Liputan6.com, Jakarta - Asma merupakan penyakit inflamasi kronik jalan napas yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Ternyata, penyakit asma memiliki lebih dari satu jenis.
Menurut dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr H. Mohammad Yanuar Fajar, terdapat dua jenis asma yaitu penyakit asma dan Asma Akibat Kerja (AAK).
Baca Juga
Asma Akibat Kerja
Asma akibat kerja merupakan penyakit asma yang terjadi akibat suatu keadaan di lingkungan kerja dan tidak terjadi pada rangsangan diluar tempat kerja.
Advertisement
“Asma kerja berarti Anda mengalami asma di satu tempat, tetapi asma berhenti ketika sudah pindah dari tempat tersebut,” kata Yanuar pada Talk Show Hari Asma Sedunia 2023: Stop Ketergantungan, Inhaler Tepat Redakan Asma yang diselenggarakan oleh AstraZeneca pada Rabu (10/5/2023).
Lebih dari 300 bahan kimia alami dan sintetis yang terlibat dalam proses penyebab asma akibat kerja, seperti melansir Jurnal Medika Hutama.
Faktanya, hingga 15% kasus asma di Amerika Serikat (AS) disebabkan oleh paparan bahan kimia cat, aerosol, insektisida, atau zat berbahaya lainnya yang kerap ditemui di lingkungan pekerjaan, seperti melansir laman Health Liputan6.com.
Lamanya asma ini kambuh dapat tergantung pada tingkat paparan zat-zat tersebut. Beberapa orang mungkin mengalami serangan asma dalam waktu 24 jam setelah terpapar. Pada orang lain, mungkin diperlukan waktu berbulan-bulan.
Asma Kerja Bisa Disembuhkan
Untungnya, Yanuar mengungkap bahwa asma jenis ini bisa disembuhkan.
“Asma yang bisa disembuhkan adalah asma akibat kerja,” ungkap Yanuar.
Biasanya, pengidap asma akibat kerja mungkin menemukan bahwa asmanya kambuh atau lebih buruk saat bekerja, dan membaik ketika cuti.
“Misalnya Anda bekerja di ruangan ini, kemudian asma. Namun, begitu dipindahkan asmanya berhenti. Itu namanya asma akibat kerja. Asma seperti ini bisa sembuh,” jelasnya.
Advertisement
Penyakit Asma Biasa
Jenis penyakit asma yang kedua adalah yang banyak terjadi pada masyarakat Indonesia.
Saluran pernapasan penderita asma cenderung lebih sensitif ketimbang yang tidak mengidapnya. Itulah sebabnya saat paru-paru penderita asma teriritasi salah satu pemicu, otot pernapasan akan menjadi kaku dan saluran napas pun menyempit.
Menurut Yanuar, beberapa pemicu asma jenis ini antara lain bulu kucing dan keletihan.
“Pertama telalu capek atau keletihan, bisa juga hawa dingin atau panas. Bulu kucing atau debu juga bisa jadi pemicu. Kemudian, makanan terutama mie dan minuman dingin,” jelasnya.
Tak Bisa Disembuhkan, Hanya Bisa Dikontrol
Berbeda dengan asma akibat kerja, Yanuar menyampaikan bahwa penyakit asma biasa tidak bisa disembuhkan.
“Kalau asma yang ini (penyakit asma) tidak bisa sembuh, tetapi hanya terkontrol. Jadi, kalau Anda mengaku pernah asma tetapi kemudian sembuh, itu bukan asma karena asma itu hanya bisa terkontrol,” Yanuar menjelaskan.
Untuk mengontrol asma, Yanuar menekankan untuk menggunakan obat pengontrol secara rutin. Tidak disarankan untuk menggunakan obat pelega terus menerus, kecuali saat serangan.
“Kalau obat pelega itu konsepnya cepat, sedangkan pengontrol bisa mengontrol inflamasi dan bekerja sampai 12 jam. Pakainya dua kali sehari, jadi total 24 jam,” tambahnya.
Obat pengontrol ini digunakan agar inflamasi sembuh dan tidak terjadi secara terus menerus.
Inflamasi yang tidak diobati akan semakin parah secara perlahan. Oleh karena itu, dibutuhkan obat pengontrol untuk mengontrol penyakit asma.
Advertisement