Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dilanda cuaca panas tak biasa beberapa hari terakhir. Cuaca ekstrem ini bisa memicu berbagai masalah seperti kulit kering, dehidrasi, dan lain-lain.
Bagi orang dewasa, masalah kulit akibat cuaca panas dapat diminimalisasi dengan penggunaan sunscreen atau tabir surya. Namun, apakah tabir surya juga bisa digunakan oleh anak-anak?
Baca Juga
Terkait pertanyaan ini, dokter gastrohepatologi ilmu kesehatan anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Himawan Aulia Rahman memberi penjelasan.
Advertisement
Menurutnya, tabir surya bisa saja digunakan oleh anak-anak ketika beraktivitas di luar ruangan. Tujuannya untuk menjaga kulit dari paparan sinar-sinar jahat seperti ultraviolet (UV).
“Kalau bisa iya (pakai tabir surya) supaya bisa melindungi dari sinar-sinar yang jahat seperti sinar UV pada saat di luar ruangan,” kata Himawan dalam media briefing daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum lama ini.
Sejak Usia Berapa Anak Boleh Pakai Tabir Surya?
“Saya belum pernah membaca secara langsung pada usia berapa, tapi saya rasa dari usia kecil pun sudah boleh. Tapi sebenarnya yang paling penting kalau tidak terpaksa jangan terlalu dipaparkan ke sinar matahari secara langsung, apalagi pada saat cuaca ekstrem seperti ini.”
“Dan, apalagi di siang bolong, misalnya di jam 12 siang saat cuaca ekstrem. Kalau bisa anak diproteksi untuk tidak keluar di jam-jam tersebut. Kalau terpaksa keluar, maka diminimalisasi,” lanjut Himawan.
Bisa Picu Dehidrasi
Selain masalah kulit, cuaca ekstrem ini dapat memicu terjadinya dehidrasi pada anak.
“Memang benar saat ini suhu udara sedang ekstrem panas dan itu bisa menyebabkan risiko dehidrasi terutama pada anak-anak yang sering terpapar (panas) di luar,” kata Himawan.
“Dehidrasi itu kan kekurangan cairan tubuh dan terjadi pada anak-anak itu biasanya berupa demam kemudian mulutnya atau lidahnya jadi kering. Namun, pada kondisi yang ekstrem itu juga bisa air pipisnya itu menjadi sedikit atau berwarna lebih pekat,” tambah Himawan.
Pada kondisi yang berat, dehidrasi juga bisa membuat anak sangat lemas bahkan sampai mengalami penurunan kesadaran atau tidak responsif seperti biasanya. Ini adalah tanda dehidrasi yang berat yang sangat perlu diwaspadai oleh orangtua.
Advertisement
Tips Jaga Kesehatan Anak Saat Cuaca Ekstrem
Mengingat hal tersebut, Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengingatkan agar kebutuhan cairan anak tetap terpenuhi.
“Tentu saja di cuaca ekstrem begini yang pertama kan hidrasi, cairan, elektrolitnya juga mesti cukup,” kata Piprim dalam kesempatan yang sama.
Piprim juga mengimbau agar anak-anak tidak terkena paparan cuaca ekstrem secara langsung. Di samping itu, kebutuhan nutrisi bergizi tinggi termasuk protein hewani dan sayuran hijau tetap penting.
“Dan kurangi maksimal makanan-makanan yang berpotensi malah bikin penyakit seperti junk food, ultra process food, itu kan makanan-makanan inflamatif yang justru nanti bisa menimbulkan banyak masalah di cuaca ekstrem seperti ini,” ujar Piprim.
“Saya kira itu, proteksi dari paparan langsung, istirahatnya dicukupi, cairannya dicukupi, elektrolitnya, dan juga nutrisi bergizi tinggi, saya kira itu secara umum. Soal cuaca ekstremnya kan kita enggak bisa buat apa-apa, paling enggak kita bisa menyiasatinya dengan hindari paparan langsung.”
Tetap Jaga Kualitas Tidur
Di cuaca panas seperti beberapa hari terakhir, kualitas tidur tetap memiliki peran penting dalam menjaga imunitas anak.
Menurut Piprim, setiap orang memiliki kebutuhan berbeda terkait tidur.
“Untuk masalah tidur kan beda-beda kebutuhannya, semakin muda usia anak, dia semakin butuh tidur panjang. Mungkin anak-anak usia yang udah besar 12 tahun ke atas kebutuhan tidurnya mungkin sudah hampir sama dengan orang dewasa ya,” ujar Piprim.
“Saya kira (anak-anak) 8 jam-an ya. Anak remaja mungkin 6, 7, 8 jam asal tidurnya berkualitas.”
Agar anak memiliki tidur yang berkualitas maka aktif berolahraga menjadi suatu kunci.
“Gimana agar tidurnya nyenyak? Harus olahraga atau aktif secara fisik dengan intensitas yang cukup. Orang yang lelah fisik tidurnya akan enak, tapi orang yang mager (malas gerak) pagi, siang, sore diam saja enggak ada aktivitas apa-apa dia tidurnya gelisah enggak bisa tidur nyenyak,” jelas Piprim.
Advertisement