Sukses

Jangan Cuma Salahkan Menu Lebaran, Makanan Bukber pun Berkontribusi pada Kenaikan Berat Badan

Hari Raya Idul Fitri identik dengan menu masakan yang bersantan dan berminyak. Tak jarang menu-menu ini dikaitkan dengan penambahan berat badan.

Liputan6.com, Jakarta Hari Raya Idul Fitri identik dengan menu masakan yang bersantan dan berminyak. Tak jarang menu-menu ini dikaitkan dengan penambahan berat badan.

Masyarakat sudah tidak asing dengan istilah “Saat Lebaran tubuh jadi lebar-an” artinya tubuh menjadi lebih besar setelah Lebaran. Padahal, menurut dokter ahli gizi komunitas Tan Shot Yen, menu Lebaran bukan satu-satunya yang berkontribusi dalam kenaikan berat badan.

Tan mengatakan bahwa zaman sudah berubah. Zaman dulu tidak ada acara-acara buka bersama (bukber) sedangkan kini acara bukber sudah ada sejak awal hingga akhir Ramadhan.

“Bedanya Lebaran sekarang dengan waktu kita kecil, sebetulnya zaman kita Lebaran sekarang nih bulan puasa aja udah nyolong start. Hayo ngaku buka bersama kemarin di mana?” kata Tan dalam Instagram Live bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dikutip Jumat (21/4/2023).

“Jadi selain menu Lebaran masalah dengan masyarakat kita hari ini kita udah nyolong start sejak Ramadhan. Buka bersama di restoran padang, buka puasa makan rendang, Lebarannya aja belum datang udah nyolong start,” tambahnya.

Zaman dulu, lanjut Tan, makan opor, ketupat, dan rendang adalah suatu kemewahan. Sedangkan sekarang, makanan ini sudah dimakan jauh sebelum Lebaran.

Selain menu-menu daging, buka bersama juga selalu dihiasi dengan minuman-minuman manis. Seperti es kopyor, float, dan minuman manis lainnya.

2 dari 4 halaman

Makan Kenyang Seharian Tak Bikin Esoknya Diabetes

Tan juga menjelaskan bahwa diabetes atau hipertensi tidak terjadi hanya karena makan kenyang dalam satu hari.

“Anda makan kenyang pol satu hari enggak bikin besok jadi diabetes, enggak bikin besok hipertensi.”

“Yang cuma ngomong satu hal, menu Lebaran itu baik-baik aja, yuk kita masih makan ketupat, rendang, sayur godok, opor, sambel goreng ati, fine.”

Namun, lanjut Tan, ada tips makan di hari Lebaran. Usai salat id maka bisa makan siang lengkap. Jika berkunjung ke rumah sanak saudara maka makan keduanya tidak dengan menu yang sama.

“Karena kalau menjelang sore, opor, rendang, dan lainnya itu udah diangetin, nah ini yang bahaya. Santan diangetin artinya udah berubah jadi lemak jenuh,” jelas Tan.

3 dari 4 halaman

Makanan Pilihan di Ronde Kedua

Saat berkunjung ke rumah tetangga atau saudara dan hendak makan untuk kedua kalinya, maka menu yang dapat dipilih di antaranya es buah, rujak pengantin, asinan Betawi, dan sebagainya.

“Nah jilid keduanya jangan pakai menu yang sama. Jadi kalau berkunjung ke rumah kedua, ketiga, dan seterusnya makanannya bisa es buahnya aja, pilih rujak pengantin, asinan Betawi, kayak gitu-gitu. Jadi otomatis dalam satu hari kita enggak numpuk ‘dosa’nya. Dosa buat badan maksudnya.”

Jika makanan “jilid” pertama dan kedua menunya sama. Maka perut bisa terasa begah. Hal ini diakibatkan lambung orang yang berpuasa selama satu bulan sudah mulai mengecil.

“Orang kalau puasa sebetulnya lambungnya mengecil. Jadi kalau Lebaran, makan sedikit aja udah kenyang.”

4 dari 4 halaman

Imbauan untuk Tuan Rumah

Mengingat hal tersebut, Tan pun mengimbau tuan rumah yang hendak open house saat Lebaran untuk menyajikan variasi menu.

“Untuk tuan rumah yang mau open house wajib hukumnya menyajikan variasi menu. Menunya jangan semuanya yang pakai santan. Jangan semuanya berbumbu rempah banyak,” imbau Tan.

“Anda juga harus bisa menyajikan menu yang ringan seperti soto Bandung, soto Bandung kan bening, rujak pengantin, asinan Betawi, tekwan, sop bakso. Dengan demikian orang-orang yang mau bertamu itu enggak begitu rikuh (canggung).”

Dengan kata lain, yang menyajikan makanan pun harus diedukasi, kata Tan.