Sukses

Dokter Paru: Penyakit Asma Tak Bisa Disembuhkan Tetapi Bisa Dikontrol

Dokter paru ungkap bahwa penyakit asma selain Asma Akibat Kerja (AAK) tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol.

Liputan6.com, Jakarta - Asma merupakan penyakit inflamasi kronik jalan napas yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Semua orang tentu ingin penyakitnya sembuh dengan total, termasuk para pengidap asma. Namun, apakah asma bisa disembuhkan?

Menurut dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr H. Mohammad Yanuar Fajar, terdapat dua jenis asma yaitu penyakit asma dan Asma Akibat Kerja (AAK).

Asma akibat kerja merupakan penyakit asma yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja, melansir Jurnal Medika Hutama. 

Lebih dari 300 bahan kimia alami dan sintetis yang terlibat dalam proses penyebab asma akibat kerja.

“Kalau dalam teori itu ada dua asma, yaitu penyakit asma dan asma akibat kerja. Asma yang bisa disembuhkan adalah asma akibat kerja (AAK),” kata Yanuar pada Talk Show Hari Asma Sedunia 2023: Stop Ketergantungan, Inhaler Tepat Redakan Asma yang diselenggarakan oleh AstraZeneca pada Rabu (10/5/2023).

Asma kerja berarti Anda mengalami asma di satu tempat, tetapi asma berhenti ketika sudah pindah dari tempat tersebut. 

“Misalnya Anda bekerja di ruangan ini, kemudian asma. Namun, begitu dipindahkan asmanya berhenti. Itu namanya asma akibat kerja. Asma seperti ini bisa sembuh,” jelasnya.

2 dari 4 halaman

Penyakit Asma Tidak Bisa Disembuhkan

Berbeda dengan asma akibat kerja, Yanuar menyampaikan bahwa penyakit asma biasa tidak bisa disembuhkan.

“Kalau asma yang ini (penyakit asma) tidak bisa sembuh, tetapi hanya terkontrol. Jadi, kalau Anda mengaku pernah asma tetapi kemudian sembuh, itu bukan asma karena asma itu hanya bisa terkontrol,” 

Yanuar kemudian menjelaskan bahwa ada tiga kategori asma, yaitu terkontrol, terkontrol sebagian, atau tidak bisa terkontrol sama sekali. Untuk mengetahui hal ini, Anda bisa mengikuti Asthma Control Test (ACT).

“Kalau nilainya 25 berarti terkontrol penuh, kalau 19-24 terkontrol sebagian, kurang dari 19 berarti tidak terkontrol,” ungkap Yanuar.

 

 

3 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Mengontrol Asma?

Obat asma dibagi menjadi dua, yaitu pelega dan pengontrol. Menurut Yanuar, obat pelega hanya boleh dipakai ketika seseorang terkena serangan asma.

Sedangkan,  pengidap asma harus menggunakan obat pengontrol secara rutin untuk mengontrol penyakit.

“Saat terkena serangan asma, pakai obat pelega untuk melegakan dan membuka jalan napas supaya tidak sesak. Golongan pelega ini tergolong short acting beta agonist (SABA),” Yanuar menjelaskan.

Meskipun serangan sudah selesai, itu tidak berarti asma sudah sembuh.

“Sebenarnya itu masih terjadi asma juga. Misalnya hari ini dikasih pelega, tetapi besoknya kambuh lagi. Nah, itu harus dikasih obat kedua yaitu pengontrol,” ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Bantu Kontrol Asma hingga 12 Jam

Yanuar menjelaskan bahwa obat pengontrol bisa mengatasi asma hingga 12 jam.

“Kalau SABA itu konsepnya cepat, sedangkan pengontrol bisa mengontrol inflamasi dan bekerja sampai 12 jam. Pakainya dua kali sehari, jadi total 24 jam,” 

Apabila obat pengontrol pertama kali dipakai pada jam 7 pagi, maka Anda harus memakai obat pengontrol lagi pada jam 7 malam.

“Jadi memakai pengontrol supaya inflamasinya sembuh dan tidak terjadi secara terus menerus,” katanya.

Inflamasi yang tidak diobati akan semakin parah secara perlahan. Oleh karena itu, dibutuhkan obat pengontrol untuk mengontrol penyakit asma.