Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia Dr Achmad Sujudi SpB MHA di era Presiden Abdulrahman Wahid dan Presiden Megawati (1999-2004) meninggal dunia hari ini, Selasa, 2 Mei 2023. Almarhum meninggal pada usia 82 tahun.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sosok Acmad Sujudi adalah seorang birokrat, sebelum menjadi Menteri Kesehatan.
Baca Juga
Beberapa jabatan birokrasi pernah diembannya sebelum menjadi Menteri Kesehatan, antara lain Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Kepala Rumah Sakit dr. Sardjito di Yogyakarta, Kepala Rumah Sakit Daerah Bengkulu.
Advertisement
Dr. Acmad Sujudi, MHA lahir 11 April 1941 di kota kecil Bondowoso. Selepas lulus menjadi seorang dokter, ia bertugas di Pulau Buru dengan niat menunaikan kewajiban sebagai dokter. Sepulangnya dari sana, ia diterima sebagai dokter di RS Persahabatan Jakarta pada tahun 1973, mengambil pendidikan ahli bedah, dan lulus pada tahun 1980.
Pimpin RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta
Mengutip dari laman KlikDokter, Achmad Sujudi menerima tugas untuk memimpin sebuah rumah sakit di Bengkulu, dan membawa banyak perubahan positif yang menuai berbagai pujian. Empat belas tahun dia melaksanakan kewajibannya di Bengkulu, rumah sakit tersebut kemudian dapat bersaing dengan rumah sakit swasta.
Selanjutnya, begitu juga saat ia kemudian diminta untuk mempimpin RSUP Dr. Sardjito di Yogyakarta. Jejak Achmad Sujudi di kementerian dimulai saat ia ditugaskan oleh Menkes di kabinet BJ Habibie untuk melaksanakan Program Kontrasepsi Mantap.
Memimpin Kemenkes di Era Presiden Megawati
Tugas dari BJ Habibie membawa Achmad Sujudi menjadi Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (1998-1999) hingga pada masa pemerintahan Gus Dur, ia diangkat menjadi Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (1999-2001).
Ini adalah hak yang pantas ia dapatkan setelah menunaikan berbagai kewajibannya dengan sungguh-sungguh, sekaligus merupakan sebuah tugas dengan berbagai kewajiban baru yang harus ia emban.
Prestasinya selama itu, membuatnya kembali dipercaya oleh Megawati untuk kembali memimpin Departemen Kesehatan dalam Kabinet Gotong Royong (2001-2004).
Perjalanan Achmad Sujudi merupakan bukti nyata bahwa dengan mendahulukan kewajiban, hak-hak akan mengikuti kemudian. Sebuah kisah inspiratif bahwa dengan mendahulukan kewajiban, kegagalan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan melainkan sebuah proses menuju sukses.
Advertisement
Perjalanan Achmad Sujudi
Dalam perjalanan kesehariannya, Achmad Sujudi dibesarkan dalam sebuah keluarga sederhana. Kedua orangtuanya bekerja sebagai guru Sekolah Rakyat (SR) di Bondowoso. Ini membuat Achmad Sujudi tumbuh menjadi pribadi yang terpelajar, disiplin, dan sederhana.
Gaya hidup kedua orangtuanya sangat memengaruhi perjalanan hidup Achmad Sujudi. Prinsip yang selalu ditekankan oleh kedua orang tuanya adalah agar ia selalu mendahulukan kewajibannya.
Achmad Sujudi percaya bahwa melakukan kewajiban dengan sungguh-sungguh, akan diikuti oleh hak-hak seperti yang selalu dikatakan oleh sang ayah.
Berhasil Masuk ke Sekolah Pilihan
Berbekal prinsip tersebut, Achmad Sujudi meraih banyak hal dalam hidupnya. Ia melaksanakan kewajiban untuk belajar dengan giat dan selalu berhasil masuk ke jenjang sekolah pilihan terbaik di daerahnya.
Kegigihannya tak berhenti sampai di situ. Prinsip mendahulukan kewajiban yang ia pegang teguh terus membawanya maju dalam hidup. Menjelang ujian akhir kelulusan SMA, sekolahnya mengadakan les tambahan gratis di luar jam sekolah.
Achmad Sujudi sebagai murid, merasa harus menunaikan kewajibannya dengan belajar dengan keras, yang membuahkan hasil diterimanya ia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.