Liputan6.com, Jakarta - Meski belum ada penularan Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) ke manusia, epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman meminta seluruh pihak tetap mewaspadai zoonosis dari babi. Dalam hal ini, babi menjadi pembawa atau inang beberapa penyakit yang dapat menularkan ke manusia.
Dicky juga menyebut kemungkinan bisa saja virus Flu Babi Afrika dapat berpotensi menjadi zoonosis, yang dapat menular ke manusia. Apalagi virus juga terus berkembang dan tiap saat pun bermutasi.
Baca Juga
"Ingat, virus di dunia ini begitu banyak jenisnya. Jumlahnya jelas banyak, jenisnya saja sudah banyak. mayoritas yang liar di alam itu termasuk adanya hewan ini (babi)," jelas Dicky melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Minggu, 14 Mei 2023.
Advertisement
"Bukan tidak mungkin suatu ketika (virus Flu Babi Afrika) memiliki kemampuan untuk zoonotik virus, itu bukan hal yang tidak mungkin. Artinya kita tahu, babi ini hewan yang secara kondisi beberapa memiliki banyak penyakit bisa ditularkan ke manusia."
Harus Diwaspadai dan Menjadi Perhatian
Penyakit dari babi yang dapat menular ke manusia, ditegaskan Dicky harus diwaspadai. Sebut saja, penyakit zoonosis dari babi yang menular ke manusia seperti virus Nipah. Pada Nipah, yang diserang utamanya adalah babi, yang kemudian menular ke manusia.
"Ini (penyakit zoonosis dari babi) harus diwaspadai, harus menjadi perhatian," tegasnya.
Tingkatkan Penanganan Kesehatan Hewan
Untuk menekan penyakit zoonosis, tak hanya dari babi, Dicky Budiman menuturkan, harus ada peningkatan kesehatan hewan. Apabila penanganan kesehatan baik, maka penanganan kesehatan manusia juga akan bagus.
"Responsnya tetap sama ya. Jadi PR (Pekerjaan Rumah) besar kita di kesehatan hewan. Kesehatan manusia itu hanya bisa kuat dan bagus, kalau penanganan di kesehatan hewan ini bagus, ditingkatkan,"
"Jadi Pemerintah harus lebih meningkatkan, bagaiamna kesehatan hewan dan tanpa itu kita dalam kondisi rawan."
Peluang Sumber Penularan Penyakit
Upaya penanganan kesehatan hewan yang baik juga melihat Indonesia sebagai negara yang termasuk kaya dengan peternakan hewan.
"Apalagi negara kita itu negara kaya, alamnya alam liar dan kita termasuk memiliki peternakan hewan dan kalau itu tidak ditata ya bukan cuma masalah babi, tapi ya burung, sapi dan lainnya," pungkas Dicky.
"Ini akan menjadi masalah karena mereka berpeluang sumber penularan penyakit ke manusia, lompatan apalagi sisi lain perilaku manusia itu belum juga berubah gitu ya. Ini yang jadi PR dari kejadian ini (Flu Babi Afrika)."
Advertisement
Komplain dari Singapura
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku bahwa pihaknya baru mengetahui babi hidup di Pulau Bulan, Batam, terjangkit African Swine Flu (ASF) atau Flu Babi Afrika karena ada komplain dari Singapura.
Singapura adalah negara yang mengimpor babi hidup dari Indonesia. Strait Times menuliskan, babi tersebut berasal dari Indonesia. Singapura pun memilih untuk menghentikan sementara impor babi hidup dari Indonesia.
Belum Pasti Jumlah Babi Terjangkit African Swine Flu
Namun, Syahrul belum tahu pasti jumlah babi-babi yang terjangkit ASF di Pulau Bulan. Meski demikian, ia mengatakan pihaknya sudah melakukan penanganan untuk babi-babi tersebut.
"Saya ndak tahu persis ya hitungannya, tetapi kita sebenarnya baru terasa bahwa ada virus itu setelah ada semacam komplain dari Singapura. Baru kita tahu," kata Syahrul di Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (14/5/2023).
"Itu yang lagi kita cari apa memang virusnya ada dari kita atau setelah dia di sana."
Hingga saat ini, Kementerian Pertanian masih melakukan investigasi terkait asal muasal terjadinya penyakit tersebut di Pulau Bulan. Terkait keberlanjutan impor babi oleh Singapura, masih akan dilakukan, namun dalam bentuk karkas atau daging utuh.
Cari Jalur Masuk Virus African Swine Flu
Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Wisnu Wasisa Putra menjelaskan, sebenarnya virus African Swine Flu (ASF) telah masuk di Indonesia sejak 2019 di Medan dan penyebarannya hanya di lokasi yang sama.
Sementara di Pulau Bulan, secara berkala dilakukan pengujian hingga ditetapkan bebas ASF.
"Memang pada Februari 2023 itu di Singapura ada kejadian ASF pada babi liar. Frekuensi ada tiga kali. Kita juga lagi mencari jalur masuknya virus di Pulau Bulan," kata Wisnu, Rabu (10/5/2023).
"Karena perusahaan sudah melakukan bius ketat tetapi masih ada ASF. Jalur masuknya kan banyak bisa dari alat akut. Kita sedang investigasi jalur masuknya dari mana."
Pemberian Obat Antibodi pada Babi
Sampai saat ini, Kementan telah memberikan obat antibodi pada babi-babi sehat di Batam agar tidak terjangkit Flu Babi Afrika. Karena belum menyebar ke berbagai wilayah, Wisnu menegaskan, virus ini belum dinyatakan sebagai wabah.
"Ini tidak dibilang wabah, karena ini kan cuma satu tempat saja. Kalau menular ya menular cuma ke sesama babi," tegasnya.
Selain memberikan obat antibodi kepada babi yang sehat, Kementan juga melakukan pengujian bebas ASF secara berkala. Adapun persyaratan khusus bebas ASF pada babi di antaranya keamanan lingkungan, pengujian tes pada babinya.
Advertisement