Sukses

Diprediksi Mampir Indonesia Bulan Agustus Mendatang, Apa Itu El Nino?

El Nino diperkirakan akan mampir ke Indonesia bulan Agustus 2023 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan agar semua pihak bersiap-siap untuk menghadapi El Nino yang diperkirakan akan mampir ke Indonesia bulan Agustus 2023 mendatang.

Sebab, El Nino berisiko membuat kekeringan yang luas, termasuk menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Bahkan, dampak kekeringan diketahui bisa berdampak pula dalam produksi pangan yang meningkatkan angka inflasi.

Berdasarkan keterangan Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia seperti dikutip dari Bisnis Liputan6.com, Kamis (27/4/2023), fenomena La Nina sudah terjadi dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut.

Suhu laut pun mencapai rekor tertingginya setelah terakhir terjadi pada tahun 2016. Belum lagi gelombang panas yang melanda Asia akhir-akhir ini.

Maka sebagai gantinya, El Nino akan mampir membawa suhu tinggi dan membuat cuaca jadi lebih kering. Lantas, apa sebenarnya El Nino itu?

El Nino Picu Kekeringan dan Curah Hujan Berkurang

Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.

Pemanasan yang terjadi pada SML akan meningkatkan risiko pertumbuhan awan untuk area Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Secara singkat, El Nino akan menyebabkan kekeringan secara umum.

Menurut LindungiHutan, fenomena El Nino sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal. Seperti garis khatulistiwa, interaksi laut-atmosfer, sirkulasi walker atau tinggi rendahnya tekanan udara di wilayah tertentu, hingga angin monsoon.

2 dari 3 halaman

Apa Dampaknya Jika El Nino Terjadi?

Ketika El Nino mampir, kekurangan angin pasat dan monsoon akan melemah. Sekaligus, daerah yang dilintasi oleh garis khatulistiwa akan mengalami penurunan curah hujan.

Dampak utama saat El Nino terjadi adalah beberapa kawasan di Indonesia rawan terkena dampak kekeringan. Beberapa kawasan yang berisiko jadi korban El Nino adalah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

Akibat terjadinya cuaca ekstrem tersebut, berbagai penyakit bisa timbul. Masyarakat menjadi lebih rentan mengalami diare, flu, demam berdarah, kolera, ataupun penyakit lainnya.

Dalam hal pertanian, fenomena perubahan iklim seperti terjadinya El Nino dapat menyebabkan tanaman rusak dan kekurangan pasokan air. Kelembaban udara yang meningkat dapat memancing kehadiran hama serta menyebabkan tanaman tidak bisa dipanen.

Begitupun dalam konteks kehidupan laut, El Nino bisa memicu terjadinya perpindahan ikan ke kawasan yang lebih sesuai, yang mana berujung mengurangi pendapatan nelayan untuk mencari ikan.

3 dari 3 halaman

Persiapan Indonesia Hadapi El Nino

Menurut pemaparan Menko Luhut, Indonesia telah melakukan persiapan untuk menghadapi El Nino. Salah satunya dengan menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino.

“Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali," ujar Luhut Pandjaitan mengutip keterangan yang diunggah di akun Instagram pribadinya.

"Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," sambungnya.