Liputan6.com, Jakarta Pemberian vaksin HVP (Human Papillomavirus) merupakan salah satu cara mencegah terjadinya kanker serviks atau kanker leher rahim pada perempuan.
Namun, menurut Dokter spesialis kandungan RSIA Grand Family Hendrik Sutopo, vaksin HVP juga bisa diberikan kepada pria untuk mencegah kanker penis.
Baca Juga
“Tidak hanya untuk wanita, vaksin HPV juga bisa digunakan oleh pria dalam mencegah kanker penis. Ini karena kanker penis juga disebabkan oleh virus HPV yang juga merupakan penyebab dari kanker serviks,” kata Hendrik mengutip keterangan pers, Sabtu (13/5/2023).
Advertisement
“Selain itu, vaksin HPV juga efektif dalam mencegah penyakit lainnya seperti kanker vulva, kanker tenggorokan, serta kutil di kelamin,” tambah Hendrik.
Cegah Sejak Dini
Guna menghindari terjadinya penyakit-penyakit di atas, maka pencegahan sebaiknya dilakukan sejak dini.
karena kanker serviks bisa dicegah jika pencegahannya dilakukan sejak dini.
“Salah satu pencegahannya ialah mendapatkan vaksin HPV Gardasil 9. Virus HPV adalah virus yang menyebabkan kanker serviks, sehingga dengan mendapatkan vaksin tersebut sejak dini hingga berusia 26 tahun, Anda bisa mencegah risiko untuk terkena kanker serviks di masa depan.”
“Lalu bagaimana bagi Anda yang berusia 27 hingga 45 tahun ke atas? Tak perlu khawatir, karena Anda bisa mendapatkan vaksin setelah berkonsultasi dengan dokter,” jelas Hendrik.
Meski ada lebih dari 100 virus HPV yang dapat menginfeksi tubuh, tapi hanya beberapa yang diketahui dapat menginfeksi dan menyebabkan kanker serviks.
Melalui vaksin HPV Gardasil 9, setiap orang bisa mendapatkan perlindungan untuk melawan virus HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. Vaksin HPV Gardasil 9 dapat mencegah kanker serviks hingga 90 persen.
Pencegahan Kanker Serviks dengan Co-Testing Pap Smear
Selain vaksin HPV, pencegahan kanker serviks kini sudah bisa dibantu melalui pemeriksaan co-testing pap smear.
Ini merupakan versi terbaru dari pemeriksaan pap smear konvensional yang dapat memberikan hasil lebih akurat dan sudah banyak digunakan di negara maju.
Co-testing pap smear adalah bentuk baru dari pemeriksaan yang menggabungkan pemeriksaan pap smear dan tes DNA HPV.
“Dengan tes DNA HPV, Anda bisa mendeteksi adanya keberadaan virus HPV di dalam tubuh, sedangkan pemeriksaan pap smear akan mendeteksi apakah adanya sel-sel abnormal di dalam rahim yang bisa berkembang menjadi sel kanker,” kata Hendrik.
Dengan demikian, metode co-testing pap smear dapat membantu dokter untuk mendeteksi kanker stadium awal lebih dari tes pap smear saja.
Advertisement
Pentingnya Deteksi Dini Kanker Serviks
Deteksi dini menjadi penting agar kondisi kanker dapat diketahui sebelum menjadi parah. Pasalnya, semakin parah kankernya maka semakin rendah angka harapan hidup.
Dalam kasus-kasus kanker serviks, setiap stadium diketahui memiliki tingkatan persentase angka harapan hidup.
“Tingkat persentase tersebut menandakan penderita yang masih hidup 5 tahun setelah didiagnosis menderita kanker serviks pada stadium tertentu.”
Contohnya pada stadium awal, tingkat harapan hidupnya yaitu 91 persen. Artinya, 91 persen orang masih hidup setelah 5 tahun terdiagnosis kanker serviks di stadium awal.
Begitupun seterusnya, tingkat harapan hidup penderita kanker serviks akan semakin berkurang menjadi 60 persen apabila kanker telah membesar dan turun menjadi 19 persen saat kanker telah menyerang organ lainnya.
Kasus Kanker Serviks di Indonesia
Hingga kini, kanker serviks masih menjadi salah satu jenis kanker yang telah menyerang banyak wanita di seluruh dunia.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa kasus kanker serviks di Indonesia menempati urutan kedua dalam daftar kasus kanker terbanyak. Angkanya mencapai 9,2 persen dari total kasus kanker yang ada di Indonesia
Pada kanker serviks, sel-sel kanker tumbuh di area leher rahim sehingga sering pula disebut kanker leher rahim. Meski kasus kanker serviks tinggi di Indonesia, sayangnya masih belum banyak orang yang bisa mencegah penyakit ini. Dan sering kali pasien datang ke penyedia layanan kesehatan ketika kanker sudah tumbuh besar atau bahkan telah menyebar ke organ lain.
Meski begitu, Hendrik menjelaskan, metode pengobatan kanker kini juga telah bervariasi. Mulai dari operasi pengangkatan, radioterapi, kemoterapi, hingga terapi sinar proton yang merupakan terobosan baru dalam pengobatan kanker.
Advertisement