Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, sebuah video berita tentang wanita yang membeli kotak makan siang murah viral di Korea Selatan. Hal ini lantaran wanita tersebut tampak mengenakan jaket mantel seharga tiga sampai empat juta won (senilai Rp30 sampai lebih dari 40 juta).
Alhasil, muncul banyak tanggapan bahwa fenomena serupa merupakan hal yang wajar di Korea Selatan, seperti melansir Naver. Tepatnya, banyak orang rela makan ngirit demi membeli barang branded.
Baca Juga
Fenomena ini tampaknya selaras dengan data yang dimiliki brand-brand ternama di Korea Selatan. Louis Vuitton Korea mengumumkan kenaikan penjualan sebesar 1.692,3 miliar won pada tahun lalu (sekitar 18 miliar rupiah), meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya.
Advertisement
Kemudian, Christian Dior Couture Korea juga mengungkap penjualannya naik sebesar 33 persen. Tak hanya itu, penjualan Hermes Korea juga naik sebanyak 23 persen, sedangkan penjualan Rolex naik sebesar 22 persen.
Bahkan, menurut EuroMonitor, pasar barang mewah di Korea Selatan kini telah menempati nomor satu di dunia, mengalahkan Amerika Serikat dan Tiongkok.
Permintaan Makanan Murah Juga Makin Tinggi
Angka yang bombastis ini dibarengi dengan permintaan makanan murah di Korea yang makin tinggi.
Salah satu makanan murah Korea yang paling populer adalah Hyeja Kim Lunch Box seharga 3.000 won atau sekitar Rp33.000. Berdasarkan sebuah rantai toko serba ada di Korea Selatan GS25, penjualan kotak makan tersebut naik signifikan sebesar 67 persen dibandingkan tahun lalu.
Makan Irit sebagai Bentuk Investasi
Membeli barang mewah walaupun harus mengorbankan makan enak sehari-hari dianggap sebagai bentuk investasi di Korea Selatan.
Seorang peneliti di KB Securities, Jeong So-yeon, mengungkap bahwa tren ini menjadi bentuk polarisasi.
“Dari perspektif jangka panjang, tren ini menjadi polarisasi. Pada saat konsumsi barang mewah meledak, membeli makanan atau kebutuhan sehari-hari dengan harga termurah telah menjadi (hal yang) biasa,” tuturnya.
Ambisumer, Sebutan untuk Fenomena Belanja Ekstrem
Di Korea Selatan, fenomena ini dapat disebut sebagai ‘ambisumer’. Kata tersebut adalah gabungan dari kata ‘ambivalen’ dan ‘konsumen’, yang mengacu pada konsumen yang mempolarisasi konsumsi menurut nilai-nilai mereka.
Dengan kata lain, orang rela dan berani membeli barang-barang konsumsi yang bernilai, sambil menghemat sebanyak mungkin konsumsi yang dapat dikurangi.
Advertisement
Pembelian Barang Mewah Disebut akan Terus Meningkat
Kepala penelitian Korea di Euromonitor International, Moon Gyeong-seon membeberkan, masyarakat tidak akan mengubah pola konsumsi barang mewah meskipun Negeri Ginseng tersebut sedang resesi. Bahkan, pembelian barang mewah akan terus meningkat.
“Meskipun harga tinggi dan resesi di Korea dan global berlanjut, ‘kemewahan kecil’ seperti dompet dan aksesoris makin populer. Tak hanya di Korea, tetapi juga konsumen global,” ungkapnya.
Brand Mewah Makin Targetkan Pasar di Korea Selatan
Menyadari fenomena yang ada, brand-brand mewah tampak makin melihat potensi Korea Selatan sebagai target pasar.
Contohnya, manajer umum LVMH Group yang mengoperasikan Louis Vuitton dan Dior, Bernard Arnault, mengunjungi Korea bulan lalu.
Ia mengunjungi toko-toko besar di Seoul, serta bertemu dengan pimpinan industri distribusi domestik utama seperti Lotte, Shinsegae, dan Hyundai untuk diskusi bisnis.
Warganet Tak Heran Banyak Idola K-Pop Jadi Brand Ambassador Merk Ternama
Menyadari fenomena ini, tak hanya warga Korea, warganet Indonesia juga turut menanggapi. Salah satunya mengungkap bahwa ia jadi tak heran saat ini banyak sekali idola K-Pop yang dijadikan brand ambassador (BA) untuk merk-merk barang mewah.
Sebut saja member BLACKPINK, semuanya meruupakan brand ambassador untuk jenama-jenama mewah. Brand kenamaan asal Prancis, Dior menggaet Jisoo untuk jadi BA, lalu Celine mempercayakan global brand ambassador pada sang rapper Lisa.
Gaya pakaian Jennie yang trendi membuatnya sebagai ambassador Chanel. Kemudian, Park Chaeyoung atau lebih dikenal dengan nama Rose, juga didaulat menjadi brand ambassador brand mewah, Yves Saint Laurent.
“Ternyata target pasar idol jd BA luxury brand bukan kita, tapi ya warga korea sendiri,” tutur akun Twitter @ist****ucapt.
“Pengaruh brand mewah gaet idol kpop terus nih, bahkan brand asli dari negaranya ga bnyk pake seleb negaranya sendiri,” tulis akun @__*******ious__.
“Fenomena ini tidak masuk akal bagiku. Mengapa orang Korea begitu TEROBSESI dengan merek-merek mewah jika mereka tidak mampu membelinya? Baiklah, mari kita berpura-pura mereka melakukan itu untuk hal-hal investasi,” ungkap akun @****rchives yang kontra terhadap fenomena ini.
Advertisement