Sukses

Hari Asma Sedunia 2023, Bisa Membaik Jika Pasien Jalani Pengobatan Intensif Sejak Kecil

Pasien asma terbanyak sebenarnya datang dari kategori usia anak. Untuk itu, menjalani pengobatan intensif sejak kecil menjadi penting agar asma tidak kambuhan saat dewasa.

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI 2020, asma menjadi salah satu penyakit yang paling banyak dialami oleh masyarakat di Indonesia. Bahkan, jumlah pasien asma sudah lebih dari 12 juta jiwa.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Pokja Bidang Asma & PPOK, Dr Budhi Antariksa, SpP(K) mengungkapkan bahwa pasien asma terbanyak sendiri sebenarnya datang dari kategori usia anak.

"(Pasien) yang terbanyak sebenarnya pada anak-anak. Tapi bisa berlangsung sampai ke dewasa. Oleh karenanya, itu pada saat dia anak-anak (harusnya) sudah diberikan pengobatan dan sudah mengurangi paparan dari penyebab asmanya," ujar Budhi dalam konferensi pers Hari Asma Sedunia bersama Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Selasa (2/5/2023).

"Dalam pertumbuhan, diharapkan untuk otot-otot dada serta parunya itu terjadi perkembangan dan lebih baik. Biasanya seringkali akan menghilang saat dia sudah dewasa," tambahnya.

Asma Bisa Menahun Jika Tak Diatasi

Budhi mengungkapkan bahwa kondisi akan berbeda jika pasien tidak menjalani pengobatan yang tepat dan tidak menghindari penyebab asma. Maka, asma bisa terus ada hingga dewasa.

"Bisa juga dia akan terus-menerus (ada sampai dewasa) apabila memang asmanya itu tidak terkontrol," kata Budhi.

Terlebih, Budhi menambahkan, asma harus diketahui jelas pencetusnya. Hal itu lantaran asma akan berbeda pada tiap orang karena pencetusnya beragam.

"Harus mengetahui pencetusnya apa, karena pasien asma punya pencetus yang khas. Coba dinilai kenapa kok anak ini tiba-tiba asma kambuh," ujar Budhi.

2 dari 4 halaman

Penyebab Asma yang Umumnya Terjadi

Lebih lanjut Budhi mengungkapkan ada beberapa kemungkinan yang biasanya dapat memicu asma. Salah satunya zat-zat yang bersifat alergik di luar maupun stres dari dalam tubuh.

"Ada beberapa kemungkinan, apa itu zat-zat yang sifatnya alergik di luar. Mungkin juga dia bisa dari stresnya," kata Budhi.

Budhi menjelaskan, pengobatan asma akan sangat bergantung dengan kriteria yang dialami oleh pasien. Itulah mengapa tiap pasien bisa punya pengobatan berbeda-beda caranya.

"Nah, untuk pengobatan asma di fasilitas kesehatan, itu biasanya kami akan memberikan pengobatan sesuai dengan kriteria asmanya," ujar Budhi.

"Pengobatannya itu sifatnya adalah continue. Dalam arti kata, obat-obat yang sifatnya mengontrol agar asmanya tidak terjadi cetusan. Jadi ambang rangsang untuk terjadinya sesak asmanya itu kita naikan dengan obat-obat yang kita berikan," sambungnya.

3 dari 4 halaman

Pengobatan Asma Tidak Bisa Hanya Sesaat

Budhi mengungkapkan bahwa pengobatan asma pun tidak bisa hanya dilakukan sesaat. Biasanya pengobatan asma akan dilakukan selama dua bulan untuk melihat perkembangan penyembuhannya pada pasien.

"Pengobatannya itu memang tidak bisa sesaat saja, dan itu harus sebulan dia harus pakai. Nanti dokternya harus menilai apakah asmanya sudah mulai terkontrol atau belum," kata Budhi.

"Setelah dia terkontrol masih tetap akan dilanjutkan pengobatannya sebulan. Nanti kita lihat lagi, ada kriteria untuk melihat apakah dia sudah terkontrol atau belum. Setelah dua bulan terkontrol penuh, kita bisa turunkan (obatnya)."

4 dari 4 halaman

Jangan Ganti-Ganti Dokter Saat Obati Asma

Dalam kesempatan yang sama, Budhi mengingatkan untuk para orangtua yang memiliki anak dengan asma agar tidak mengganti-ganti dokter.

"Kalau baru selesai pengobatan oleh satu dokter, terus sudah berhenti pengobatannya. Nanti akan kembali lagi dia kumat asmanya. Jadi memang harus bersabar," ujar Budhi.

"Apalagi ibu-ibu atau orangtua kan juga merasa 'Ah belum sembuh ini. Coba ke dokter yang lain lagi, ke dokter X kayaknya bagus'. Nanti ke sana, tapi juga kalau tidak melakukan pengontrolan dengan baik, dia akan kumat lagi," pungkasnya.