Sukses

WHO Sebut COVID-19 Bukan Lagi Darurat Kesehatan Global, Pandemi Resmi Berakhir Hari Ini?

Meski COVID-19 bukan darurat kesehatan global tapi WHO tidak menyebut pandemi berakhir hari ini

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa per hari Jumat, 5 Mei 2023, COVID-19 bukan lagi menjadi darurat kesehatan global.

"Selama lebih dari satu tahun pandemi berada dalam tren yang menurun," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip dari CNN Internasional pada Jumat malam.

Dijelaskan Tedros bahwa Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional WHO pada Kamis (6/5) mengadakan pertemuan untuk ke-15 kalinya guna membahas terkait COVID-19 dan status pandemi.

"Mereka merekomendasikan kepada saya agar saya menyatakan mengakhiri darurat kesehatan masyarakat yang menjadi peratian internasional. Saya telah menerima nasihat itu," katanya.

Tedros pun mengaku setuju bahwa deklarasi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional atau PHEIC harus diakhiri.

"Tren ini telah memungkinkan sebagian besar negara untuk hidup kembali seperti yang kita ketahui sebelum pandemi COVID-19," Tedros menambahkan.

WHO menyatakan wabah Virus Corona penyebab COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 2020. Enam minggu sebelum mencirikannya sebagai pandemi.

WHO menciptakan kesepakatan antar negara untuk mematuhi rekomendasi WHO guna mengelola keadaan darurat.

Dijelaskan bahwa setiap negara, pada gilirannya, akan mendeklarasikan darurat kesehatan masyarakat-nya sendiri --- deklarasi yang memiliki bobot hukum.

Negara menggunakannya untuk mengatur sumber daya dan mengesampingkan aturan untuk meredakan krisis.

 

2 dari 4 halaman

Lantas, Apakah Pandemi Berakhir?

Dalam pernyataannya, WHO tidak secara gamblang menyebut bahwa pandemi COVID-19 benar-benar berakhir.

Menurut pejabat WHO, COVID-19 terus menyebar, virus terus berevolusi, dan tetap menjadi ancaman kesehatan global. Hanya saja di tingkat yang lebih rendah.

Dijelaskan Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, masih ada ancaman kesehatan masyarakat di luar sana.

"Dan, kita semua melihat dan mengetahui bahwa setiap hari dalam evolusi virus ini, dalam hal keberadannya secara global, evolusinya yang berkelanjutan dan kerentanan yang berkelanjutan di komunitas kita, baik kerentanan masyarakat, kerentanan usia, kerentanan perlindungan, dan banyak hal lainnya," kata Ryan.

"Dalam kebanyakan kasus, pandemi benar-benar berakhir ketika pandemi berikutnya dimulai. Saya tahu itu pemikiran yang buruk, tapi itu adalah sejarah pandemi," ujarnya.

 

 

3 dari 4 halaman

Ingat Bahwa Virus Corona Penyebab COVID-19 Masih Ada

Di sisi lain, Pemimpin Teknis COVID-19 WHO, Dr Maria Van Kerkhove mengatakan bahwa meski fase darurat krisis COVID-19 telah berakhir, tapi penyakitnya 'tetap ada'.

Maria, mengingatkan, Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 tidak akan pergi dalam waktu dekat.

"Meski tidak dalam mode krisis, kita tidak boleh lengah," ujarnya.

"Secara epidemiologis, virus akan ini terus menimbulkan gelombang," Maria menambahkan.

Lebih lanjut Maria, mengatakan,"Yang kami harapkan adalah memiliki alat untuk memastikan bahwa gelombang di masa depan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih parah, tidak mengakibatkan gelombang kematian dan kami dapat melakukannya dengan alat yang kami miliki.".

Dia lalu menekankan,"Kami hanya perlu memastikan bahwa kami melacak virus karena itu akan terus berkembang.".

 

 

4 dari 4 halaman

WHO Tidak Ragu Mengembalikan Status Darurat Kesehatan Global Jika Kematian COVID-19 Naik Lagi

Tedros, mengatakan, jika diperlukan, dia tidak akan ragu untuk mengadakan pertemuan komite darurat lagi dan mengumumkan darurat kesehatan global lagi jika ada peningkatan kasus atau kematian COVID-19 yang signifikan di masa mendatang.

"COVID-19 telah pergi dan terus meninggalkan luka yang dalam di dunia kita. Bekas luka itu harus berfungsi sebagai pengingat permanen akan potensi munculnya virus baru dengan konsekuensi yang menghancurkan," kata Tedros.

Menurut Tedros, salah satu tragedi terbesar COVID-19 adalah tidak harus seperti ini. Sebab, WHO memiliki alat dan teknologi untuk mempersiapkan pandemi dengan lebih baik, mendeteksinya lebih awal, meresponsnya lebih cepat, dan mengomunikasikan dampaknya.

"Tapi secara global, kurangnya koordinasi, kurangnya kesetaraan, dan kurangnya solidaritas membuat alat-alat tersebut tidak digunakan seefektif mungkin," kata Tedros.

"Kita harus berjanji pada diri sendiri dan anak cucu kita bahwa kita tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi," pungkas Tedros.