Sukses

Jelang Lari Maraton dengan Total Jarak Tempuh 300 Km di Sumba, Enam Pelari Ungkap Persiapannya

Pelari pilihan Wahana Visi Indonesia akan melaksanakan lari maraton dengan jarak tempuh 300 km di Sumba. Bagaimana persiapan mereka?

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI) membuka pendaftaran untuk mencari enam pelari maraton ultra. Keenam pelari terpilih akan melakukan lari estafet atau relay per 50 km di Sumba, Nusa Tenggara Timur dalam kampanye ‘Global 6K Water For Sumba’. Jadi, jarak total yang akan ditempuh oleh enam pelari adalah 300 km.

Keenam pelari andal yang memenuhi syarat telah dipilih oleh WVI. Mereka adalah Dani Chika, Vonny Anggraini, Veby Senopati, Fransiska Dimitri, Surya Lee, dan Nadine Sebastian.

Lima dari enam pelari tersebut berbagi dalam temu media bertajuk ‘Press Conference Global 6K Water For Sumba’ yang diselenggarakan oleh WVI di kawasan Jakarta Pusat pada Selasa, (9/5/2023).

Salah satunya, persiapan untuk menjaga tubuh sehat sebelum lari maraton. Terutama, mengingat periode lari maraton akan berlangsung tak lama lagi, yaitu dari tanggal 19 sampai 21 Mei 2023 mendatang.

Mengikuti Lomba Lari agar Tubuh Tak Kaget Maraton

Salah satu pelari, Dani, mengungkap bahwa ia telah melakukan beberapa perlombaan lari sebelumnya. Bahkan, ia telah melakukan lari sejauh 40 km baru-baru ini.

“Kebetulan, kemarin Minggu sudah lari 40 kilometer. Jadi, sekalian programnya, sekalian jalan (persiapannya) juga,” tutur pria berusia 32 tahun tersebut.

Bagi Dani, persiapan kebugaran seharusnya tak jadi masalah lantaran ia telah membiasakan tubuhnya berolahraga. Ia mengungkap, hal yang menjadi perhatiannya adalah hal-hal teknis di lapangan.

“Kecuali nanti teknis di lapangan, hal-hal faktor X yang tak bisa kita kontrol. Misalnya cuaca, terutama angin, panas. Nah, itu kita berdoa yang terbaik saja,” lanjutnya.

2 dari 4 halaman

Hobi Mendaki Gunung, Bisa Jadi Bekal Lari Maraton

Pelari lainnya, Fransisca, membagikan cara persiapan yang berbeda. Ia bersandar pada hobi mendakinya untuk menjaga daya tahan tubuh.

“Belakangan ini, saya lagi sering naik turun gunung. Mudah-mudahan ini bisa membantu saya menghadapi 50 kilometer lari maraton,” tutur pendaki asal Bandung tersebut.

Lebih lanjut, ia menuturkan, penting untuk menambah asupan nutrisi selama hari-hari sebelum berlari maraton.

“Benar, untuk nutrisinya juga sebaiknya ditambah, sih, biar tidak kenapa-napa sebelum nanti kita berlari di Sumba,” lanjut wanita yang akrab dipanggil Dee-Dee itu.

Beristirahat Sebelum Mulai Latihan Lari Lagi

Salah satu pelari terpilih selanjutnya, Veby, mengungkapkan pentingnya beristirahat terlebih dahulu sebelum mulai berlari lagi.

“Sekarang itu persiapannya beristirahat dulu, mau massage (pijat) dulu atau yang lainnya. Mungkin setelah beberapa hari kemudian, kita baru mulai lari lagi,” ujar pelari sekaligus dosen tersebut.

“Karena kalau saat-saat ini kita mau lari-lari terus kan jenuh juga, ya. Jadi, selain asupan cukup, juga kita perhatikan istirahat yang cukup,” lanjut Veby.

3 dari 4 halaman

Jadi Seorang Vegan, Asupan Nutrisi Cukup untuk Kuat Lari

Pelari terpilih selanjutnya, Surya, juga turut mengungkap persiapan yang ia lakukan. Ia membeberkan, salah satu persiapan yang telah dilakukan sejak lama sebagai bentuk pola hidup. Hal tersebut adalah dengan menjadi seorang vegan.

Vegan adalah sebutan untuk seseorang yang tidak makan atau menggunakan produk hewani, seperti daging, ikan, telur, keju, atau kulit, seperti melansir laman Cambridge.

“Kebetulan saya vegan, jadi pastinya makanan saya banyak serat. Tapi, untuk H-1 biasanya kita carbo loading,” tutur atlet sekaligus model tersebut.

Mengutip Klikdokter, carbo loading merupakan diet yang biasa dilakukan para pelari maraton dengan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, serta makanan dengan protein sedang dan rendah lemak.

4 dari 4 halaman

Wahana Visi Indonesia, Yayasan Kemanusiaan Penyelenggara 'Global 6K Water For Sumba'

Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah yayasan dan/atau organisasi kemanusiaan yang hadir melayani dan berkolaborasi dengan masyarakat yang membutuhkan.

Khususnya, dalam hal pemberdayaan anak, keluarga, dan masyarakat yang paling rentan. Pelayanan dilakukan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, advokasi, dan tanggap bencana. Tujuannya, tak lain untuk membawa perubahan yang berkesinambungan tanpa membedakan agama, ras, suku, dan gender.

Sejak tahun 1998, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak. Ratusan ribu anak di Indonesia telah merasakan manfaat program pendampingan WVI.

Di tahun ini, organisasi ini memiliki kampanye 'Global 6K Water For Sumba' yang diadakan untuk membantu anak-anak yang membutuhkan air bersih di wilayah Sumba, Nusa Tenggara Timur.