Liputan6.com, Jakarta - Selama dua minggu terakhir, drama sekolah anak Tasya Kamila dan Randi Bachtiar, Arrasya ramai diperbincangkan.
Ini lantaran Arrasya menolak sekolah untuk mengisi waktu luangnya di Amerika Serikat.
Baca Juga
Anak yang baru saja berulang tahun ke empat ini nangis kejer tiap mau sekolah. Arrasya terlihat kesulitan beradaptasi di lingkungan sekolah baru dengan guru dan teman-teman yang juga baru.
Advertisement
"Jadi di seminggu pertama Arr sekolah kan dia nangis terus nih, masuk minggu kedua gak membaik. Malah nangis dari semalemnya tuh," ujar Tasya Kamila mengutip cerita yang dibagikannya melalui Instagram Story beberapa hari lalu.
"Tiap pagi selalu nanya 'Aku sekolah gak hari ini?'. Kalau dijawab iya, langsung nangis-nangis menolak sekolah,"Â dia menambahkan
Tasya Kamila Enggak Mau Arrasya Trauma
Alhasil, Tasya dan Randi Bachtiar memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah Arrasya di Amerika. Tasya mengungkapkan bahwa keputusan itu diambil karena dia tidak mau Arrasya mengalami trauma pada sekolah kedepannya.
"Nah akhirnya kita email gurunya di sekolah, minta advice (saran) gimana ya baiknya menghadapi drama ini? Terlebih Arr kesulitan berkomunikasi di sekolah karena belum bisa bahasa Inggris."
"Kita orangtuanya juga jadi ikutan stres nih masa harus nyeret-nyeret dia tiap sekolah? Gak mau juga bikin Arr trauma sekolah (mana masih PAUD atau preschool kan ya)," kata Tasya Kamila.
Ternyata usai menanyakan pendapat pun, pihak sekolah Arrasya di Amerika Serikat justru menyarankan agar anak yang kerap dijuluki Duta Kipas Angin Indonesia tersebut untuk beristirahat dulu atau tidak melanjutkan sekolahnya.
Buang Energi dan Stres untuk Arrasya Anak Tasya Kamila Lanjut Sekolah
Lebih lanjut Tasya Kamila mengungkapkan bahwa pada awal Juni, dirinya akan kembali ke Jakarta. Sehingga keputusan untuk melanjutkan Arrasya sekolah di Amerika nampaknya hanya akan membuang energi dan bikin stres.
"Kalau dengar cerita dari teman-teman sih biasanya adaptasinya butuh satu sampai dua bulan untuk bisa adjust ke sekolah yang baru dengan bahasa baru," ujar Tasya.
"Nah, berhubung awal Juni aku sudah balik lagi ke Jakarta, aku lihat sangat buang-buang energi dan stres banget untuk lanjutin Arr sekolah. It's obviously hard for Arrasya but it's also tough for us (parents) to see him like that," tambahnya.
Belum lagi, Tasya menambahkan, Arrasya sempat batuk dan membuatnya tidak bisa pergi ke sekolah. Sisa sekolah Arrasya di Amerika sendiri hanya tinggal dua minggu lagi.
"Itu juga mungkin kepotong minggu depan kita mau ke New York untuk graduation @randibachtiar. Makanya akhirnya aku dan Randi memutuskan untuk ya sudah deh, sudahi saja sekolahnya," kata Tasya.
Advertisement
Tasya Kamila Sebut Pentingnya Peran Guru
Tasya mengungkapkan bahwa drama Arrasya sekolah memang bukan hanya terjadi di Amerika. Sebab, dahulu saat Arrasya hendak sekolah di Indonesia, ia juga sempat nangis-nangis.
"Memang dari dulu Arr selalu nangis di sekolah, tapi menurutku peran guru penting banget sih untuk bantu si anak beradaptasi di sekolah. Soalnya pas di sekolahnya di Jakarta, walaupun Arr nangis tapi gurunya kayak bisa mengayomi Arr sampai akhirnya dia nyaman," ujar Tasya.
"Selain itu, kita (Tasya dan pihak sekolah di Indonesia) sama-sama cari solusi biar Arr lebih mudah untuk beradaptasi, misal dengan main sekolah-sekolahan di rumah, boleh bawa kipas ke sekolah, dan sebagainya," tambahnya.
Mengutip laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, masa transisi anak untuk kembali ke sekolah memang jadi hal yang sulit untuk anak maupun orangtua.
"Anak seringkali merasa tidak aman pada orang asing dan ingin berada tetap dekat dengan orangtua mereka. Itu bisa terjadi sampai mereka cukup terbiasa untuk bicara tentang perasaan mereka, yang berarti anak-anak akan membutuhkan waktu untuk bisa terbiasa dengan orang baru," jelas keterangan CDC.
Bagaimana Cara Agar Anak seperti Arrasya Putra Tasya Kamila Bisa Lebih Nyaman?
Berdasarkan saran CDC, anak yang masih berada di usia sekolah memang mudah khawatir. Sehingga wajar bila membutuhkan waktu ekstra untuk menyesuaikan diri.
Biasanya memang dibutuhkan waktu setidaknya satu sampai dua bulan agar anak bisa terbiasa dengan suasana baru di sekolah. Terutama bagi anak-anak yang memang sudah sadar soal rasa takut, masa penyesuaian bisa jadi lebih panjang.
CDC menyebut, masa penyesuaian anak untuk sekolah bisa lebih mudah bila orangtua dapat menyakinkan anak-anak mereka bahwasanya guru adalah orang yang dikenal dan memberikan kenyamanan.
Di sisi lain, orangtua dan guru turut bisa bertemu untuk mendiskusikan rutinitas harian yang bisa membantu anak mengerti apa yang akan mereka hadapi di sekolah. Dengan begitu, anak dianggap bisa lebih siap.
Advertisement