Liputan6.com, Jakarta - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengimbau masyarakat untuk memperhatikan kesehatan anak usai mudik Lebaran.
Menurut Piprim, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait acara Lebaran di kampung halaman khususnya untuk anak-anak.
Baca Juga
Kelelahan pada Anak
“Yang pertama masalah kelelahan pada anak. Di tempat mudiknya, tentu saja anak mengalami perubahan situasi lingkungan, tempat tinggal yang berubah, perjalanan panjang yang melelahkan, kurang tidur. Ini sangat berpengaruh dan berpotensi pada kelelahan,” kata Piprim dalam media briefing daring belum lama ini.
Advertisement
“Kelelahan sendiri bisa menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah untuk terserang batuk pilek,” tambahnya.
Kerumunan saat Silaturahmi
Hal kedua, saat silaturahmi, anak-anak juga sering diajak ke tempat ramai atau kerumunan. Saat bertemu banyak orang, anak bisa tertular berbagai penyakit terutama batuk pilek.
“Batuk pilek ini penyakit rakyat, jangan lupa COVID juga belum hilang, penularannya juga dipicu kerumunan apalagi jika anak tidak dilengkapi dengan imunisasi yang adekuat.”
Makanan Anak Selama Lebaran
Hal lain yang tak kalah penting adalah soal makanan anak selama Lebaran.
“Hal yang ketiga adalah terlalu banyak makanan, makan sana sini, apalagi makanan yang mengandung gula, maka anak berpotensi mengalami penyakit akibat makanan ini,” ujar Piprim.
Pada dasarnya, lanjut Piprim, manusia didesain untuk kuat berpuasa. Sejak lahir, bayi sudah kuat puasa. Ketika ASI belum banyak, bayi bisa puasa sampai dua atau tiga hari.
“Tapi kalau manusia disuguhi berlimpah ruah makanan, justru ini malah banyak masalah terhadap kesehatannya.”
2 Masalah Saluran Cerna yang Paling Umum Dialami Anak Pasca Lebaran
Dalam kesempatan yang sama, dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman menyebutkan dua gangguan saluran cerna yang paling umum dialami anak pasca Lebaran. Masalah-masalah tersebut yakni diare dan sakit perut.
“Yang terjadi saat Lebaran adalah ada perubahan pola kehidupan sehari-hari. Saat Lebaran anak libur sekolah, tidak jarang juga anak bepergian mudik, itu menyebabkan suatu perubahan dalam hidupnya,” kata Himawan dalam media briefing daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kamis, 27 April 2023.
“Kemudian anak bisa kelelahan, stres karena perjalanan, stres karena tidak bertemu teman-temannya, itu bisa menyebabkan penurunan imunitas. Makan juga tidak teratur kemudian kurang tidur dan berkumpul dengan banyak orang saat perayaan Lebaran,” tambahnya.
Hal-hal tersebut berkontribusi pada masalah saluran cerna anak pada saat dan setelah Lebaran.
Advertisement
Diare pada Anak Usai Lebaran
Himawan pun membahas satu per satu masalah pencernaan yang umum dialami anak.
Pertama diare, ini adalah kondisi di mana frekuensi buang air besar (BAB) lebih sering dari biasanya dan fesesnya lebih lembek atau lebih cair ketimbang biasanya.
“Penyebabnya bisa langsung atau tidak langsung. Penyebab langsung biasanya infeksi virus, bakteri, atau parasit. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa penyebab diare yang paling banyak adalah jenis virus yaitu rotavirus,” jelas Himawan.
Sedangkan, penyebab tidak langsungnya yakni kebersihan. Baik kebersihan individu, lingkungan rumah dan jamban, maupun kebersihan makanan yang dikonsumsi.
Penularan virus penyebab diare bisa dari makanan yang tercemar patogen, kontak langsung, melalui saluran napas, melalui binatang seperti lalat, bisa pula dari tangan anaknya sendiri atau orang lain.
Sakit Perut
Selain diare, sakit perut juga merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada anak setelah Lebaran.
Sakit perut sendiri bisa dibagi menjadi sakit perut mendadak (akut) dan sakit perut yang hilang timbul serta berlangsung lama.
“Yang bahaya adalah jika sakit perut karakteristiknya berlangsung lama lebih dari dua jam dan disertai gejala lain seperti muntah hebat atau muntah hijau, ada demam, perut kembung sekali, keluhan nyeri selain di perut seperti di punggung, sendi, atau perutnya terlihat membesar, ini sakit perut yang bahaya.”
Ada pula sakit perut yang disebut fungsional. Ini adalah sakit perut yang biasanya terjadi akibat faktor psikis. Ini banyak terjadi pada anak-anak yang mengalami stres.
“Contohnya, pada saat mudik anak rentan kena stres karena kurang istirahat dan perjalanan lama. Ini bisa memicu sakit perut fungsional. Sakit perut ini timbul agak lama yaitu tiga bulan dan hilang timbul.”
Advertisement