjadi mudah lelah.
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) juga dapat terjadi pada seseorang yang mengalami dehidrasi. Gejala ISK pada ibu hamil dapat berupa nyeri saat buang air kecil, demam, hingga sakit punggung.
Guna menghindari dehidrasi dan kelima dampaknya, Rendy menyarankan ibu hamil untuk mencukupi kebutuhan cairan selama perjalanan mudik.
“Selama di perjalanan, jangan lupa untuk sering minum air mineral agar cairan dalam tubuh tetap terjaga. Kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi. Cairan tersebut digunakan untuk membawa nutrisi dari darah ke janin dalam kandungan,” kata Rendy dalam keterangan pers ditulis Jumat (21/4/2023).
Advertisement
Mudik saat Hamil Memang Berisiko tapi Bukan Berarti Tak Bisa Dilakukan
Lebih lanjut, Rendy mengatakan bahwa mudik pada saat hamil memang berisiko, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Agar mudik menjadi aman dan nyaman bagi ibu hamil, maka hal yang perlu diperhatikan bukan hanya asupan cairan saja. Namun, juga enam hal berikut:
- Usia kehamilan
- Durasi perjalanan
- Konsultasi dengan dokter kandungan
- Persiapkan surat dokter
- Mencatat daftar rest area dan rumah sakit
- Gunakan pakaian yang nyaman dan longgar.
Usia Kehamilan
Menurut Rendy, waktu terbaik untuk mudik bagi ibu hamil adalah pada trimester kedua karena masa pembentukan janin sudah terlewati dan rasa mual pun sudah mulai menghilang.
“Jadi disarankan usia kandungan sebelum 37 minggu,” kata Rendy dalam keterangan pers dikutip Kamis (20/4/2023).
Durasi Perjalanan
Durasi perjalanan yang dianjurkan untuk ibu hamil maksimal empat jam. Baik perjalanan dengan pesawat, mobil, atau bahkan kereta api.
“Duduk selama lebih dari empat jam sangatlah tidak disarankan, karena bisa menimbulkan penyumbatan pembuluh darah pada tungkai.”
Jika perjalanan mudik bumil ditempuh lebih dari empat jam, ada baiknya diselingi dengan berjalan kaki atau melakukan peregangan ringan agar ibu hamil tidak berada dalam posisi duduk terus menerus.
Konsultasi dengan Dokter Kandungan
Sebelum mudik, ibu hamil disarankan menemui dokter kandungan untuk memastikan kehamilan dalam kondisi aman.
“Konsultasikan terlebih dahulu terkait perjalanan yang akan ditempuh beserta kendaraan apa yang akan digunakan. Dengan demikian, dokter bisa memberi saran dan masukan untuk bumil agar tetap aman selama perjalanan,” imbau Rendy.
Persiapkan Surat Dokter
Setelah konsultasi dan dinyatakan aman untuk melakukan perjalanan mudik, langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah surat dokter.
Surat ini berisi pernyataan kondisi kehamilan. Surat dokter harus dipersiapkan jika bumil akan bepergian menggunakan kereta api atau pesawat.
“Jangan lupa juga membawa catatan kesehatan selama hamil serta obat apa saja yang selama ini dikonsumsi untuk berjaga-jaga.”
Advertisement
Catat Rest Area dan Rumah Sakit
Setelah memiliki surat dokter, bumil juga perlu mengetahui medan yang akan dilalui selama perjalanan mudik. Pengetahuan soal fasilitas di jalur mudik penting untuk antisipasi jika terjadi hal-hal yang darurat.
Salah satu cara mengetahui medan mudik adalah dengan mencatat daftar rest area dan rumah sakit atau klinik yang tersedia di sepanjang jalur mudik yang akan dilalui.
“Bumil disarankan untuk mencatat daftar rest area, rumah sakit, atau klinik di daerah yang akan dilewati selama perjalanan mudik. Dengan mengetahui daftar rest area di daerah yang akan dilewati bisa membantu bumil untuk merencanakan waktu istirahat dan di mana harus berhenti,” kata Rendy.
“Untuk rumah sakit dan klinik, jangan lupa catat nomor telepon agar bisa dihubungi sewaktu-waktu bila diperlukan,” tambahnya.
Kenakan Pakaian yang Nyaman dan Longgar
Perjalanan yang nyaman juga tergantung pada kenyamanan badan. Ini terkait dengan pakaian yang dikenakan selama mudik.
“Agar bumil tetap merasa nyaman selama perjalanan, disarankan untuk menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman. Hindari menggunakan celana yang memiliki karet dan menekan bagian perut karena akan membuat bumil sesak dan perut terasa tak nyaman.”
“Pilihlah pakaian yang longgar, menyerap keringat, dan membuat Ibu merasa nyaman ketika memakainya,” kata Rendy.